BAB II LANDASAN TEORI. lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. penelitian dan melaksanakan eksperimen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.?atan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

(Skripsi) Oleh YANTI YOSEFA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Whittaker (Djamarah, 2011: 67) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam berinteraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Menurut Sudjana (dalam Rusman. 2011: 1).belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Menurut Trianto(2009: 23) belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas belajar adalah proses perubahan yang berkesinambungan/kontinu dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara

9 terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja, belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dalam diri yang saling berinteraksi. 2. Teori-teori Belajar a. Teori Konstruktivis Menurut (Nur dalam Trianto. 2009: 28) teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Menurut (Nur dalam Trianto. 2009: 29) Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif yaitu: Sensorimotor (lahir-2 Tahun), pra oprasional (2 tahun-7 Tahun), Operasi Konkret (7 Tahun 11 tahun), dan Operasi Formal (11 tahun-dewasa). c. Teori Belajar Ausubel Menurut Ruminiati (2008: 10)David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermakaan bahan ajar yang dipelajari. Suatu bahan ajar, informasi, atau pengalaman baru seseorang akan bermakna jika pengetahuan yang baru dikenal itu dapat disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. 3. Aktivitas Belajar Aktivitas digunakan pada semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun di luar kelas. Hanya saja penggunaan dilaksanakan dalam bentuk yang

10 berlainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah menggunakan jenis kegiatan itu. Hamalik (2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu: 1. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola. 6. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alatalat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Menurut Sriyono (2000: 14), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan aktivitas adalah semua kegiatan yang mengarah pada kebutuhan.kebutuhan itu meliputi jasmani, rohani, dan sosial, yang menimbulkan dorongan untuk berbuat.

11 4. Hasil Belajar Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Untuk mengetahui tercapai tidaknya hasil belajar guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa.penilaaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai pembelajaran. Menurut Hamalik(2009:3) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh seseorang setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Hasil belajar sangat dibutuhkan, karena sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan.hasil belajar diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah suatu kepandaian atau ilmu serta perubahan tingkah laku yang didapat dari belajar. Arikunto (2009: 133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur. Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. B. Pembelajaran Tematik Menurut Unifah Rosyidi (2014: 15) pembelajaran tematik terpadu (PTP) pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an.Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentu secara terpadu dimensi

12 emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.ptp pertama kali dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta, anak-anak cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik. 1. Tujuan Pembelajaran Tematik Menurut Unifah Rosyidi (2014: 16) tujuan pembelajaran tematik adalah: a. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topic tertentu b. Mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pembelajaran dalam tema sama c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik e. Lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata f. Lebih merasakan manfaat dan dan makna belajar g. Guru dapat menghemat waktu h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. 2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Menurut Unifah Rosyidi (2014: 18) ciri-ciri pembelajaran tematik adalah:

13 a. Berpusat pada anak b. Memberikan pengalaman langsung pada anak c. Pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran e. bersifat luwes f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat. C. Pendekatan Saintifik 1. Esensi Pendekatan Saintifik Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif, dibandingkan dengan penalaran deduktif. Menurut Daryanto (2013: 34) pendekatan saintifik diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentu secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.pendekatan saintifik dikembangkan untuk anak-anak berbakat, bertalenta, dan anak-anak cerdas. Pendekatan saintifik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik. Menurut Unifah (2014: 15) pendekatan saintifik diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentu secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.

14 2. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu. Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik Langkah-langkah Pembelajaran Mengamati Menanya Mengasosiasi/mengo lah informasi/mencoba Mengkomunikasikan Kegiatan Pembelajaran Membaca, mendengarkan, menyimak, melihat Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil eksperimen Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Kompetensi yang Dikembangkan Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Mengembangkan rasa kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengembangkan sikap teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengumpulkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran sistem pengajaran yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

15 Menurut Taniredja (2011: 55) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajarn dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil dimana tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama teman dalam tugas-tugas yang berstruktur. Model pembelajaran kooperatifmerupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Sedangkan menurut Trianto (2010: 56-57) setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda. Faridli (2011: 59) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, (3) siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujan yang sama, (4) siswa berbagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberi penghargaan yang juga dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk bekerja sama selama proses pembelajaran, (7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, dengan tujuan yang sama untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar baik individu maupun kelompok. 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran dalam bentuk kerja sama antara siswa yang dibentuk dalam kelompok-kelompok, saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5

16 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan kooperatifyang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Ibrahim (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD,merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Stah dalam Taniredja (2011: 59) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: (1) belajar bersama dengan teman, (2) terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat antar anggota, (4) belajar dari teman sendiri dan kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan diambil bersama, (8) siswa aktif. Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran kooperatif tipe STADadalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bekerja sama saling membantu. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Trianto (2009: 69) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai beikut: a. Perangkat pembelajaran Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, beserta lembar jawabannya.

17 b. Membentuk Kelompok Kooperatif Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen. c. Pengaturan Tempat Duduk Mengaturan tempat duduk dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. d. Kerja Kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok. Menurut Taniredja (2011: 64) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar jawaban. b. Membentuk kelompok kooperatif tipe STAD, disini siswa dibentuk kelompok secara heterogen, yang bila memungkinkan ada perbedaan ras, suku, jenis kelamin, tingkat kemampuan dan daya pikir yang berbeda. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar dan akademik. c. Menentukan skor awal, skor awal adalah nilai tes ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada tes kedua. d. Mengatur tempat duduk, tempat duduk diatur perkelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. e. Kerja kelompok, Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada baiknya diadakan terlebih latihan kerja sama dalam kelompok yang bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok. Menurut Ibrahim (2000: 145) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1. Peserta didik diberi tes awal dan diperoleh skor awal. 2. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen. 3. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.

18 4. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekerja dalam tim. 5. Guru membimbing kelompok peserta didik. 6. Peserta didik diberi tes materi yang telah diajarkan. 7. Memberi penghargaan kelompok. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa bekerja dalam tim, memberikan tes, dan memberikan penghargaan. E. Penelitian yang Relevan Berikut merupakah hasil penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif STAD: 1. Heiriyah (2012) mahasiswi Universitas Lampung dengan judul penelitian peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD siswa kelas IV SDN 5 Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran TP 2011/2012 dengan metode Penelitian Tindakan Kelas sebanyak 2 siklus, dengan hasil penelitian terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Bagelen Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. 2. Dwi Saputro (2006) mahasiswa Universitas Negeri Semarang dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STADkelas III SDN Unggaran TP 2005/2006, dalam hasil penelitiannya terjadi peningkatkan aktivitas dan hasil belajar. 3. Erwin Ridha Ardi (2007) mahasiswa Universitas Negeri Semarang dalam penelitiannya yang berjudul peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

19 STADkelas V SDN Kalirejo TP 2006/2007, dalam hasil penelitiannya terjadi peningkatkan aktivitas dan hasil belajar. F. Kerangka Pikir Dari uraian-uraian di atas, dengan demikian kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kurikulum 2013 G. Aktivitas dan Hasil Belajar H. Siswa Rendah I. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pendekatan Saintifik J. Aktivitas dan Hasil Belajar Meningkat Gambar 2.1 Kerangka Pikir G. Hipotesis Berdasarkan diskripsi teori dan kerangka pikir di atas hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: jika model pembelajaran kooperatif STAD diterapkan secara tepat, maka akan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajarsiswa kelas IV SDN 3 Cipadang Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, Tahun Pelajaran 2014/2015.