<Ífi<^ ffl ]< ËÇ ]<Íœi



dokumen-dokumen yang mirip
<i <l]öáéfl < <ÜËÜvj ]<hàu <<ÍÍfifi<<^^ ffflfl ]]<< ËËÇÇ ]]<<ÍÍœœii < UKM KI ITP

Memahami Takdir Secara Adil

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Tantangan Alquran. Khutbah Pertama:

تقي الدين النبهاني من منشورات حزب التحرير

Perintah Pertama di Dalam Alquran

MEMAHAMI KONSEPSI MANUSIA

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

ANTARA PRIA DAN WANITA

Kitab suci Qur an menunjukan sebuah kelompok yang disebut Ahli Kitab. Pembaca diundang untuk mempelajari Surah ke-3: Ali Imran.

Kedudukan Akal Dalam Islam

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

MENDIDIK ANAK DENGAN NASEHAT. Muzdalifah M Rahman* 1

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani


Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Mengimani Kehendak Allah

Memahami Akidah Islam

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BIMBINGAN TAUHID UNTUK PEMULA DAN ANAK-ANAK

Mengusir Asap? Allah Yang Meniupkan Angin dan Menurunkan Hujan

Pendidikan Tauhid Sejak Dini

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MENYAMAKAN PERSEPSI TENTANG ISLAM. Munawar Rahmat. Dosen Pendidikan Agama Islam MKDU UPI

Ditulis oleh administrator Senin, 15 Desember :29 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 20 Mei :36

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

RANGKUMAN MATERI. Iman Kepada Allah SWt

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

TUGAS KITA SEBAGAI HAMBA ALLAH & UMMAT NABI. Tugas sebagai hamba ialah beribadah. QS 51. Adzariyat 56:

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢

Tafsir Surat Al-Kautsar

Kisah Kaum 'Aad. Khutbah Pertama:

Kewajiban Menunaikan Amanah

DOA WIRID YANG TERMUAT DALAM AL QUR AN

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

The Arrivals wakeupproject.com

Allah Telah Memudahkan Alquran Untuk Dipelajari

Mengenai Buku Ini

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Mengimani Nama Allah, Ar-Raqib

ASAS-ASAS ISLAM. Agama Islam Iman & Taat Kenabian Pentafsiran Iman Ibadat-ibadat Agama & Syariah Hukum Syariah

Nama : Irma wati Kelas : XI IPA 2 Matpel : Pend. Agama Islam

Kitab (Al-qur an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, (sebagai) petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 2) ABSTRAK

Pendidikan Agama Islam

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

DAFTAR TERJEMAH NO BAB HLM TERJEMAH TEKS

Berpaling Ketika Senang, Berputus Asa Ketika Susah

Faedah Kisah-kisah Qur ani FAEDAH KISAH-KISAH QUR ANI


Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Tafsir Surat Al-Ashr: Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

RASIONALITAS MENURUT ISLAM

BEBERAPA BUKTI KERASULAN MUHAMMAD SAW البشارات دالئل نبوة محمد صلى هللا عليه حسية المعجزات

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

BAHAGIAN A (20 markah)

Disebarluaskan melalui: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Berkawan dengan Orang Shalih

Khutbah Jum'at. Isra' Mi'raj. Bersama Dakwah 1

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama

Kasih Sayang Nabi Muhammad? Kepada Umatnya

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

Diterjemahkan oleh : Abu Sa id Neno Triyono א א א.

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Oleh: Rokhmat S Labib, MEI

: Menghafal dan Menulis Hadits Arabain. : Maktabah Raudhah al-muhibbin. Disebarluaskan melalui:

ISLAM & LINGKUNGAN HIDUP

KEBERPALINGAN MANUSIA DARI KEBENARAN YANG HAKIKI

Transkripsi:

<Ífi<^ ffl ]< ËÇ ]<Íœi <l]öáéfl < <ÜËÜvj ]<hàu <Ífi<^ ffl ]< ËÇ ]<Íœi <Ífi<^ ffl ]< ËÇ ]<Íœi <l]öáéfl < <l]öáéfl < <ÜËÜvj ]<hàu <ÜËÜvj ]<hàu

Taqiyuddin An-Nabhani PERATURAN HIDUP dalam ISLAM (Edisi Mu tamadah) HTI-Press 2012

