BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam), Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 174.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan memang sangatlah penting bagi kita, menurut UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013, hlm. 20.

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Pendidikan Islam, Jakarta, 2006, hlm. 8.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. 2008Hal Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari makna lazimnya, pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid, namun ketika dicermati dari subtansi pendidikan itu sendiri, esensi pendidikan justru tidak terletak pada aspek transfering (perpindahannya), melainkan terletak pada aspek proses dalam mentransfernya, sehingga proses merupakan satu aspek yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan, yang pada gilirannya bermuara pada out-put pendidikan itu sendiri dengan standarisasi evaluasi yang selektif, diagnosis dan penempatan. 1 Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3. Tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 2 Tujuan pendidikan nasional tersebut, dapat dicapai melalui proses pendidikan yang diarahkan pada peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang dimungkinkan untuk mengubah perilakunya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk menjadi generasi penerus masyarakat yang mampu bersikap, berpikir, dan berani bertanggung 1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII, 1996, hlm. 9. 2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam), Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 174. 1

2 jawab atas apa yang dilakukannya. 3 Melalui belajar seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakatnya, sehingga siswa tidak melalukan perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan melakukan sosialisasi dengan baik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendididkan yang dapat dilakukan dengan malakukan perbaikanperbaikan, perubahan-perubahan dan pembaharuan terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut bahwa keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya diukur dari pencapaian kognitif saja, tetapi yang lebih penting juga adalah afektif dan perilakunya. Sikap saling menghormati dan menghargai dalam interaksi sosial baik di sekolah dan luar sekolah perlu mendapatkan perhatian. Oleh sebab itu hendaknya, dalam memilih metode pembelajaran guru memilih metode yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa baik secara individu maupun kelompok, dengan demikian baik ranah kognitif maupun afektif dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran secara bersamaan. Metode tersebut adalah metode peer lessons dan metode resident expert. Kedua metode pembelajaran tersebut merupakan bagian dari metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang mengutamakan kerja sama. 4 Dengan kerja sama siswa dapat saling belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam suatu kelompok karena siswa pasif atau hanya menerima materi dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan. 5 3 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138. 4 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 174. 5 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, CTSD, Yogyakarta, 2004, hlm. 17.

3 Dengan kata lain, diterapkannya metode peer lessons dan metode resident expert dalam pembelajaran, siswa dapat belajar berkomunikasi, bekerja sama, toleransi, demokrasi, serta menghargai satu sama lain sehingga lamakelamaan keterampilan sosial akan tumbuh dan berkembang dalam pribadi siswa. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, salah satu lingkungan pendidikan adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang mana terjadi pergaulan antar manusia, pergaulan antara guru dengan siswa serta orang-orang yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat didalam interaksi tersebut. 6 Pada hakikatnya kelakuan manusia hampir seluruhnya bersifat sosial, maksudnya dipelajari melalui interaksi dengan sesamanya. 7 Setiap pribadi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, baik sebagai individu maupun kelompok. Demikian juga dengan corak pergaulan memberikan pengaruh terhadap diri siswa. Pergaulan yang keras akan memberikan dampak yang keras pada pribadi seseorang, sebaliknya corak pergaulan yang lembut dan bersahabat akan memberikan warna dan dampak yang positif terhadap diri pribadi seseorang. Oleh karena itu, maka siswa perlu memiliki kepribadian, keterampilan, dan kompetensi tertentu dalam hidup bersosial. Terlebih lagi dalam pergaulan dengan sebayanya karena teman sebaya berperan penting dalam menentukan penyesuaian anak dimasa yang akan datang. Pengalaman yang didapatkan anak dalam interaksi sebayanya jika positif akan membentuk penyesuaian dirinya yang matang dimasa dewasa. 8 Dengan teman sebaya pula mereka berbagi permainan, percakapan, dan kegembiraan untuk memperoleh pemahaman bersama sehingga berlatih keterampilan sosial yang positif 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2009, hlm.5. 7 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 10. 8 Safaria, Interpersonal Intellegence : Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak, Amara Books, Yogyakarta, 2005, hlm. 42.

