BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula dan...(n. W. Arfany, 2014) 1

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH PRE HEMODIALISIS DAN LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DI RUANG HEMODIALISIS RS

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ginjal merupakan salah satu organ perkemihan yang berfungsi sebagai pengaturan konsentrasi elektrolit dan ph cairan ekstra seluler (CES) yang mengeksresikan sampah nitrogen serta produk sampingan metabolisme dalam bentuk urin. Dua hormon yang dibentuk dan disekresikan oleh sel ginjal yaitu hormon kalsitriol dan eritropoetin (Hudak, 2010; Widiyanto, dkk, 2013). Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah gangguan fungsi ginjal bersifat progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai penyakit yang berlangsung lambat, sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan elektrolit serta terjadi uremia (Fahmi, 2016). Memiliki nilai laju filtrasi glomerulus (LFG)< 60 ml/ menit/ 1,73 m2 berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Syaiful, dkk, 2014). Pasien PGK yang menjalani hemodialisis mengalami peningkatan di beberapa negara. Menurut Baradero (2009) di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien mengalami Acute Renal Failure (ARF) yang dirawat di rumah sakit dan pasien yang dirawat di unit perawatan intensif sebanyak 30% menderita ARF, yang dapat berlanjut menjadi Chronic Renal Failure (CRF) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) jika tidak ditangani secara cepat dan benar. Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) penderita PGK sebanyak 70.000 orang yang keseluruhan membutuhkan hemodialisis (Triharyo, 2008; Sulistini, 2012). Sedangkan data dari (PERNEFRI) untuk Provinsi Jawa Tengan tahun 2014, jumlah pasien dengan Hemodialisis sebanyak 2192 (Pasien baru) dan 1171 (Pasien aktif). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang didapatkan bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisis tahun 2017 berjumlah 52 pasien. 1

2 Hemodialisa merupakan terapi yang dilakukan untuk mengeluarkan produk sampah sisa metabolisme tubuh yang berupa larutan dan air yang berada didalam darah melalui membran semipermeabel atau disebut dialyzer, dan juga pasien PGK harus menjalani dialisa selama hidupnya (Smeltzer, Bare dan Hinkle, 2008; Arfany, 2015). Namun, sering terjadi komplikasi akibat hemodialisis, yaitu dengan semakin lamanya pasien menjalani hemodialisis maka akan semakin sering terpapar oleh efek samping dari hemodialisis baik akut maupun kronis seperti dialysis diserquilibrium syndrome dan perubahan tekanan darah (Lee dan Ganiesh, 2011; Rustanti, 2012; Sulistini, dkk, 2012). Yayasan Ginjal Diantrans Indonesia (YGDI) menjelaskan hemodialisis diperlukan ketika fungsi ginjal seseorang sudah mencapai tahap terakhir (stage 5) dari PGK (Smeltzer dan Bare, 2008; Suryarinilsih, 2010; Sulistini, dkk, 2012). Pasien gagal ginjal dengan stadium akhir yang menjalani hemodialisa harus membatasi asupan cairan. Hal ini untuk mencegah kelebihan cairan antara sesi dialisis. Menurut Istanti (2014) hasil dari beberapa penelitian menunjukkan 60% sampai 80% akibat cairan yang berlebihan dan makanan di periode interdialitik pasien meninggal karena kelebihan cairan di periode interdialitik dapat menyebabkan pasien mengalami peningkatan berat badan, edema, peningkatan tekanan darah, sesak nafas akibat kongesti paru serta gangguan jantung, sehingga pemantauan asupan cairan pasien adalah langkah utama yang harus diperhatikan. Pembatasan asupan cairan yang harus di jalani pasien PGK dapat menimbulkan keluhan rasa haus dan mulut kering. Untuk mengurangi haus pada pasien yang menjalani hemodialisis tindakan yang bisa digunakan diantaranya dengan frozen grapes, menyikat gigi, bilas mulut dengan obat kumur dingin, mengunyah permen karet bebas gula, dan menghisap es batu (Salomo, 2006; Arfany, 2015).