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) An-Nabhani, Taqiyuddin Peraturan Hidup dalam Islam/Taqiyuddin an-nabhani; Penerjemah, Abu Amin, dkk; Penyunting, Tim HTI-Press. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2013. 232 hlm.; 20,5 cm Judul Asli: Nizham Al-Islam 1. Islam dan Pemikiran, II. Peraturan Hidup, III. Tim HTI-Press 297-67 Judul Asli: Nizham Al-Islam Pengarang: Taqiyuddin An-Nabhani Dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Cetakan ke-1: 1953 M/ 1372 H Cetakan ke-6: 2001 M/ 1422 H Edisi Mu tamadah Edisi Indonesia Penerjemah: Abu Amin, dkk Penyunting: Tim HTI-Press Penata Letak: Anwari Desain Sampul: Hanafi Penerbit: Hizbut Tahrir Indonesia Kantor Pusat Hizbut Tahrir Indonesia Crown Palace Jl. Prof. Soepomo No. 231 Tebet, Jakarta Selatan, Telp. 021-83787365 Cetakan ke-9, Januari 2012 Cetakan ke-10, Agustus 2012 Cetakan ke-11, Agustus 2013

DAFTAR ISI Jalan Menuju Iman ~ 7 Qadla dan Qadar ~ 27 Kepemimpinan Berfikir dalam Islam ~ 43 Tatacara Mengemban Dakwah Islam ~ 99 Hadlarah Islam ~ 109 Peraturan Hidup dalam Islam ~ 117 Hukum Syara ~ 127 Macam-macam Hukum Syariat Islam ~ 132 As-Sunah ~ 134 Meneladani Perbuatan Rasulullah SAW ~ 136 Melegalisasi Hukum-hukum Syariat Islam ~ 139 Undang-undang Dasar dan Undang-undang ~ 143 Rancangan Undang-undang Dasar ~ 139 Hukum-hukum Umum ~ 153 Sistem Pemerintahan ~ 157 Khilafah ~ 159 Mu awin At-Tafwidl ~ 167 Mu awin At-Tanfidz ~ 170 Al-Wulat (Gubernur) ~ 171 Amirul Jihad: Direktorat Peperangan-Pasukan ~ 174 Keamanan Dalam Negeri ~ 176 Luar Negeri ~ 178 Direktorat Perindustrian ~ 178 Al-Qadla (Badan Peradilan) ~ 178

6 Peraturan Hidup dalam Islam Jihaz Al-Idari (Aparat Administrasi) ~ 185 Baitul Mal ~ 187 Penerangan ~ 187 Majelis Umat ~ 188 Sistem Sosial ~ 192 Sistem Ekonomi ~ 195 Politik Pendidikan ~ 208 Politik Luar Negeri ~ 211 Akhlak dalam Pandangan Islam ~ 216

Jalan Menuju Iman 7 JALAN MENUJU IMAN Bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu. Disamping itu, manusia selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahim-nya terhadap kehidupan. Sebagai contoh, mafahim seseorang terhadap orang yang dicintainya akan membentuk perilaku yang berlawanan dari orang tersebut terhadap orang lain yang dibencinya, karena ia memiliki mafahim kebencian terhadapnya. Begitu juga akan berbeda terhadap orang yang sama sekali tidak dikenalnya, karena ia

