BAB I PENDAHULUAN. Nasional, hlm 4. 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Dasar, Fungsi, dan Tujuan, Pasal 2 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Dalam Pasal tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu fungsi dan tujuan pendidikan adalah membentuk watak, kepribadian, akhlak atau karakter peserta didik. Sedangkan pendidikan menurut Frederick Y. Mc, Donald dalam bukunya Educational Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes into the behavior of human beings. Pendidikan adalah suatu process atau aktivitas yang menunjukkan perubahan yang layak pada Nasional, hlm 4. 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan 1

tingkah laku manusia. 2 Akan tetapi, selama ini kelemahan pendidikan di Indonesia ditafsirkan terlalu menekankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif serta psikomotorik. Akibatnya banyak individu intelektual dan cerdas tapi miskin nurani kemanusiaan. Berbagai wacanapun santer disebarkan. Salah satunya adalah wacana pendidikan karakter yang dianggap mampu memberikan jawaban atas kebuntuan dalam sistem pendidikan. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini telah membawa masyarakat indonesia melupakan pendidikan karakter. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. 3 supaya bisa membawa mereka menjadi manusia dewasa yang berkarakter dan bermanfaat bagi sekitarnya.. Apabila karakter seseorang itu baik maka itu akan membawa dirinya menjadi manusia yang berbudi luhur dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Sebaliknya jika seseorang mempunyai karakter yang buruk maka itu juga akan membawa dirinya menjadi manusia yang berperilaku menyimpang dan merugikan lingkungannya. Untuk itulah pentingnya karakter ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. 2 Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 3 Masnur Muslih, Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 1. 2

Persoalan karakter menjadi bahan pemikiran sekaligus keprihatinan bersama karena negara ini bisa dianggap sedang menderita krisis karakter. Krisis karakter ini bisa dilihat dari banyaknya kasus korupsi yang sudah membudaya dan mengakar di masyarakat indonesia baik ditingkat pemerintahan pusat sampai daerah di berbagai sektor instansi pemerintahan. Krisis karakter dalam dunia pendidikan seperti, meningkatnya pergaulan seks bebas yang berakibat banyak kasus hamil diluar nikah bahkan aborsi dalam usia sekolah, maraknya angka kekerasan terhadap remaja dan anak-anak yang ditandai dengan banyaknya kasus tawuran antar sekolah dan kekerasan dalam sekolah sampai menimbulkan korban, perilaku menyontek, plagiarisme, pencurian, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perilaku anarkis dan masih banyak lagi. Akibat yang ditimbulkan juga serius sehingga persoalan ini menjadi tanggung jawab yang penting bagi dunia pendidikan. Persoalan karakter memang tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan. Akan tetapi, diakui seputar kemerosotan karakter pada sekitar kita menunjukkan adanya kegagalan pada institusi pendidikan dalam menumbuhkan manusia Indonesia yang berkarakter dan berakhlak mulia. 4 Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, bisa jadi salah satu penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih 4 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 3. 3

menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan aspek soft kils atau non akademik sebagai unsur pertama pendidikan karakter belum diperhatikan secara optimal. Padahal, pembentukan karakter seperti: jujur, bertanggung jawab, hormat pada aturan dan hak orang lain, mau bekerja keras, tepat waktu dan yang lainnya merupakan budaya karakter yang harus ditanam pada setiap peserta didik mulai sejak dini. Oleh sebab itu diperlukan pendidikan karakter yang benarbenar dapat direalisasikan dalam setiap lembaga sekolah. Untuk merealisasikan pendidikan karakter dengan baik di suatu lembaga sekolah diperlukan adanya suatu manajemen atau pengelolaan sekolah. Manajemen yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter tersebut direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan di sekolah secara memadai. Meskipun perencanaan sudah dirumuskan, pekerjaan sudah dilaksanakan dan disertai dengan pengawasan yang ketat, namun belum tentu orang-orang yang berada dalam lingkup organisasi akan otomatis bekerja dengan baik. 5 Pengarahan dengan motivasi dan stimulasi oleh seorang pemimpin dalam hal ini adalah kepala sekolah akan sangat efektif dan menggerakkan aktivitas dan kegiatan dalam pembentukan karakter peserta didik. 5 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm. 16. 4

Di sinilah letak peran penting seorang pemimpin, ia bukan hanya berperan sebagai manajer saja, akan tetapi lebih dari itu, ia harus memiliki karakter tertentu yang dapat mengarahkan dan memotivasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam dunia pendidikan peran pemimpin sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yaitu membentuk karakter pada peserta didik. Peran kepemimpinan dalam pendidikan bukan hanya sekedar sebagai kepala sekolah, lebih dari itu harus benarbenar mencerminkan sosok yang dapat dijadikan panutan bagi bawahannya khususnya peserta didik. Hal seperti itulah yang diperlukan oleh MI Al-Khoiriyyah 2 semarang yang menerapkan pendidikan karakter. Seorang Kepala Sekolah/madrasah yang efektif biasanya memiliki visi yang jelas, terlibat dalam berbagai kegiatan untuk menunjukkan kepada bawahannya tentang tujuan dan strategi serta pembentukan nilai karakter bagi peserta didik. 6 Kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin harus benar-benar memahami konsep pendidikan karakter seperti apa yang akan diterapkan bagi peserta didiknya. Karena salah satu kunci berhasilnya implementasi progam pendidikan karakter adalah pelaksanaan progam pendidikan karakter itu sendiri oleh sekolah/madrasah. Dalam hal ini kepala sekolah/madrasah yang 6 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Pintar Dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2013), hlm. 416. 5

