ISTPRO INSIGHT OCTOBER 2018 SALVAGE DI INDONESIA Pertanyaan yang Sering Diajukan Inside This Issue Prakata Sebagai negara dengan dua per tiga area geografisnya merupakan perairan, Indonesia memiliki tantangan pengelolaan lalu lintas pelayaran dan moda transportasi kapal. Kapal karam tercatat sebagai salah satu fenomena yang masih sering terjadi di perairan Indonesia. Untuk menjaga lalu lintas pelayaran, regulasi yang terkait dengan penyelamatan kapal karam terus dikembangkan: salah satunya adalah PM No. 72 tahun 2013 tentang Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air, yang kemudian mengalami beberapa perubahan dalam PM No. 38 tahun 2018. Istpro Insight kali ini akan membantu Anda memahami kegiatan salvage di Indonesia dengan format pertanyaan yang sering diajukan. Pekerjaan untuk memberikan pertolongan terhadap kapal dan/atau muatannya yang mengalami kecelakaan kapal atau dalam keadaan bahaya di perairan termasuk mengangkat kerangka kapal atau rintangan bawah air atau benda lainnya. KOSAKATA:SALVAGE(PMNO.71TAHUN2013 PASAL1) Kosakata Salvage 1 Siapakah yang dapat melakukan salvage? 1 Apakah tujuan salvage? 2 Apa sajakah bentuk kegiatan salvage? 2 Apakah saya wajib memiliki asuransi atas penyingkiran kapal? 2 Apakah pemilik kapal dapat melakukan kegiatan salvage sendiri? 3 Bagaimanakah prosedur pelaporan kerangka kapal? 3 Ke manakah kerangka kapal saya perlu dipindahkan/ dibuang? 3 Apa sajakah yang mempengaruhi penetapan penetapan tingkat gangguan keselamatan berlayar? 3 Ada berapakah tingkat gangguan keselamatan berlayar? 3 Apabila kerangka kapal dan/atau muatan saya masuk dalam tingkat gangguan, apakah bisa terbebas dari kewajiban penyingkiran kerangka kapal? 4 Berapa lamakah batas waktu penyingkiran dan/atau muatannya? 4 Bagaimanakah bila sampai batas waktu kerangka kapal saya masih belum dibuang/ dipindahkan? 4 Apa sajakah kewajiban saya sebagai pemilik kapal terkait penyingkiran kapal? 4 Apakah sanksi bila saya melanggar kewajiban pemilik kapal terkait penyingkiran kapal? 4
PAGE 2 SIAPAKAH YANG DAPAT MELAKUKAN SALVAGE? Kegiatan salvage dapat dilakukan oleh badan usaha lokal atau patungan (joint venture) yang khusus didirikan untuk kegiatan salvage dan memiliki izin usaha dari Direktur Jenderal. Izin berlaku di seluruh Indonesia. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 3 APAKAH TUJUAN SALVAGE? Salvage dilakukan untuk memberikan pertolongan terhadap kapal dan/atau muatannya yang mengalami kecelakaan kapal dan/atau muatannya, mengangkat dan menyingkirkan kerangka kapal dan/ atau muatannya serta rintangan bawah air atau benda lainnya. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 5 APA SAJAKAH BENTUK KEGIATAN SALVAGE? Survei Pemindahan muatan dan/ atau bahan bakar (cargo and fuel transferring) Penarikan (towing) Pengapungan (refloating) PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 5 Pemotongan, pengutuhan (scrapping) atau penghancuran APAKAH SAYA WAJIB MEMILIKI ASURANSI ATAS PENYINGKIRAN Wajib. Pemilik kapal wajib mengasuransikan kapalnya terhadap tanggung jawab penyingkiran kerangka kapal (wreck removal) dan/atau asuransi Protection & Indemnity (P&I) dalam lembaga keuangan penjamin atau asuransi yang telah diakui oleh Pemerintah, kecuali atau selain dari kategori kapal kapal perang, kapal negara dalam tugas kepemerintahan, dan kapal motor dengan tonase kotor (gross tonnage) kurang dari 35 GT. Pembuktian kepemilikan asuransi diatas ditunjukkan dengan polis asuransi atau sertifikat dana jaminan penyingkiran kerangka kapal sebagai salah satu persyaratan wajib kelaik lautan kapal dan penerbitan surat izin berlayar bagi kapal di pelabuhan. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 25