8 Peraturan Hidup dalam Islam 8 Peraturan Hidup dalam Islam ia tidak memiliki mafhum apapun terhadap orang tersebut. Jadi, tidak tingkah memiliki laku mafhum manusia apapun selalu terhadap berkaitan orang tersebut. erat dengan Jadi, mafahim tingkah yang laku manusia dimilikinya. selalu Dengan berkaitan demikian, erat dengan apabila mafahim kita hendak yang dimilikinya. mengubah tingkah Dengan laku demikian, manusia yang apabila rendah kita menjadi hendak luhur, mengubah maka tingkah tidak ada laku jalan manusia lain yang kecuali rendah harus menjadi mengubah luhur, mafhum-nya maka tidak ada terlebih jalan lain dahulu. kecuali Dalam harus mengubah hal ini, Allah mafhum-nya SWT berfirman: terlebih dahulu. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu itu sendiri mengubah apa apa yang ada ada pada diri diri mereka (TQS. Ar-Ra d [13]: 11). Satu-satunya jalan untuk mengubah mafahim seseorang adalah dengan dengan mewujudkan mewujudkan suatu pemikiran suatu pemikiran tentang kehidupan tentang dunia kehidupan sehingga dunia dapat sehingga terwujud dapat mafahim terwujud yang mafahim benar yang tentang benar kehidupan tentang kehidupan tersebut. Namun, tersebut. pemikiran Namun, seperti pemikiran ini tidak seperti akan ini melekat tidak akan erat melekat dan memberikan erat dan hasil memberikan yang berarti, hasil kecuali yang apabila berarti, terbentuk kecuali apabila dalam terbentuk dirinya pemikiran dalam dirinya tentang pemikiran alam semesta, tentang manusia, alam semesta, dan hidup; manusia, tentang dan Zat hidup; yang ada tentang sebelum Zat kehidupan yang ada dunia sebelum dan apa kehidupan yang ada dunia sesudahnya; dan apa disamping yang ada juga sesudahnya; keterkaitan kehidupan disamping dunia juga dengan keterkaitan Zat yang kehidupan ada sebelumnya dunia dengan dan apa Zat yang ada sebelumnya sesudahnya. dan Semua apa yang itu dapat ada sesudahnya. dicapai dengan Semua memberikan itu dapat dicapai kepada dengan manusia memberikan pemikiran menyeluruh kepada manusia dan sempurna pemikiran tentang menyeluruh apa yang dan sempurna ada di balik tentang ketiga apa unsur yang utama ada di tadi. balik Sebab, ketiga pemikiran unsur utama menyeluruh tadi. Sebab, dan pemikiran sempurna menyeluruh semacam ini dan merupakan sempurna landasan semacam berpikir ini merupakan (al-qa idah landasan al-fikriyah) berpikir yang melahirkan (al-qa idah seluruh al-fikriyah) pemikiran yang cabang melahirkan tentang seluruh kehidupan pemikiran dunia. Memberikan cabang tentang pemikiran kehidupan menyeluruh dunia. mengenai Memberikan ketiga unsur pemikiran tadi, merupakan menyeluruh solusi mengenai fundamental ketiga pada unsur diri tadi, manusia. merupakan Apabila solusi fundamental pada diri manusia. Apabila solusi fundamental

Jalan Menuju Iman 9 ini teruraikan, maka terurailah berbagai masalah lainnya. Sebab, seluruh problematika kehidupan pada dasarnya merupakan cabang dari problematika pokok tadi. Namun demikian, pemecahan itu tidak akan mengantarkan kita pada kebangkitan yang benar, kecuali jika pemecahan itu sendiri adalah benar, yaitu sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, dan memberikan ketenangan hati. Pemecahan yang benar tidak akan dapat ditempuh kecuali dengan al-fikru al-mustanir (pemikiran cemerlang) tentang alam semesta, manusia, dan hidup. Karena itu, bagi mereka yang menghendaki kebangkitan dan menginginkan kehidupannya berada pada jalan yang mulia, mau tidak mau lebih dahulu mereka harus memecahkan problematika pokok tersebut dengan benar, melalui berpikir secara cemerlang tadi. Pemecahan inilah yang menghasilkan akidah, dan menjadi landasan berpikir yang melahirkan setiap pemikiran cabang tentang perilaku manusia di dunia ini serta peraturanperaturannya. Islam telah menuntaskan problematika pokok ini dan dipecahkan untuk manusia dengan cara yang sesuai dengan fitrahnya, memuaskan akal, serta memberikan ketenangan jiwa. Ditetapkannya pula bahwa untuk memeluk agama Islam, tergantung sepenuhnya kepada pengakuan terhadap pemecahan ini, yaitu pengakuan yang betul-betul muncul dari akal. Karena itu, Islam dibangun di atas satu dasar, yaitu akidah. Akidah menjelaskan bahwa di balik alam semesta, manusia, dan hidup, terdapat Pencipta (Al-Khaliq) yang telah meciptakan ketiganya, serta yang telah meciptakan segala sesuatu lainnya. Dialah Allah SWT. Bahwasanya Pencipta telah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Ia bersifat wajibul wujud, wajib adanya. Sebab, kalau tidak

