BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 6

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMANAN DAN DEKORASI KOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN JENAZAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERRLINDUNGAN MATA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DAN TAMAN

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Transkripsi:

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan berkelanjutan, guna meningkatkan mutu kehidupan bagi generasi sekarang dan yang akan datang, diperlukan adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Pasuruan menyangkut perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan ruang terbuka hijau; b. bahwa dalam rangka upaya pencegahan perusakan lingkungan, rehabilitasi lahan kritis dan pengendalian pencemaran lingkungan serta pengurangan potensi sumber daya air sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan fungsi lingkungan hidup; c. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta dan tanggung jawab terhadap pengelolaan ruang terbuka hijau bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat serta dunia usaha; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan tentang Ruang Terbuka Hijau. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49); 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); 7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4242); 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20/ KPTS/ 1986 tentang Permukiman; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 5 Tahun 1992 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Pasuruan (Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 1992 Nomor 26/C); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 14 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Kabupaten Pasuruan (Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2003 Nomor 40). Dengan Persetujuan Bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN dan BUPATI PASURUAN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU 2

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Pasuruan; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan; 3. Bupati adalah Bupati Pasuruan; 4. Bapedalda adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Pasuruan; 5. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Bapedalda Kabupaten Pasuruan; 6. Badan adalah suatu badan hukum/usaha yang bergerak dalam bidang usaha apapun baik berbentuk Badan Hukum maupun tidak; 7. Ruang Terbuka Hijau adalah ruang hijau yang berfungsi untuk menunjang konservasi daerah tangkapan air dan berada di kawasan pertamanan kota, kawasan hutan kota, kawasan rekreasi kota, kawasan pemakaman, kawasan pertanian, kawasan jalur hijau, kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan industri dan kawasan fasilitas umum serta kegiatan usaha lainnya, untuk menunjang konservasi daerah tangkapan air; 8. Lahan Kritis adalah lahan yang secara umum sudah tidak berfungsi sebagai pengatur tata air, lapis olah < 20 cm dg batuan induk muncul di permukaan tanah, lahan tanpa vegetasi (lahan terbuka), mempunyai kemiringan lereng > 45% dan jenis tanah sangat rentan terhadap erosi; 9. Konservasi Sumber Daya Air adalah suatu kegiatan tertentu untuk menjaga, melindungi dan melestarikan sumber daya air; 10. Penghijauan adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi kawasan beserta semua kelengkapannya dengan melakukan penanaman pohon pelindung, perdu/ semak hias dan rumput/ penutup tanah dalam upaya melestarikan tanaman dan meningkatkan lingkungan hidup; 11. Tegakkan adalah pohon pelindung dalam jumlah tertentu yang tumbuh batangnya tegak, berdiameter minimal 15 cm, ketinggian minimal 3 meter bertajuk lebar serta dapat memberikan perlindungan dari sinar matahari; 12. Tanaman Perdu adalah tanaman yang pertumbuhan batangnya mempunyai diameter maksimal 10 cm dengan ketinggian maksimal 3 meter; 13. Semak Hias adalah tanaman yang pertumbuhan batangnya mempunyai diameter maksimal 5 cm dengan ketinggian maksimal 1,5 meter; 14. Sarana Penunjang adalah bangunan yang digunakan sesuai dengan fungsi penghijauan atau sumur resapan; 15. Sumur Resapan adalah salah satu rekayasa teknis konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu, diisi dengan bahan-bahan penyaring (pasir, batu dan ijuk) secara berlapis sampai rata dengan permukaan tanah yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan sekaligus peresapan air ke dalam tanah; 16. Fasilitas Umum adalah segala bentuk sarana yang peruntukannya untuk memenuhi kepentingan masyarakat umum baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun Swasta antara lain Perkantoran, Sekolahan, Rumah Sakit, Pertokoan, Perhotelan; 3

