PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 07

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 13

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 09 PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-F TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 10

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-D TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENGELOLAAN PASAR WALIKOTA SURAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-M TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-E TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALIKOTA SURAKARTA,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN

BERITA DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 39 TAHUN 2014

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 82 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

B U P A T I S R A G E N

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-O TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 61 TAHUN2016

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-B TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-C TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KETAHANAN PANGAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012

GUBERNUR BALI, Mengingat

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

-2- Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 70 TAHUN 2016

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

Jalan Wastukancana Nomor 2 Telp. (022) Fax (022) Bandung, Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri;

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 19-N TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-A TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI GUBERNUR BALI,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 57 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH KANTOR PELAYANAN TERPADU

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN BANTUL

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-Q TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-R TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG FUNGSI BADAN, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SUB BIDANG SERTA TATA KERJA PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Jambi, maka dipandang perlu mengatur mengenai fungsi dan rincian tugas serta tata kerja pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Fungsi Badan, Sekretariat, Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Sub Bidang serta Tata Kerja pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Jambi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penetapan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Jambi (Lembaran Daerah Kota Jambi Tahun 2008 Nomor 7); 9. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 9 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Daerah Kota Jambi Tahun 2010 Nomor 9); 10..Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peratuaran Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Jambi ( Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 3).

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG FUNGSI BADAN, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SUB BIDANG SERTA TATA KERJA PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA JAMBI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Jambi. 2. Pemerintah daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsure penyelenggaraan pemerintah daerah. 3. Walikota adalah Walikota Jambi. 4. Badan adalah badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 5. Kepala badan adalah kepala badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 6. Sekretaris adalah kepala sekretariat pada badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 7. Kepala bidang adalah kepala bidang pada badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 8. Kepala sub bagian adalah kepala sub bagian pada sekretariat badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 9. Sub bidang adalah kepala sub bidang pada badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu Kota Jambi. 10. Tim teknis adalah tim yang bertugas melakukan pengkajian teknis terhadap perizinan pada badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu. 11. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin satuan organisasi. 12. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. 13. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah dalam lingkup pemerintah Kota Jambi. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi daerah yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terhutang.

15. Penanam modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing, untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 16. Perizinan terpadu adalah perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai pada tahap terbitnya dokumen yang dilakukan secara terpadu dalam satu pintu dan satu tempat. BAB II FUNGSI BADAN Pasal 2 Badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu mempunyai fungsi sebagai berikut : a. perumusan kebijakan teknis dibidang penanaman modal; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu; c. pelaksanaan pengkajian, pengendalian dan promosi investasi penanaman modal; d. pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan dan non perizinan secara terpadu; e. pelaksanaan koordinasi proses penanaman modal dan pelayanan perizinan secara terpadu; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. BAB III KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Bagian Pertama Sekretariat Pasal 3 Sekretariat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Sekretariat dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Sekretaris mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan umum, keuangan dan kepegawaian serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan sekretariat; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program kerja dengan bidang-bidang; c. pembinaan administrasi dibidang kesekretariatan; d. pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan yang meliputi urusan umum, keuangan dan kepegawaian; e. penyusunan rencana strategis (RENSTRA), rencana kerja (RENJA), indikator kinerja utama (IKU), penetapan kinerja (TAPKIN), laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) serta laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); f. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan serta peningkatan sarana dan prasarana; g. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 5 Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari : a. sub bagian umum; b. sub bagian Keuangan; c. sub bagian kepegawaian. Sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu sekretaris dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris. Pasal 6 Sub bagian umum mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan umum, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian umum; b. melaksanakan pelayanan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan dan keprotokolan;