10 Peraturan Hidup dalam Islam demikian, berarti Ia tidak mampu menjadi Khaliq. Ia bukanlah makhluk, karena sifat-nya sebagai Pencipta memastikan bahwa diri-nya bukan makhluk. Pasti pula bahwa Ia mutlak adanya, karena segala sesuatu menyandarkan wujud atau eksistensinya kepada diri-nya; sementara Ia tidak bersandar kepada apapun. Bukti bahwa segala sesuatu mengharuskan adanya Pencipta yang menciptakannya, dapat diterangkan sebagai berikut: bahwa segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur, yaitu manusia, alam semesta, dan hidup. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang, dan saling membutuhkan kepada yang lain. Misalnya manusia. Manusia terbatas sifatnya, karena ia tumbuh dan berkembang sampai pada batas tertentu yang tidak dapat dilampuinya lagi. Ini menunjukkan bahwa manusia bersifat terbatas. Begitu pula halnya dengan hidup, bersifat terbatas, karena penampakannya bersifat individual. Apa yang kita saksikan selalu menunjukkan bahwa hidup ini berakhir pada satu individu saja. Jadi, hidup juga bersifat terbatas. Sama halnya dengan alam semesta yang memiliki sifat terbatas. Alam semesta merupakan himpunan dari benda-benda angkasa, yang setiap bendanya memiliki keterbatasan. Himpunan segala sesuatu yang terbatas, tentu terbatas pula sifatnya. Jadi, alam semesta pun bersifat terbatas. Walhasil, manusia, hidup, dan alam semesta, ketiganya bersifat terbatas. Apabila kita melihat kepada segala sesuatu yang bersifat terbatas, akan kita simpulkan bahwa semuanya tidak azali. Jika bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir), tentu tidak mempunyai keterbatasan. Dengan demikian segala yang terbatas pasti diciptakan oleh sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain inilah yang disebut Al-Khaliq. Dialah

Jalan Menuju Iman 11 yang menciptakan manusia, hidup, dan alam semesta. Dalam menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan. Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, Ia menciptakan diri-nya sendiri. Ketiga, Ia bersifat azali dan wajibul wujud. Kemungkinan pertama bahwa Ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas. Begitu pula dengan kemungkinan kedua, yang menyatakan bahwa Ia menciptakan diri-nya sendiri. Jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Hal yang jelas-jelas tidak dapat diterima. Karena itu, Al-Khaliq harus bersifat azali dan wajibul wujud. Dialah Allah SWT. Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan hanya dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya bahwa di balik benda-benda itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa semua benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan. Hal ini menggambarkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk. Jadi untuk membuktikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah satu planet yang ada di alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu bagian dari diri manusia, akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah SWT. Karena itu, dalam Al-Quran terdapat ajakan untuk mengalihkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada, seraya mengajaknya turut mengamati dan memfokuskan

12 Peraturan Hidup dalam Islam 12 Peraturan Hidup dalam Islam yang 12 ada, Peraturan seraya Hidup dalam mengajaknya Islam turut mengamati dan memfokuskan yang ada, seraya perhatian mengajaknya terhadap turut benda-benda mengamati tersebut dan dan memfokuskan perhatian segala terhadap sesuatu perhatian benda-benda yang terhadap di tersebut sekelilingnya, benda-benda dan segala atau tersebut sesuatu yang berhubungan dan yang segala ada di sekelilingnya, sesuatu dengannya, yang atau ada yang agar di sekelilingnya, berhubungan dapat membuktikan dengannya, atau yang adanya berhubungan agar dapat Allah membuktikan SWT. dengannya, Dengan adanya agar mengamati dapat Allah membuktikan SWT. benda-benda Dengan tersebut, adanya mengamati Allah bagaimana benda-benda SWT. Dengan satu tersebut, dengan mengamati bagaimana yang benda-benda lain satu dengan saling membutuhkan, tersebut, yang lain saling bagaimana akan membutuhkan, memberikan satu dengan akan suatu memberikan yang pemahaman lain saling suatu yang meyakinkan membutuhkan, pemahaman yang dan akan meyakinkan pasti, memberikan akan adanya suatu pasti, Allah pemahaman akan adanya Yang Maha Allah yang Pencipta meyakinkan Yang Maha lagi Pencipta dan Maha pasti, lagi akan Pengatur. Maha adanya Pengatur. Allah Al-Quran Yang Maha telah membeberkan Pencipta lagi ratusan Maha ayat ayat Pengatur. berkenaan dengan Al-Quran dengan hal ini, hal telah antara ini, antara membeberkan lain firman-firman lain firman-firman ratusan Allah ayat SWT: Allah berkenaan SWT: dengan hal ini, antara lain firman-firman Allah SWT: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya Sesungguhnya malam dalam dan penciptaan siang, terdapat langit tanda-tanda dan bumi, (ayat) dan silih bagi orang bergantinya yang berakal malam dan (TQS. siang, Ali terdapat Imran tanda-tanda [3]: 190). (ayat) bagi orang yang berakal (TQS. Ali Imran [3]: 190). (Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaan-nya adalah diciptakan-nya (Dan) Di antara langit tanda-tanda dan bumi serta kekuasaan-nya berlain-lainannya adalah bahasa dan diciptakan-nya warna kulitmu langit (TQS. dan bumi Ar-Rum serta berlain-lainannya [30]: 22). bahasa dan warna kulitmu (TQS. Ar-Rum [30]: 22).