PAGE 3 APAKAH PEMILIK KAPAL DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN SALVAGE SENDIRI? Ya. Pemilik kapal berbendera Indonesia yang kapalnya mengalami kecelakaan dapat melakukan kegiatan salvage sendiri. Karena kegiatan salvage membutuhkan kecepatan bertindak, pemilik kapal wajib melaporkan tindakan kepada Direktur Jenderal dalam waktu 1x24 jam sejak kegiatan dilakukan. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 7 BAGAIMANAKAH PROSEDUR PELAPORAN KERANGKA Apabila terjadi kecelakaan kapal, pemilik kapal wajib lapor ke Syahbandar terdekat PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 8 Survei didampingi oleh petugas Syahbandar dengan koordinasi Distrik Navigasi setempat. KE MANAKAH KERANGKA KAPAL SAYA PERLU DIPINDAHKAN / DIBUANG? Syahbandar dan Distrik Navigasi memberikan pengumuman kepada seluruh pelayaran dan penetapan tingkat gangguan Lokasi pemindahan / pembuangan kerangka kapal (dumping area) ditetapkan oleh Syahbandar pelabuhan terdekat. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 13 APA SAJAKAH YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN TINGKAT GANGGUAN KESELAMATAN BERLAYAR? berdasarkan lokasi kerangka kapal dan/atau muatannya, jenis dan ukuran kerangka kapal, daerah sensitif di sekitar kerangka kapal, kepadatan lalu lintas, jenis dan jumlah muatan/ BBM PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 9 ADA BERAPAKAH TINGKAT GANGGUAN KESELAMATAN BERLAYAR? Tingkat I: kerangka dan/atau muatannya berada di dalam perairan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan. Tingkat II: kerangka dan/atau muatannya berada di luar perairan DLKr dan DLKp pelabuhan. Tingkat III: kerangka dan/atau muatannya berada di perairan laut lepas yang kedalamannya seratus meter ke atas (> 100 m) Selain itu, ada kategori keadaan darurat dalam hal kerangka kapal sudah terbukti: 1. Membahayakan keamanan dan keselamatan berlayar dan/atau; 2. Menghambat kelancaran operasional pelabuhan dan/atau; 3. Menimbulkan pencemaran lingkungan maritim dan/atau; 4. Membahayakan atau menganggu aktivitas masyarakat sekitar atau publik; PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 9 dan 14
PAGE 4 APABILA KERANGKA KAPAL DAN/ATAU MUATAN SAYA MASUK DALAM TINGKAT GANGGUAN, APAKAH BISA TERBEBAS DARI KEWAJIBAN PENYINGKIRAN KERANGKA APA SAJAKAH KEWAJIBAN SAYA SEBAGAI PEMILIK KAPAL TERKAIT PENYINGKIRAN Bisa, bila dalam evaluasi dan penelitian dan/atau muatannya yang termasuk dalam tingkat gangguan III dianggap tidak menganggu keamanan dan keselamatan pelayaran. Syahbandar di pelabuhan terdekat dapat memberikan pembebasan kewajiban penyingkiran kerangka kapal dan/atau muatannya berupa surat keterangan pembebasan kewajiban penyingkiran kapal. Meski demikian, pembebasan tidak menghapuskan kewajiban pemilik kapal terhadap pencemaran lingkungan. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 10 BERAPA LAMAKAH BATAS WAKTU PENYINGKIRAN KERANGKA KAPAL DAN/ATAU MUATANNYA? 1. Mengasuransikan kapalnya dengan asuransi atas kewajiban penyingkiran rangka kapal dan/atau Protection & Indemnity (P&I); 2. Melaporkan keberadaan kerangka kapal dan/atau muatannya yang kandas atau tenggelam 3. Menyingkirkan kerangka kapalnya sesuai batas waktu yang telah ditentukan. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 26 Tingkat I: Paling lambat 30 hari kalender semenjak kapal kandas atau tenggelam Tingkat II: Paling lambat 60 hari kalender semenjak kapal kandas atau tenggelam Tingkat III: Paling lambat 90 hari kalender semenjak kapal kandas atau tenggelam Apabila dalam keadaan darurat, maka penyingkiran kapal harus dilaksanakan sesegera mungkin atau secepatnya PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 14 BAGAIMANAKAH BILA SAMPAI BATAS WAKTU KERANGKA KAPAL SAYA MASIH BELUM DIBUANG/ DIPINDAHKAN? Surat peringatan sebanyak 3 kali berturut turut dalam jangka waktu 30 hari sejak berakhirnya batas waktu penyingkiran. Apabila setelahnya pemilik kapal tidak/ belum melakukan penyingkiran kerangka kapal dan/atau muatannya, maka penyingkiran kerangka kapal akan diambil alih oleh Syahbandar pelabuhan setempat dengan biaya dibebankan kepada pemilik kapal. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 14 APAKAH SANKSI BILA SAYA MELANGGAR KEWAJIBAN PEMILIK KAPAL TERKAIT PENYINGKIRA N Pelanggaran dapat dikenakan sanksi dengan tidak diberikannya pelayanan dan izin operasional kepada perusahaan atau perorangan yang bersangkutan. PM No. 71 Tahun 2013 Pasal 28
PT. ISTPRO INTI NUSA (MARINE GROUP) ADDRESS Ruko Sentra Menteng MN 75 Jl. Samratulangi, Bintaro Sektor 7 Tangerang Selatan 15224 PHONE: (021) 22212817 FAX: (021) 74863909 E-MAIL: We re on the Web Visit us at: www.istpromarine.com broker@istpromarine.com