BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

BAB. IV ABSTRAK. Kata kunci: jagung pulut, komponen hasil, daya gabung umum, daya gabung khusus, dan toleran kekeringan

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS GALUR-GALUR JAGUNG TROPIS DI DUA LOKASI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

BAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN WAKTU

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Sumber : Nurman S.P. (

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. MATERI DAN METODE

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

BAB III METODE PENELITIAN

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua rangkaian kegiatan percobaan. Pertama adalah pembentukan benih hibrida F hasil persilangan dialel penuh dari delapan tetua yang dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 007 di kebun percobaan Cikeumeuh, BB Biogen, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 50 m dpl, ordo tanah Inceptisols dan tanaman sebelumnya adalah jagung. Kegiatan kedua adalah evaluasi tetua, F dan resiprokalnya yang dilaksanakan di dua lokasi yaitu di kebun percobaan Cikeumeuh, BB Biogen dan Kota Metro, Lampung pada bulan Januari - Mei 008. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 galur murni sebagai tetua yang berasal dari 4 populasi (Lampiran ) yang dibentuk tahun 000-006, yaitu 76-4, 6-, 45-3, 46, 605, 6, 786 dan 969, F hasil persilangan dialel penuh, resiprokalnya serta varietas pembanding BISI dan SHS. Tetua yang digunakan antara lain berasal dari populasi lokal Smatera Utara, lokal Lampung, Pioneer 8, Bisi 0, Bisma, Lamuru dan Tarutung. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36, KCl, pupuk kandang, karbofuran 30%. Alat yang digunakan antara lain saprotan, alat ukur seperti penggaris, meteran dan jangka sorong, alat pelabelan, kantong polen, buku lapangan dan timbangan. Metode Penelitian Percobaan dilakukan dalam dua rangkaian kegiatan. Pertama berupa pembentukan benih F dengan persilangan dialel penuh. Kegiatan kedua, yaitu evaluasi tetua, F dan F resiprokalnya. Kegiatan : Kegiatan ini merupakan persilangan dialel penuh antara delapan galur yang digunakan sebagai tetua. Kombinasi persilangannya dapat dilihat pada Tabel. 5

Tabel. Kombinasi persilangan dialel penuh dengan delapan galur tetua. P P P3 P4 P5 P6 P7 P8 P P/P P/P P/P3 P/P4 P/P5 P/P6 P/P7 P/P8 P P/P P/P P/P3 P/P4 P/P5 P/P6 P/P7 P/P8 P3 P3/P P3/P P3/P3 P3/P4 P3/P5 P3/P6 P3/P7 P3/P8 P4 P4/P P4/P P4/P3 P4/P4 P4/P5 P4/P6 P4/P7 P4/P8 P5 P5/P P5/P P5/P3 P5/P4 P5/P5 P5/P6 P5/P7 P5/P8 P6 P6/P P6/P P6/P3 P6/P4 P6/P5 P6/P6 P6/P7 P6/P8 P7 P7/P P7/P P7/P3 P7/P4 P7/P5 P7/P6 P7/P7 P7/P8 P8 P8/P P8/P P8/P3 P8/P4 P8/P5 P8/P6 P8/P7 P8/P8 Keterangan : P : Galur 76-4 P5 : Galur 605 P : Galur 6- P6 : Galur 6 P3 : Galur 45-3 P7 : Galur 786 P4 : Galur 46 P8 : Galur 969 Galur-galur tersebut merupakan galur-galur yang memiliki umur yang genjah, potensi hasil yang baik dan tahan penyakit. Selain itu pemilihan galur yang digunakan berdasarkan umur berbunga yang hampir bersamaan (Lampiran 3). Setiap galur ditanam sebanyak 5 baris dengan panjang plot 5 m. Persilangan dilakukan antara tanaman dari masing - masing kombinasi. Jumlah tongkol F yang dihasilkan sebanyak 4-6 tongkol tiap kombinasi persilangan (Gambar ). Gambar. Pembentukan Benih F 6

Kegiatan : Kegiatan kedua merupakan evaluasi tanaman tetua, F dan F resiprokalnya menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan tiga ulangan. Pengacakan dilakukan dengan α-lattice Design 6 x x 3 ulangan (Gambar ). Masing - masing kombinasi persilangan diambil dari 4 tongkol secara acak dari enam tongkol yang dipanen dari percobaan tahap. Biji diambil dari tiap tongkol secara acak kemudian ditanam dalam tiga ulangan. Gambar 3. Evaluasi F, FR dan Tetua Pelaksanaan Percobaan. Pengolahan tanah Dilakukan dengan traktor, sisa - sisa tanaman sebelumnya dibersihkan, kemudian tanah diratakan dan dibuat plot - plot.. Penanaman Kebutuhan benih disesuaikan dengan ukuran petakan, sebelum tanam, benih diberi perlakuan dengan fungisida. Panjang petakan adalah 5 meter. Lebar petak,5 m sehingga bila jarak antar baris 75 cm terdapat baris per petak. Jarak tanaman dalam barisan 0 cm., tanaman per rumpun (ditanam biji/lubang, lalu dijarangkan menjadi tanaman per lubang) sehingga terdapat 50 tanaman/plot. 7