Jalan Menuju Iman 13 Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ia ditinggikan? Dan gununggunung, bagaimana ia ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia ia dihamparkan? (TQS. Al-Ghasyiyah [88]: [88]: 17-20). 17-20). Hendaklah manusia memperhatikan dari dari apa apa ia ia diciptakan? Dia Dia diciptakan diciptakan dari dari air memancar, air memancar, yang yang keluar keluar dari dari antara antara tulang tulang sulbi sulbi laki-laki laki-laki dengan dengan tulang tulang dada perempuan dada perempuan (TQS. (TQS. At-Thariq Thariq [86]: 5-7). [86]: 5-7). Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan langit bumi. dan Silih bumi. bergantinya Silih bergantinya malam dan malam siang. Berlayarnya dan siang. bahtera Berlayarnya di laut bahtera yang membawa di laut yang apa membawa yang berguna apa bagi yang manusia. berguna bagi Dan manusia. apa yang Dan Allah apa turunkan yang Allah dari turunkan langit berupa dari air, langit lalu berupa dengan air, air lalu itu dengan Ia hidupkan air itu bumi Ia hidupkan sesudah bumi matinya sesudah (kering). matinya Dan Ia (kering). sebarkan Dan di bumi Ia sebarkan itu segala di jenis bumi hewan. itu

14 Peraturan Hidup dalam Islam Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (TQS. Al-Baqarah [2]: 164). Banyak lagi ayat serupa lainnya, yang mengajak manusia untuk memperhatikan benda-benda alam dengan seksama, dan melihat apa yang ada di sekelilingnya maupun yang berhubungan dengan keberadaan dirinya. Ajakan itu untuk dijadikan petunjuk akan adanya Pencipta yang Maha Pengatur, sehingga imannya kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata. Memang benar, iman kepada adanya Pencipta Yang Maha Pengatur merupakan hal yang fitri pada setiap manusia. Hanya saja, iman yang fitri ini muncul dari perasaan yang berasal dari hati nurani belaka. Cara seperti ini bila dibiarkan begitu saja, tanpa dikaitkan dengan akal, sangatlah riskan akibatnya serta tidak dapat dipertahankan lama. Dalam kenyataannya, perasaan tersebut sering menambah-nambah apa yang diimani, dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya. Bahkan ada yang mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang dianggap lumrah terhadap apa yang diimaninya. Tanpa sadar, cara tersebut justru menjerumuskannya ke arah kekufuran dan kesesatan. Penyembahan berhala, khurafat (cerita bohong) dan ajaran kebathinan, tidak lain merupakan akibat kesalahan perasaan hati ini. Islam tidak membiarkan perasaan hati sebagai satu-satunya jalan menuju iman. Hal ini dimaksudkan agar seseorang tidak menambah sifatsifat Allah SWT dengan sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan; atau memberinya kesempatan untuk

Jalan Jalan Menuju Menuju Iman Iman 15 15 memberinya mengkhayalkan kesempatan penjelmaan-nya untuk mengkhayalkan dalam bentuk penjelmaan- materi; Nya atau dalam beranggapan bentuk bahwa materi; untuk atau beranggapan mendekatkan bahwa diri kepada- untuk mendekatkan Nya dapat ditempuh diri kepada-nya melalui penyembahan dapat ditempuh benda-benda, melalui penyembahan sehingga menjurus benda-benda, ke arah kekufuran, sehingga syirik, menjurus khurafat, ke arah dan kekufuran, imajinasi keliru syirik, yang khurafat, senantiasa dan imajinasi ditolak oleh keliru iman yang yang senantiasa lurus. ditolak Karena oleh itu, Islam iman menegaskan yang lurus. Karena agar senantiasa itu, Islam menggunakan menegaskan agar akal senantiasa disamping menggunakan adanya perasaan akal disamping hati. Islam adanya mewajibkan perasaan hati. setiap Islam umatnya mewajibkan untuk setiap menggunakan umatnya untuk akal dalam menggunakan beriman akal kepada dalam Allah beriman SWT, kepada serta Allah melarang SWT, bertaqlid serta melarang dalam masalah bertaqlid dalam akidah. masalah Untuk akidah. itulah, Untuk Islam telah itulah, menjadikan Islam telah akal menjadikan sebagai akal timbangan sebagai dalam timbangan beriman dalam kepada beriman Allah, sebagaimana kepada Allah, yang sebagaimana firman Allah yang SWT: firman Allah SWT: Sesungguhnya Sesungguhnya dalam dalam penciptaan penciptaan langit langit dan dan bumi, bumi, dan dan silih silih bergantinya bergantinya malam malam dan dan siang, siang, terdapat terdapat tanda-tanda tanda-tanda bagi bagi orangorang orangorang yang yang berakal berakal (TQS. (TQS. Ali Ali Imran Imran [3]: [3]: 190). 190). Dengan Dengan demikian demikian setiap setiap Muslim Muslim wajib wajib menjadikan menjadikan imannya imannya betul-betul betul-betul muncul muncul dari dari proses proses berfikir, berfikir, selalu selalu meneliti meneliti dan dan memperhatikan memperhatikan serta serta senantiasa senantiasa bertahkim bertahkim (merujuk) (merujuk) kepada kepada akalnya akalnya secara secara mutlak mutlak dalam dalam beriman beriman kepada kepada (adanya) (adanya) Allah Allah SWT. SWT. Ajakan Ajakan untuk untuk memperhatikan memperhatikan alam alam semesta semesta dengan dengan seksama, seksama, dalam dalam rangka rangka mencari mencari sunatullah sunatullah serta serta untuk untuk memperoleh memperoleh petunjuk petunjuk agar agar beriman beriman terhadap Penciptanya, telah disebut ratusan kali oleh Alterhadap Penciptanya, telah disebut ratusan kali oleh Al- Quran Quran dalam dalam berbagai berbagai surat surat yang yang berbeda. berbeda. Semuanya Semuanya ditujukan kepada potensi akal manusia untuk diajak berfikir ditujukan kepada potensi akal manusia untuk diajak berfikir