c. menghimpun bahan dan menyusun rencana strategis (RENSTRA), rencana kerja (RENJA), indikator kinerja utama (IKU), penetapan kinerja (TAPKIN), laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD) serta laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP); d. menghimpun dan mengolah usulan program kerja dan kegiatan dari sekretariat dan bidang-bidang; e. melaksanakan analisis kebutuhan barang serta sarana dan prasarana; f. melaksanakan pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan dan penatausahaan barang inventaris serta sarana dan prasarana; g. melaksanakan administrasi perjalanan dinas; h. melaksanakan administrasi dan surat menyurat kendaraan dinas; i. mempersiapkan penyelenggaraan rapat-rapat dan penerimaan tamu; j. melaksanakan kebersihan, keindahan serta keamanan dan ketertiban dilingkungan kantor; k. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; l. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 7 Sub bagian keuangan mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan administrasi keuangan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian keuangan; b. melaksanakan penatausahaan keuangan yang meliputi penerimaan dan pengeluaran; c. melaksanakan pembayaran gaji dan honorarium pegawai; d. melaksanakan pembukuan, perbendaharaan dan pertanggungjawaban keuangan; e. menyiapkan bahan usulan perencanaan anggaran dan verifikasi pelaksanaan anggaran; f. menyiapkan pengajuan surat permintaan pembayaran; g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 8 Sub bagian kepegawaian mempunyai tugas membantu sekretaris dalam melaksanakan urusan kepegawaian, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bagian kepegawaian; b. menyiapkan dan memproses usulan kenaikan pangkat, gaji berkala, pensiun, pemberian sanksi disiplin, pemberian tanda penghargaan/tanda jasa; c. menyiapkan dan memproses permohonan izin dan cuti, tugas belajar, perpindahan (mutasi), perkawinan dan perceraian;

d. mengusulkan penerbitan kartu pegawai, kartu isteri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun (Taspen), Bapertarum dan kartu asuransi kesehatan (Askes); e. merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan/penjenjangan serta calon peserta ujian dinas pegawai; f. mengelola absensi atau daftar hadir pegawai; g. menyusun daftar urut kepangkatan (DUK); h. menyiapkan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3) dan laporan pajak-pajak pribadi (LP2P); i. melaksanakan pengelolaan kesejahteraan pegawai; j. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; k. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Kedua Bidang Penanaman Modal Pasal 9 Bidang penanaman modal berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang penanaman modal dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang penanaman modal mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan penelitian, pengkajian dan promosi investasi, kerjasama, pengendalian dan pengawasan di bidang penanaman modal serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 10 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat bidang penanaman modal, mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan bidang penanaman modal; b. pelaksanaan penelitian dan pengkajian potensi-potensi pengembangan penanaman modal; c. penyediaan informasi potensi daerah, peluang usaha untuk kerjasama di bidang penanaman modal; d. penyediaan sistem informasi bidang penanaman modal; e. penyusunan rumusan bahan hubungan kerjasama dan investasi antar pemerintah, swasta maupun pihak lainnya;

f. pelaksanaan pemberian rekomendasi perizinan dibidang penanaman modal; g. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pasal 11 Bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari : a. sub bidang penelitian, pengkajian dan promosi investasi; b. sub bidang kerjasama, pengendalian dan pengawasan. Sub bidang sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sub bidang sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala sub bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang. Pasal 12 Sub bidang penelitian, pengkajian dan promosi investasi mempunyai tugas membantu kepala bidang penanaman modal dalam melaksanakan urusan penelitian, pengkajian dan promosi investasi, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bidang penelitian, pengkajian dan promosi investasi; b. melaksanakan pengkajian, penelitian potensi daerah dan inventarisasi potensi serta menyusun profil investasi daerah; c. menyelenggarakan promosi investasi, informasi potensi daerah yang berbasis teknologi informasi dalam bentuk pameran investasi atau media lainnya; d. memproses usulan permohonan perizinan dan non perizinan dalam rangka kegiatan penanaman modal; e. menyiapkan bahan regulasi dan deregulasi di bidang penanaman modal dan potensi daerah; f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 13 Sub bidang kerjasama, pengendalian dan pengawasan mempunyai tugas membantu kepala bidang penanaman modal dalam melaksanakan urusan kerjasama, pengendalian dan pengawasan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bidang kerjasama, pengendalian dan pengawasan;