4 kepada sebayanya bertujuan agar mereka diterima dan dihargai di lingkungan sosialnya. Namun realitasnya, banyak orang tua maupun guru, cenderung menekankan anak pada keterampilan akademisnya saja agar mendapatkan nilai yang bagus dan mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi yang bergengsi. Padahal disamping keterampilan akademis, keterampilan sosial juga sama pentingnya bahkan lebih penting. 9 Karena keterampilan sosial itu menjadi dasar seseorang dalam hidup bermasyarakat kelak agar terbiasa berkomunikasi, bekerja sama, saling menolong, serta bersosialisasi. Kurangnya keterampilan sosial merupakan salah satu penyebab tingkah laku seseorang yang tidak diterima secara sosial. Orang-orang dengan sikap sosial yang rendah cenderung tidak peka, tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain. 10 Seperti halnya kasus yang sering kita jumpai yaitu ketidak jujuran, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, tawuran, pacaran di luar batas, dan beberapa penyimpangan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran dalam pribadi seseorang untuk mengerti dan memahami perasaan orang lain sehingga mereka menjadi ancaman sosial. Ironisnya pelaku penyimpangan tersebut ada kalanya seorang siswa ataupun pelajar, karena pada zaman sekarang siswa kurang mengedepankan etika, estetika, serta norma yang berlaku di masyarakatnya kurang dipedulikan. Hal lain yang sering terjadi dikalangan pelajar, kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik terutama kepada orang yang lebih dewasa karena pada umumnya siswa lebih dituntut dalam bidang pengetahuannya saja. Kurangnya keterampilan sosial ditunjukkan oleh beberapa siswa baik dari sekolah ataupun madrasah. Mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan sederajat bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Siswa usia MA sederajat termasuk usia remaja akhir atau dewasa awal (muda) dimana waktu terbaik 9 May Lwin, dkk, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, PT. Indeks, Jakarta, 2008, hlm. 200. 10 Ibid, hlm. 199.

5 dalam mengembangkan keterampilan sosial seseorang. 11 Kurangnya keterampilan sosial dapat disebabkan kurangnya disiplin atau disiplin yang terlalu ketat yang diterapkan oleh orang tua maupun lembaga pendidikan, metode pembelajaran yang hanya menekankan pada ranah kognitif saja, serta pengaruh dari lingkungan sosialnya. MA Sunan Prawoto merupakan salah satu madrasah islamiyah tingkat menengah atas satu-satunya di desa Prawoto yang mana letak geografisnya berada di sudut kota Pati bagian selatan jauh dari keramaian kota, namun corak kehidupannya tidak jauh berbeda dengan masyarakat kota. Prawoto tidak dapat dikatan sebagai desa seutuhnya juga tidak dapat dikatakan sebagai kota. MA Sunan Prawoto berada dibawah naungan yayasan sunan prawoto. Yayasan sunan prawoto mengelola beberapa lembaga pendidikan mulai dari Kelompok Bermain (KB) sampai Madrasah Aliyah (MA). Lembaga pendidikan di desa tersebut terutama tingkat Aliyah diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai sosial dalam diri pribadi siswa disamping mengembangkan ranah kognitif, karena sikap sosial lebih di utamakan dalam kehidupan desa. Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti tertarik untuk mengangkat tema penerapan metode peer lessons dan resident expert dalam pembelajaran aqidah akhlak khususnya. Karena dalam mengatasi masalah tersebut mata pelajaran aqidah akhlak yang lebih besar peranannya dalam menyentuh aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif maka siswa akan lebih mudah memahami, mempraktekkan, dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul "Pengaruh Metode Peer Lessons dan Resident Expert terhadap Keterampilan Sosial Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MA Sunan Prawoto Tahun Pelajaran 2015/2016". 11 May Lwin, Op, Cit, hlm. 197.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan dalam rumusan masalah, sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh metode peer lessons terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto? 2. Adakah pengaruh metode resident expert terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto? 3. Adakah pengaruh metode peer lessons dan metode resident expert terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto? C. Tujuan Penelitian Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang diharapkan, maka perlu diterangkan tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan dalam melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh metode peer lessons terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto 2. Mengetahui pengaruh metode resident expert terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto 3. Mengetahui pengaruh metode peer lessons dan metode resident expert terhadap keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto D. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan kontribusi bagi pengembangan khasanah keilmuan terkait dengan pengaruh metode peer lessons dan metode resident expert terhadap

7 keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak dalam dunia pendidikan yang diperoleh melalui penelitian lapangan. 2. Kegunaan Praktis Adapun secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi siswa, dapat menambah semangat siswa dalam belajar, sehingga tidak bosan dan mudah dalam belajar, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Sunan Prawoto b. Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa melalui metode peer lessons dan metode resident expert sehingga lebih mampu untuk menjalin kerja sama dengan siswa lainnya dalam belajar dan terbiasa untuk menjaga etika ketika hidup bersosial di masyarakat. c. Bagi sekolah atau lembaga pendidikan, sebagai masukan dalam menentukan kebijakan, mengembangkan, dan merencanakan strategi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. d. Bagi penulis, dapat dijadikan sebagai wawasan dan pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang dan juga sebagai bahan informasi untuk mengadakan penelitian terkait dengan permasalahan penelitian ini atau penelitian lebih lanjut.