3 Hasil penelitian terdahulu oleh Suryono, Armiyati dan Mustofa (2016) tentang efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap penurunan rasa haus pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di RSUP. Dr. Kariadi Semarang, di dapatkan hasil kedua metode, baik mengulum es batu maupun berkumur air matang sama efektifnya terhadap penurunan rasa haus pasien PGK. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumya yang di lakukan oleh Arfany, Armiyati dan Kusumo (2015) tentang efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus dimana mengulum es batu lebih efektif dibandingkan dengan mengunyah permen karet rendah gula. Mengulum es batu selama 5 menit efektif dapat menurunkan rasa haus pasien PGK, karena dengan mengulum es batu, lama kelamaan es batu akan mencair dan es batu yang mencair dalam mulut dapat memberikan efek dingin serta menyegarkan sehingga keluhan haus pasien menjadi berkurang. Penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diatas belum di lakukan penelitian tentang efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. B. Rumusan masalah Pembatasan cairan sangatlah penting bagi penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) untuk menghindari komplikasi akibat kelebihan volume cairan, karena itu di butuhkan berbagai metode untuk pembatasan cairan pada penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) salah satunya dengan penurunan

4 rasa haus. Penelitian sebelumnya oleh Suryono, Armiyati dan Mustofa (2016) menyimpulkan bahwa antara mengulum es batu dan berkumur air matang mempunyai efektivitas yang sama dalam menurunkan rasa haus pada pasien PGK, dengan menahan rasa raus yang lama maka akan menurunkan intake cairan pada pasien PGK. Sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Suryono, Armiyati dan Mustofa (2016) belum di jelaskan bagaimana lama waktu menahan rasa haus pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan mengulum es batu dan berkumur air matang. Sehingga rumusan masalah yang muncul adalah bagaiman efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang?. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang, meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisis. b. Mendiskripsikan lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang pada kelompok yang diberikan intervensi mengulum es batu. c. Mendiskripsikan lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang pada kelompok yang diberikan intervensi berkumur air matang.

5 d. Menganalisis efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Memberikan gambaran kepada rumah sakit dalam menjalankan tugas pokok rumah sakit salah satunya peningkatan mutu pelayanan pasien terutama dalam hal perawatan pasien hemodialisa. 2. Bagi perawat Perawat dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis. Sehingga perawat dapat lebih mengoptimalkan perawatan pada pasien hemodialisa. 3. Bagi penelitian a. Menambah pengalaman dan wawasan peneliti khususnya dalam hal penelitian tentang efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis. b. Rujukan data bagi penelitian berikutnya. E. Bidang ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah.

6 F. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Penelitian terdahulu terkait manajemen rasa haus. Nama Peneliti Arfany, Armiyati & Kusuma Suryono, Armiyati & Mustofa Tahun Variabel penelitian Desain penelitian 2015 Efektifitas mengunyah Quasy permen karet rendah gula eksperiment dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang 2016 Efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap penurunan rasa haus pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di RSUP. Dr. Kariadi Semarang Quasy experiment Hasil penelitian Terdapat perbedaan efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus dimana mengulum es batu lebih efektif dibandingkan dengan mengunyah permen karet rendah gula Mengulum es batu maupun berkumur air matang sama efektifnya terhadap penurunan rasa haus pasien PGK Sulistini, Sari Hamid & 2012 Hubungan antara tekanan darah pre hemodialisis dan lama menjalani hemodialisis dengan penambahan berat badan interdialitik di Ruang Hemodialisis RS. MOH. HOESIN Palembang survey analitik Ada hubungan antara tekanan darah sistole dengan penambahan berat badan interdialitik. Fahmi Hidayati & 2016 Gambaran self care status cairan pada Pasien hemodialisa (literatur reviev) literatur review kemampuan self care dalam pengelolaan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa masih belum maksimal Sulistini, Yetti Hariyati & 2012 Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis Analitik observasion al Pasien yang menjalani hemodialisis cenderung mengalamifatigue Widiyanto, Hadi & Wibowo 2013 Korelasi positif perubahan berat badan interdialisis dengan perubahan tekanan darah pasien post hemodialisa Observasion al analitik Terdapat hubungan antara berat badan interdialisis dengan tekanan darah sistole

7 Nama Peneliti Syaiful, Oenzil & Afriant Tahun Variabel penelitian Desain penelitian 2014 Hubungan umur dan Cross lamanya hemodialisis sectional dengan status gizi pada study penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS.Dr.M.Djamil Padang Hasil penelitian Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara umur dan lamanya hemodialisis dengan gizi pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis Istanti 2014 Hubungan Antara Masukan Cairan Dengan Interdialytic Weight Gains (IDWG) Pada Pasien Chronic Kidney Disease Di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Deskriptif analitik Ada hubungan yang signifikan antara masukan cairan dengan IDWG (r=0,541, p-value=0,000) Perbedaan penelitian yang di lakukan dengan penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya adalah perbedaan variabel dependent penelitian yaitu lama waktu menahan rasa haus pasien yang menjalani hemodialisis di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.