16 Peraturan Hidup dalam Islam dan merenung, sehingga imannya betul-betul muncul dari akal dan bukti yang nyata. Disamping untuk memperingatkannya agar tidak mengambil jalan yang telah ditempuh oleh nenek moyangnya, tanpa meneliti dan menguji kembali sejauh mana kebenarannya. Inilah iman yang diserukan oleh Islam. Iman semacam ini bukanlah seperti yang dikatakan orang sebagai imannya orang-orang lemah, melainkan iman yang berpijak pada pemikiran yang cemerlang dan meyakinkan, yang senantiasa mengamati (alam sekitarnya), berpikir dan berpikir. Melalui pengamatan dan perenungannya akan sampai kepada keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Kuasa. Kendati wajib atas manusia menggunakan akalnya dalam mencapai iman kepada Allah SWT, namun tidak mungkin ia menjangkau apa yang ada di luar batas kemampuan indera dan akalnya. Sebab akal manusia terbatas. Terbatas pula kekuatannya sekalipun meningkat dan bertambah sampai batas yang tidak dapat dilampauinya; terbatas pula jangkauannya. Melihat kenyataan ini, maka perlu diingat bahwa akal tidak mampu memahami Zat Allah dan hakekat-nya. Sebab, Allah SWT berada di luar ketiga unsur pokok (alam semesta, manusia, dan hidup) tadi. Sedangkan akal manusia tidak mampu memahami apa yang ada di luar jangkauannya. Ia tidak akan mampu memahami Zat Allah. Tetapi bukan berarti dapat dikatakan Bagaimana mungkin orang dapat beriman kepada Allah SWT, sedang akalnya sendiri tidak mampu memahami Zat Allah? Tentu, kita tidak mengatakan demikian, karena pada hakekatnya iman itu adalah percaya terhadap wujud Allah SWT. Sedangkan wujud-nya dapat diketahui melalui makhluk-makhluk-nya, yaitu alam semesta, manusia, dan hidup. Tiga unsur ini berada

Jalan Menuju Iman 17 dalam batas jangkauan akal manusia. Dengan memahami ketiga hal ini, orang dapat memahami adanya Pencipta, yaitu Allah SWT. Karena itu, iman terhadap adanya Allah dapat dicapai melalui akal, dan berada dalam jangkauan akal. Usaha manusia untuk memahami hakekat Zat Allah SWT merupakan perkara yang mustahil untuk dicapai. Sebab, Zat Allah berada di luar unsur alam semesta, manusia, dan hidup. Dengan kata lain berada di luar jangkauan kemampuan akal. Akal tidak mungkin memahami hakekat yang ada di luar batas kemampuannya, karena perannya amat terbatas. Seharusnya keterbatasannya itu justru menjadi faktor penguat iman, bukan sebaliknya malah menjadi penyebab keragu-raguan dan kebimbangan. Apabila iman kita kepada Allah SWT telah dicapai melalui proses berfikir, maka kesadaran kita terhadap adanya Allah menjadi sempurna. Begitu pula jika perasaan hati kita (yang timbul dari wijdan, pent.) mengisyaratkan adanya Allah, lalu dikaitkan dengan akal, tentu perasaan tersebut akan mencapai suatu tingkat yang meyakinkan. Bahkan hal itu akan memberikan suatu pemahaman yang sempurna serta perasaan yang meyakinkan terhadap sifat-sifat ketuhanan. Dengan sendirinya, cara tersebut akan meyakinkan kita bahwa manusia tidak sanggup memahami hakekat Zat Allah. Sebaliknya hal ini justru akan memperkuat iman kita kepada-nya. Disamping keyakinan seperti ini, kita wajib berserah diri terhadap semua yang dikhabarkan Allah SWT tentang hal-hal yang yang tidak sanggup dicerna atau yang tidak dapat dicapai oleh akal. Ini disebabkan lemahnya akal manusia yang memiliki ukuran-ukuran nisbi yang serba terbatas kemampuannya, untuk memahami apa yang ada di luar jangkauan akalnya. Padahal untuk memahami hal