b. menyiapkan bahan hubungan kerjasama dan investasi antar pemerintah, swasta maupun pihak lainnya; c. menyiapkan bahan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan dari pemerintah Kota Jambi; d. melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal yang telah memperoleh pesetujuan dari pemerintah Kota Jambi; e. menelaah laporan yang disampaikan oleh penanam modal; f. menginventarisir, menganalisa dan memfasilitasi masalah yang timbul terhadap pelaksanaan penanaman modal daerah; g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Ketiga Bidang Informasi dan Pelayanan Perizinan Pasal 14 Bidang informasi dan pelayanan perizinan berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Bidang informasi dan pelayanan perizinan dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang informasi dan pelayanan perizinan mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan memberikan informasi dan pelayanan perizinan kepada pemohon baik secara lisan maupun berbasis ilmu dan teknologi, menerima dan meneliti berkas permohonan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 15 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat bidang informasi dan pelayanan perizinan, mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan bidang informasi dan pelayanan perizinan; b. pengelolaan sarana dan sistem informasi pelayanan perizinan; c. penerimaan berkas permohonan dan meneliti secara administrasi berkas yang sudah dilengkapi oleh pemohon izin;

d. pencatatan setiap berkas permohonan kedalam buku register pendaftaran permohonan izin; e. pemberian tanda terima berkas permohonan kepada pemohon izin; f. pendistribusian berkas permohonan pada bidang terkait; g. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan; Pembagian tugas pada staf bidang untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala badan. Bagian Keempat Bidang Analisis dan Penerbitan Perizinan Pasal 16 Bidang analisis dan penerbitan perizinan berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelengarakan tugas dan fungsinya. Bidang analisis dan penerbitan perizinan dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang analisis dan penerbitan perizinan mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan menganalisa secara teknis berkas permohonan, melaksanakan koordinasi dengan SKPD terkait melalui tim teknis, bersama tim teknis melaksanakan pemeriksaan lapangan, menerbitkan SKRD, menerbitkan/menolak/mencabut keputusan izin serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Pasal 17 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat bidang analisis dan penerbitan perizinan, mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan bidang analisis dan penerbitan perizinan; b. pelaksanaan verifikasi dan analisa terhadap berkas permohonan izin; c. penelitian dan pengkajian terhadap berkas permohonan izin yang tidak memerlukan kajian teknis; d. pemeriksaan lapangan terhadap izin yang memerlukan kajian teknis bersama-sama tim teknis; e. pemberian surat penolakan terhadap izin yang tidak dapat diproses karena tidak sesuai dengan ketentuan;