17. Pihak yang berwenang adalah pihak atau instansi yang membidangi dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan hidup. BAB II TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT Pasal 2 Tujuan ruang terbuka hijau adalah untuk meningkatkan keseimbangan fungsi lingkungan hidup antara lain menjaga ketersediaan dan melestarikan sumber daya alam, sumber daya air meningkatkan fungsi lahan dan mempertahankan kualitas udara. Pasal 3 Fungsi ruang terbuka hijau adalah : a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup; b. Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air tanah serta mencegah pencemaran udara; c. Mengurangi volume limpasan air hujan sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya banjir dan genangan air; d. Mencegah erosi dan sedimentasi; e. Mengurangi atau menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai; f. Memperbaiki dan meningkatkan fungsi lahan pada daerah hulu, tengah dan hilir serta pantai Pasal 4 Manfaat ruang terbuka hijau adalah : a. Meningkatnya daya dukung lingkungan hidup; b. Meningkatnya pendayagunaan dan ketersediaan air tanah; c. Mempertahankan kualitas udara. BAB III RUANG LINGKUP Bagian Pertama Lokasi Ruang Terbuka Hijau Pasal 5 (1) Lokasi ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada pasal 1 angka 7 (tujuh) terletak pada ruang terbuka hijau di Kabupaten Pasuruan pada lingkungan industri, lokasi wilayah pertambangan, permukiman, lahan kritis dan fasilitas umum. 4

(2) Lokasi penanaman selain sebagaimana dimaksud ayat (1) diarahkan melalui Peraturan Bupati Bagian Kedua Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pasal 6 Pengelolaan ruang terbuka hijau di Lingkungan Industri ditetapkan sebagai berikut : a. Luas s/d 5000m2, Building Coverage 80 : 20, yaitu 80% untuk lahan terbangun dan 20% untuk Ruang Terbuka Hijau; b. Luas lebih dari 5000 m2, Building Coverage 60 : 40, yaitu 60% untuk lahan terbangun dan 40% untuk Ruang Terbuka Hijau; c. Sekurang-kurangnya 50% dari ruang terbuka harus dihijaukan; d. Sekurang-kurangnya setiap 50 m2 dari luas terbuka hijau ditanami 1 (satu) batang tegakkan, semak hias dan sarana penunjang lainnya; e. Lahan yang terbangun untuk tempat parkir, jalan dan atau fasilitas lainnya yang bersifat terbuka pengelolaannya dengan menggunakan material yang dapat meresapkan air. Pasal 7 Pengaturan pengelolaan ruang terbuka hijau di lingkungan lokasi Wilayah Pertambangan ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk lahan pertambangan yang sudah dilaksanakan kegiatan penambangan atau lahan pasca tambang wajib menyediakan Ruang Terbuka Hijau, dengan ketetapan perbandingan luasan sekurang-kurangnya 40% dari luasan areal penambangan yang ditetapkan dalam Perijinan; b. bahwa untuk lahan terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada hurus wajib dihijaukan dengan melakukan penanaman pohon sekurang-kurangnya setiap 30 m² ditanami 1 (satu) batang tegakan; c. kewajiban penyediaan dan penanaman pohon pada ruang terbuka hijau pada lokasi wilayah penambangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tidak menghapus kewajiban pengelolaan lahan pasca tambang yang ditetapkan pada ketentuan surat ijin penambangan yang dimiliki dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Pasal 8 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Permukiman ditetapkan sebagai berikut : a. Jenis kavling dengan ukuran luas kurang dari 120 m 2 wajib ditanami tanaman perdu, semak hias, penutup tanah/ rumput dan sarana penunjang lainnya; b. Jenis kavling dengan ukuran luas antara 120-240 m 2 wajib ditanami minimal 1(satu) tanaman tegakan,tanaman perdu, semak hias, penutup tanah/ rumput dan sarana penunjang lainnya; 5