18 Peraturan Hidup dalam Islam semacam ini, diperlukan ukuran-ukuran yang tidak nisbi dan tidak terbatas, yang justru tidak dimiliki dan tidak akan pernah dimiliki manusia. Adapun bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat kita lihat dari fakta bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah sesuatu yang fitri pada diri manusia, karena termasuk salah satu naluri yang ada pada manusia. Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah yang dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai tali penghubung antara manusia dengan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan begitu saja tanpa aturan, tentu akan menimbulkan kekacauan ibadah. Bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi, harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar. Hanya saja, aturan ini tidak boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan aturan antara dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena aturan ini harus sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak harus ada para Rasul yang menyampaikan agama Allah ini kepada umat manusia. Bukti lain kebutuhan manusia terhadap para Rasul adalah bahwa pemuasan manusia terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan jasmani, adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan semacam ini jika dibiarkan berjalan tanpa aturan akan menjurus ke arah pemuasan yang salah dan menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan umat manusia. Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan kebutuhan jasmani ini. Hanya saja, aturan ini

Jalan Menuju Iman 19 Jalan Menuju Iman 19 saja, aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia. Sebab, tidak boleh pemahaman datang dari manusia pihak dalam manusia. mengatur Sebab, pemahaman naluri dan kebutuhan manusia dalam jasmani mengatur selalu naluri berpeluang dan kebutuhan terjadi jasmani perbedaan, selalu perselisihan, berpeluang terjadi pertentangan, perbedaan, dan perselisihan, terpengaruh pertentangan, lingkungan dan tempat terpengaruh tinggalnya. lingkungan Apabila tempat manusia tinggalnya. dibiarkan Apabila membuat manusia aturan dibiarkan sendiri, membuat tentu aturan tersebut sendiri, akan tentu memungkinkan aturan tersebut terjadinya akan memungkinkan perbedaan, terjadinya perselisihan, perbedaan, dan perselisihan, pertentangan, dan yang pertentangan, justru yang akan justru menjerumuskannya akan menjerumuskannya ke ke dalam kesengsaraan. Maka Maka aturan aturan tersebut tersebut harus harus datang datang dari Allah dari Allah SWT melalui SWT melalui para Rasul. para Rasul. Mengenai bukti bukti bahwa bahwa Al-Quran Al-Quran itu datang itu datang dari Allah, dari dapat Allah, dilihat dapat dari dilihat kenyataan dari kenyataan bahwa Al-Quran bahwa Al-Quran adalah sebuah adalah kitab sebuah berbahasa kitab berbahasa Arab Arab yang yang dibawa dibawa oleh oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al- Quran, akan akan kita kita dapatkan dapatkan tiga tiga kemungkinan. kemungkinan. Pertama, Pertama, kitab itu kitab adalah itu adalah karangan karangan orang orang Arab. Arab. Kedua, Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, berasal berasal dari dari Allah Allah SWT. SWT. Tidak Tidak ada ada lagi lagi kemungkinan kemungkinan selain selain dari yang dari yang tiga ini. tiga Sebab, ini. Sebab, Al-Quran Quran adalah adalah berciri khas berciri Arab, khas baik Arab, dari baik segi dari bahasa segi maupun bahasa maupun gayanya. gayanya. Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al- Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat diterima. Sebab, Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat: Katakanlah: Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya (TQS. Hud [11]: 13). Di dalam ayat lain:

20 Peraturan Hidup dalam Islam Islam Di dalam ayat lain: Katakanlah: ( Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya (TQS. Yunus [10]: 38). Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Hal Hal ini ini membuktikan bahwa bahwa Al- Al-Quran bukan bukan berasal berasal dari dari perkataan perkataan mereka. mereka. Mereka Mereka tidak mampu tidak mampu menghasilkan menghasilkan karya karya yang yang serupa, serupa, kendati kendati ada tantangan ada tantangan dari dari Al-Quran dan dan mereka telah berusaha menjawab tantangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan itu karangan Muhammad Muhammad SAW, SAW, juga tidak juga dapat tidak diterima dapat oleh diterima akal. Sebab, oleh Muhammad akal. Sebab, SAW Muhammad adalah orang SAW Arab adalah juga. Bagaimanapun orang Arab juga. jeniusnya, Bagaimanapun tetap ia jeniusnya, sebagai seorang tetap manusia sebagai yang seorang menjadi manusia salah yang satu menjadi anggota salah dari masyarakat satu anggota atau dari bangsanya. masyarakat Selama atau seluruh bangsanya. bangsa Selama Arab seluruh tidak mampu bangsa menghasilkan Arab tidak mampu karya yang menghasilkan serupa, maka karya masuk yang serupa, akal pula maka apabila masuk Muhammad akal pula yang apabila Muhammad juga termasuk yang salah juga seorang termasuk dari bangsa salah arab seorang tidak dari mampu bangsa menghasilkan arab tidak karya mampu yang serupa. menghasilkan Karena itu, karya jelas yang bahwa serupa. Al-Quran Karena itu itu, bukan jelas bahwa karangannya. Al-Quran itu bukan karangannya. Terlebih lagi dengan adanya banyak hadits-hadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW -yang sebagian malah diriwayatkan lewat cara yang tawatur- yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadits. Namun,

Jalan Menuju Iman 21 ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya. Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Quran dengan gaya bahasa hadits, berarti Al-Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan perbedaan yang yang tegas tegas dan jelas. dan Itulah jelas. Itulah sebabnya sebabnya tidak seorang tidak seorang pun dari bangsa pun dari Arab bangsa orang-orang Arab orang-orang yang paling yang tahu paling gaya dan tahu sastra gaya dan bahasa sastra arab bahasa arab pernah pernah menuduh menuduh bahwa bahwa Al-Quran Al-Quran itu perkataan itu perkataan Muhammad Muhammad SAW, SAW, atau mirip atau mirip dengan dengan gaya bicaranya. gaya bicaranya. Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani yang yang bernama bernama Jabr. Jabr. Tuduhan Tuduhan ini telah ini ditolak telah ditolak keras oleh keras Allah oleh SWT Allah dalam SWT firman-nya: dalam firman-nya: (Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: Bahwasanya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar belajar kepadanya kepadanya (adalah) (adalah) bahasa bahasa ajami (non-arab), ajami (non-arab), sedangkan sedangkan Al-Quran Al-Quran itu dalam bahasa itu dalam arab bahasa yang jelas arab (TQS. yang jelas An-Nahl (TQS.[16]: An-Nahl 103). [16]: 103). Apabila telah terbukti bahwa Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad

22 Peraturan Hidup dalam Islam SAW, berarti Al-Quran itu adalah kalamullah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membawa Al-Quran yang merupakan kalamullah dan syariat Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-nya melainkan para Nabi dan Rasul maka berdasarkan dalil aqli dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan Rasul. Inilah dalil aqli tentang iman kepada Allah, kerasulan Muhammad SAW, dan bahwa Al-Quran itu merupakan kalamullah. Jadi, iman kepada Allah itu dapat dicapai melalui akal, dan memang harus demikian. Iman kepada Allah akan menjadi dasar kuat bagi kita untuk beriman terhadap perkara-perkara ghaib dan segala hal yang dikabarkan Allah SWT. Jika kita telah beriman kepada Allah SWT yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-nya. Baik hal itu dapat dijangkau oleh akal maupun tidak, karena semuanya dikabarkan oleh Allah SWT. Dari sini kita wajib beriman kepada Hari Kebangkitan dan Pengumpulan di Padang Mahsyar, Surga dan Neraka, hisab dan siksa. Juga beriman terhadap adanya malaikat, jin, dan syaitan, serta apa saja yang telah diterangkan Al-Quran dan hadits yang qath i. Iman seperti ini, walaupun diperoleh dengan jalan mengutip (naql) dan mendengar (sama ), akan tetapi pada hakekatnya merupakan iman yang aqli juga. Sebab, dasarnya telah dibuktikan oleh akal. Jadi, akidah seorang Muslim itu harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dasar kebenarannya oleh akal. Seorang Muslim wajib meyakini segala sesuatu yang telah terbukti dengan akal atau