bertanggung jawab atas program-program yang dijalankan dalam sekolahannya. Kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 Semarang adalah seorang pemimpin yang memberikan keteladanan bagi bawahannya serta murid-muridnya. Salah satu indikasinya adalah setiap pagi kepala madrasah bersama beberapa guru berangkat lebih pagi untuk menyambut peserta didik. kepala madrasah juga selalu menjadi yang terdepan dalam menangani permasalahan pendidikan yang timbul di madrasahnya. Banyak program keagamaan dilaksanakan pada bulan Ramadhan untuk membangun karakter peserta didik. Budaya kekeluargaan juga diterapkan dalam lingkungan kerja antar guru dan karyawan dan, pembentukan suasana yang harmonis dalam setiap pertemuan. 7 Selain itu MI Al-Khoiriyyah 2 Semarang merupakan salah satu pendidikan formal yang telah menyelenggarakan program pendidikan umum dan menerapkan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Kepemimpinan kepala madrasah merupakan suatu aspek yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses pendidikan di madrasah. Kepala madrasah adalah sebagai otak untuk berpikir tentang masa depan madrasah, sebagai mulut untuk berbicara mengeluarkan perintah untuk menggerakkan bawahannya, dan sebagai mata untuk melihat dan mengawasi 7 Hasil observasi pra penelitian pada bulan September 2013 di MI Al Khoiriyyah 2 Semarang. 6

apakah proses pendidikan di madrasah berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 Semarang adalah orang yang berperan sentral terhadap pembentukan karakter peserta didiknya. 8 Kepala madrasah berharap agar akhlakul karimah yang mencerminkan karakter islami menjadi perangai peserta didiknya. Bagaimana kepala madrasah menjalankan kepemimpinannya untuk mewujudkan hal tersebut menjadi hal yang perlu untuk dikaji lebih mendalam. Karena kepemimpinan kepala madrasah di dalam suatu lembaga pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didiknya. Berdasarkan deskripsi di atas ada beberapa hal yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti kepemimpinan kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 Semarang dalam membentuk karakter peserta didiknya, antara lain : pertama Adanya sikap pemimpin yang menjadi tauladan dan juga meneladani peserta didiknya. Kedua, Penerapan budaya Islami yang mencerminkan karakter madrasah oleh kepala madrasah beserta bawahannya. Ketiga, Program-program pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter peserta didik. Berdasarkan dari ketiga poin diatas penulis tertarik untuk meneliti kepemimpinan kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 Semarang dimana salah satu fokus pendidikannya adalah 8 Hasil observasi pra penelitian pada bulan September 2013 di MI Al Khoiriyyah 2 Semarang. 7

mendidik akhlak yang dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari, baik itu di madrasah, keluarga maupun di masyarakat sebagai karakter seorang peserta didik. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. 9 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus pertanyaan penelitian skripsi ini adalah: 1. Bagaimana visi kepala madrasah tentang karakter yang ingin diwujudkan pada peserta didik MI Al khoiriyyah 2 Semarang? 2. Bagaimana strategi kepala madrasah dalam mewujudkan karakter peserta didik di MI Al khoiriyyah 2 Semarang? 3. Bagaimana kepala madrasah melakukan pengawasan terhadap pendidikan karakter di MI Al khoiriyyah 2 Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini adalah: Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian skripsi 9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 55. 8

1. Untuk mendeskripsikan visi kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 semarang tentang karakter seperti apa yang ingin diwujudkan bagi peserta didik. 2. Untuk mengetahui strategi dan cara yang ditempuh oleh kepala madrasah MI Al Khoiriyyah 2 Semarang dalam membentuk karakter peserta didik. 3. Untuk mengetahui kepala madrasah melakukan pengawasan terhadap program pendidikan karakter di MI Al Khoiriyyah 2 Semarang. Tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis, diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Suatu penelitian pada dasarnya dilakukan dengan maksud ingin menyumbangkan hasilnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan, meningkatkan efektifitas kerja atau mengembangkan sesuatu, serta untuk merespon positif terhadap idealisme yang ada kaitannya dengan fenomena di lapangan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan bidang manajemen khususnya mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang menjadi teladan 9

sekaligus meneladani murid-muridnya untuk menjadi seorang yang berilmu pengetahuan dan berkarakter. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti Pertama, sebagai pengetahuan awal yang memberikan nuansa tersendiri dalam upaya pengembangan potensi diri baik secara intelektual maupun akademis. Kedua, Untuk menambah wawasan dan sebagai sebuah pengalaman berharga dalam ilmu pengetahuan serta bersifat responsif, kreatif utamanya dalam bidang manajemen pendidikan Islam. b. Bagi Lembaga Dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan disiplin ilmu sekaligus untuk menambah literatur atau sumber kepustakaan terutama dalam bidang pendidikan karakter dan juga dalam manajemen pendidikan islam c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini berguna bagi semua lapisan masyarakat pendidikan dan diharapkan mampu untuk menambah wawasan dan kesadaran masyrakat pendidikan tentang pentingnya manajemen pendidikan Islam. 10

11

12