3. Pemupukan Pupuk yang diberikan adalah pupuk urea - SP 36 - KCl dengan dosis 00-00- 00 kg/ha saat tanam. Lubang tanam kemudian ditutup dengan pupuk kandang., pupuk susulan urea sebanyak 00 kg/ha pada umur 30 hst. 4. Pemeliharaan Untuk mencegah serangan lalat bibit pada waktu tanam, tiap lubang diberi karbofuran 30% dengan dosis 8-6 kg/ha atau sekitar 4 butir/ lubang. Bila ada tanda-tanda serangan hama mada masa pertumbuhan, karbofuran 30% dapat diberikan lagi melalui pucuk daun. Kegiatan penyiangan, pembumbunan, dan pengaturan tata air, sesuai dengan anjuran budidaya setempat. Biasanya penyiangan I dilakukan umur -3 minggu; penyiangan II umur 4 minggu yang diikuti dengan pembumbunan. Pengairan yang cukup diperlukan bila tidak ada hujan. Sebaliknya pada musim hujan diperlukan pengaturan drainase supaya tanaman tidak tergenang air. Oleh karena itu diperlukan saluran irigasi. Pengamatan Karakter yang diamati pada penelitian ini yang dilakukan pada 0 tanaman contoh adalah :. Jumlah Tanaman (plant stand) umur satu minggu. Setiap petakan dihitung jumlah tanaman yang tumbuh. Ini dilakukan sebelum penjarangan/penyisipan. Angka ini perlu untuk mengetahui persentase tumbuh yaitu dengan membagi jumlah tanaman tumbuh dengan jumlah biji yang ditanam setiap petak.. Umur berbunga (hari) Jagung mulai berbunga sekitar umur 50 hari. Pada varietas umur genjah ada yang mulai berbunga umur 4 hari. Sepanjang stadia pembungaan, petakan diamati setiap hari. Pencatatan berbunga betina (silking) dicatat bila rambut telah keluar panjang > cm dan sudah 50% dari populasi dalam petak berbunga Pencatatan berbunga jantan setelah tassel sudah keluar dan mulai pecah. Biasanya dilakukan setelah 50% dari seluruh populasi petakan berbunga. 8

3. Tinggi Tanaman (cm) Tanaman jagung tidak akan bertambah tinggi setelah stadia pembungaan. Untuk memudahkan umumnya dilakukan menjelang panen. Ukur jarak dari dasar tanaman di permukaan tanah sampai pangkal terakhir bunga jantan. 4. Tinggi Tongkol (cm) Dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman. Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah sampai dasar kedudukan tongkol. Bila tanaman mempunyai dua tongkol, maka diambil tongkol yang teratas/tongkol yang lebih normal perkembangannya. 5. Umur panen (hari) Ditandai dengan tongkol yang sudah masak fisiologis, biasanya ditandai dengan mengeringnya daun. 6. Jumlah Tanaman Panen per Petak Petakan terdiri atas baris, yang dipanen untuk pengambilan data adalah seluruh tanaman pada baris tersebut. 7. Jumlah Tongkol Panen Seluruh tongkol yang dipanen dicatat jumlahnya, kecuali tongkol-tongkol yang sangat kecil dan hanya mempunyai beberapa biji. 8. Bobot Tongkol Kupasan (kg) Tongkol-tongkol yang dipanen, setelah dikupas ditimbang Bobotnya per petak.. 9. Kadar Air Panen (%) Sepuluh tongkol sampel per petak sebagai sampel, lalu setiap tongkol dipipil bijinya baris. Biji yang telah dipipil kemudian diukur kadar airnya Angka kadar air panen digunakan untuk menghitung hasil pipilan kering pada kadar air standar (5%). Pengukuran data kadar air biji waktu panen harus dilakukan pada hari yang sama dengan pengukuran Bobot Tongkol Kupasan. 0. Diameter Tongkol (cm) Diukur dengan menggunakan jangka sorong pada tongkol yang dijadikan sampel. 9