f. penerbitan SKRD; g. pengelolaan penerbitan izin; h. penomoran izin dan pencatatan ke dalam buku kendali; i. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pembagian tugas pada staf bidang untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala badan. Bagian Kelima Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pasal 18 Bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelengarakan tugas dan fungsinya. Bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan dipimpin oleh kepala bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. Kepala bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas membantu kepala badan dalam melaksanakan urusan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 19 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan, mempunyai fungsi sebagai berikut : a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan; b. pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan perizinan yang diberikan; c. pemberian fasilitasi dalam penanganan pengaduan masyarakat mengenai perizinan; d. pengkoordinasian dengan instansi terkait sehubungan adanya pengaduan perizinan; e. pemberian jawaban atas pengaduan mengenai perizinan baik secara lisan maupun tulisan; f. pelaksanaan indek kepuasan masyarakat (IKM) terhadap pelayanan perizinan; g. penyediaan data terpilah untuk setiap perizinan yang telah dikeluarkan dalam bentuk data base; h. penyediaan informasi yang terkait data perizinan; i. penanganan dan penataan arsip perizinan; j. penyusunan laporan perizinan secara berkala; k. pelaksanaan pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Pasal 20 Bidang monitoring, evaluai dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri dari : a. sub bidang monitoring dan evaluasi; b. sub bidang pelaporan. Sub bidang sebagaimana dimaksud pada ayat berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sub bidang sebagaimana dimaksud pada ayat dipimpin oleh kepala sub bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang. Pasal 21 Sub bidang monitoring dan evaluasi, mempunyai tugas membantu kepala bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam melaksanakan urusan monitoring dan evaluasi, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bidang monitoring dan evaluasi; b. melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan perizinan yang diberikan; c. memfasilitasi dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait perizinan baik secara lisan maupun tulisan; d. menyediakan bahan koordinasi dengan instansi terkait sehubungan dengan pengaduan perizinan; e. menyiapkan jawaban atas pengaduan perizinan baik secara lisan maupun tulisan; a. melaksanakan penghitungan indeks kepuasan masyarakat (IKM) terhadap pelayanan perizinan ; f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Pasal 22 Sub bidang pelaporan, mempunyai tugas membantu kepala bidang monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam urusan pelaporan, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. menyusun rencana kerja sub bidang pelaporan; b. melaksanakan penyusunan laporan perizinan secara berkala; c. menyediakan data terpilah untuk setiap perizinan yang telah dikeluarkan dalam bentuk database; d. menyediakan informasi yang terkait data perizinan; e. menangani dan menata arsip perizinan;

f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai Bagian Keenam Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 23 (4) (5) Kelompok jabatan fungsional berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan. Tenaga fungsional senior sebagaimana dimaksud pada ayat berdasarkan kepangkatan. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, beban kerja dan kemampuan keuangan daerah. Tenaga fungsional dalam menyelenggarakan tugasnya diatur dengan peraturan walikota. Bagian Ketujuh Tim Teknis Pasal 24 (4) (5) Tim teknis merupakan perwakilan unsur SKPD teknis terkait yang mempunyai kompetensi dibidangnya. Tim teknis bertugas melakukan pengkajian teknis dalam memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya permohonan izin yang memerlukan pertimbangan teknis dan juga melakukan penghitungan besaran retribusi. Tim teknis bekerja melaksanakan tugasnya bila diperlukan oleh badan terhadap permohonan izin yang memerlukan pertimbangan teknis. Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat dikoordinir oleh kepala badan melalui bidang analisis dan penerbitan perizinan. Pembentukan tim teknis ditetapkan dengan keputusan walikota.

BAB IV TATA KERJA Pasal 25 Kepala badan dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Sekretariat dipimpin oleh sekretaris dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan. Bidang dipimpin oleh kepala bidang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala badan melalui sekretaris. (4) (5) (6) Sub bagian dipimpin oleh kepala sub bagian dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris. Sub bidang dipimpin oleh kepala sub bidang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang. Hubungan antara kepala badan dengan bawahan atau sebaliknya secara administrasi dilaksanakan melalui sekretaris. (4) Pasal 26 Kepala badan berkewajiban mengkoordinasikan seluruh kegiatan badan. Kepala badan berkewajiban melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi baik dalam lingkungan badan maupun dengan instansi lain yang terkait. Sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala sub bidang berkewajiban melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi sesuai Kepala badan, sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala sub bidang bertanggungjawab memberikan bimbingan atau pembinaan kepada bawahan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatan masing-masing. (5) Tim teknis secara fungsional bertanggungjawab kepada kepala badan melalui bidang analisis dan penerbitan perizinan.

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, maka Peraturan Walikota Kota Jambi Nomor 7 Tahun 2011 tentang Fungsi Kantor dan Rincian Tugas Sub Bagian Tata Usaha, Seksi serta Tata Kerja pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Berita Daerah Kota Jambi Tahun 2011 Nomor 7), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Jambi. Ditetapkan di Jambi pada tanggal 8 Februari 2013 WALIKOTA JAMBI, R. BAMBANG PRIYANTO Diundangkan di Jambi Pada tanggal 8 Februari 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA JAMBI DARU PRATOMO BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2013 NOMOR 7