c. Jenis kavling dengan ukuran luas antara 240-500 m 2 wajib ditanami minimal 2 (dua) tanaman tegakan, tanaman perdu, semak hias, penutup tanah/ rumput dan sarana penunjang lainnya; d. Jenis kaveling dengan ukuran luas lebih dari 500 m 2 wajib ditanami minimal 3 (tiga) tanaman tegakan, tanaman perdu, semak hias, penutup tanah/ rumput dalam jumlah yang cukup. Pasal 9 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Lahan Kritis ditetapkan sebagai berikut : a. Bahwa setiap orang atau badan usaha yang memiliki dan atau menguasai lahan kritis, sekurang-kurangnya 50% dari luas lahan harus ditanami dengan tanaman tegakan, tanaman perdu, penutup tanah / rumput dan atau tanaman keras yang lain b. Cara, jenis dan jarak tanaman serta bibit tanaman sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatur melalui Peraturan Bupati Pasal 10 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Fasilitas Umum ditetapkan sebagai berikut : a. Luas s/d 2500m2 dalam pemanfaatan lahan diwajibkan mengikuti ketentuan Building Coverage dengan perbandingan 80 : 20 yaitu 80% untuk Lahan Terbangun, 20% untuk Ruang Terbuka Hijau; b. Luas antara 2501m2 s/d 5000m2 dalam pemanfaatan lahan diwajibkan mengikuti ketentuan Building Coverage dengan perbandingan 70 : 30 yaitu 70% untuk Lahan Terbangun, 30% untuk Ruang Terbuka Hijau; c. Luas lebih dari 5000 m 2 dalam pemanfaatan lahan diwajibkan mengikuti ketentuan Building Coverage dengan perbandingan 60 : 40 yaitu 60% untuk Lahan Terbangun, 40% untuk Ruang Terbuka Hijau Pasal 11 Guna mengoptimalkan tujuan dan manfaat Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau terhadap luas lahan yang tidak memenuhi komposisi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6, 7, 8, 9 dan 10, pelaksanaannya diatur sebagai berikut : a. Untuk bangunan di lingkungan industri, pemukiman, perkantoran dan fasilitas umum setiap luas atap sampai dengan 300 m 2 wajib membangun sekurang-kurangnya 1 (satu) sumur resapan; b. Untuk bangunan di kawasan pengembang perumahan, setiap luas atap sampai dengan 300 m 2 wajib membangun sekurang kurangnya 1 (satu) sumur resapan; c. Untuk bangunan di kawasan perumahan umum setiap luas atap sampai dengan 300 m 2 wajib membangun sekurang kurangnya 1 (satu) sumur resapan; d. Untuk bangunan di kawasan pertokoan setiap luas atap sampai dengan 300 m 2 wajib membangun sekurang kurangnya 1 (satu) sumur resapan. 6

BAB IV PELAKSANAAN RUANG TERBUKA HIJAU Pasal 12 (1) Pelaksanaan ruang terbuka hijau dilakukan secara terpadu oleh Instansi Pemerintah, Pihak Swasta, Pelaku Usaha, Pelajar dan Mahasiswa serta Komponen Masyarakat lainnya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing; (2) Pelaksanaan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 Dalam rangka Pengendalian Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab dan kemitraan semua pihak baik pejabat Pemerintah Daerah, Swasta/ Pengusaha dan seluruh komponen Masyarakat dalam upaya pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup Pasal 14 Bupati menunjuk Instansi berwenang untuk melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang terbuka hijau BAB VI LARANGAN Pasal 15 Masyarakat di Kabupten Pasuruan dilarang : a. Menebang pohon yang dikuasai/ milik Pemerintah Daerah tanpa izin Bupati atau Pejabat yang ditunjuk; b. Merusak sarana dan prasarana Ruang Terbuka Hijau; c. Melakukan pemindahan terhadap sarana dan prasarana Ruang Terbuka Hijau tanpa izin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. 7

BAB VII S A N K S I Pasal 16 Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 15 dikenakan denda biaya paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 17 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran ketentuan Peraturan Daerah ini. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyelidikan dan menyampaikan hasilnya kepada penuntut umum melalui penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan pada Pasal 5 dan 7, diberlakukan secara bertahap pada Lingkungan Industri, Pertambangan, Permukiman, Lahan Kritis, dan Fasilitas Umum yang sudah ada. 8

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan. Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal 11 September 2006 BUPATI PASURUAN, ttd. Diundangkan di Pasuruan pada tanggal 11 September 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASURUAN, JUSBAKIR ALDJUFRI ttd. MACHMUD RIEF LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2006 NOMOR 15 9