. Panjang Tongkol (cm) Diukur dengan menggunakan penggaris, dari ujung sampai pangkal tongkol yang sudah dikupas kelobotnya.. Jumlah Baris Biji per Tongkol Dihitung jumlah baris biji tiap tongkol yang dijadikan sampel. 3. Jumlah Biji per Tongkol Dihitung jumlah biji tiap tongkol sampel. 4. Bobot 000 Biji (g) Ditimbang 00 biji dari tiap petakan. 5. Konversi Hasil (kg/ha). 0000 00-KA Hasil (kg/ha) = ----------- x ----------- x B x 0,80 L.P 00-5 K.A =Kadar Air biji waktu panen L.P = Luas Panen (m). B = Bobot Tongkol Kupasan (kg) 0,80 = Rata-rata shelling percentage/rendemen Dihitung dengan membagi bobot pipilan dengan bobot tongkol. Analisis Data. Nilai Daya Gabung a. Analisis perbedaan genotipe Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = m+ T ij + b k + (bt) ijk + e ijk Dimana : Y ijk = nilai pengamatan dari genotipe I x j dalam ulangan ke k m = rata rata umum T ij = efek genotipe I x j b k = efek ulangan ke k (bt) ijk = efek interaksi ulangan dengan perlakuan = galat e ijk 0

Tabel. Analisis varians perbedaan genotipe Sumber Variasi Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Ulangan (b) b x. j ( xij) T bt Perlakuan T x. j ( xij) (T) b bt JK Total JK Galat (r-) (t-) Perlakuan JK Ulangan ( Total r.t xij) x ij bt Keterangan : b = jumlah ulangan JKU b JKP T JKG ( b )( T ) T = jumlah perlakuan KTU KTP b. Analisis Daya Gabung Nilai duga daya gabung umum dan daya gabung khusus genotipe diperoleh dengan menggunakan metode I Grifing (Singh dan Chaudhary, 979) yaitu berdasarkan persilangan full diallel (8 tetua, 8 F dan 8 F resiprokalnya ). Model statistika untuk analisis daya gabung menurut Griffing (956) adalah : Y ij = m + g i + g j + s ij + r ij + b eijk Dimana : Y ij = rata rata genotipe i x j m = rata-rata umum g i = efek daya gabung umum tetua ke i g j = efek daya gabung umum tetua ke j s ij = efek DGK untuk persilangan tetua ke i dan tetua ke j, sedemikian sehingga sij = sji r ij = pengaruh resiprokal untuk persilangan tetua ke i dan tetua ke j, sedemikian sehingga r ij = - r ji b eijk = efek galat percobaan pada pengamatan ke ijk i = j=,,3,...n (galur) k =,,3,...n (ulangan)

Tabel 3. Analisis varians daya gabung Metode I Model dari Griffing Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat DGU p- Sg Kuadrat Tengah Sg p F Hitung KTDGU DGK p(p-)/ Ss Resiprokal p(p-)/ Sr Galat (t-)(r-) Se Ss p( p ) / Sr p( p ) / Se r KTDGK KT Re sip Dimana : p = jumlah tetua t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan Sg = ( Yi + Yj) p i Y.. p Ss = Sr = i j i< j Yij( Yij + Yji) ( Yi + Yj) p ( Yij Yji) i + Y.. p Apabila nilai ketiga kuadrat tengah berbeda nyata terhadap galat, maka pengaruh sumber variasi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus berdasarkan Singh dan Chaudhary (979) ; n. Efek DGU = + ( Yi. + Y. i) Y.. nxn Yij + Yji Yi + Y i + Yj + Y j + Y n nxn. Efek DGK = ( ) (.... ).. 3. Efek resiprokal = ( Yij Yji)

Uji beda antara GCA genotipe tetua dan antara SCA genotipe hasil persilangan dilakukan dengan menggunakan uji beda kritis (critical difference) dengan rumus dari Singh dan Chaudhary (979) : CD = SE x t 5% Keterangan : CD = critical difference SE = Standard Error = a (α adalah varians beda efek DGU/DGK). Analisis Nilai Heterosis Pendugaan nilai heterosis hibrida dianalisis berdasarkan nilai tengah kedua tetua (mid parent heterosis) atau heterosis dan nilai tengah tetua terbaik (best parents) atau heterobeltiosis. μf μmp Heterosis = x00% μmp μf μbp Heterobeltiosis = x00% μbp Keterangan : μf = nilai tengah progeni P + P μmp = nilai tengah kedua tetua μbp = nilai tengah tetua terbaik Untuk mengetahui adanya beda nyata nilai heterosis yang diperoleh diantara genotipe hibrida hasil persilangan yang diuji, maka data yang diperoleh diuji dengan menggunakan uji F. 3