FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA SISWI KELAS XI DI SMK ABDI NEGARA MAGELANG JAWA TENGAH TAHUN 2012¹. Febry Astuti², Hikmah³

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS II DI SMK PGRI 1 SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA SISWI KELAS XI DI SMK ABDI NEGARA MAGELANG JAWA TENGAH TAHUN 2012¹ Febry Astuti², Hikmah³ INTISARI Perilaku seksual pada remaja di Indonesia sangat mengkhawatirkan, dimana banyak remaja yang sudah aktif seksual. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu remaja yang besar tetapi kurangnya pengendalian diri dari remaja itu sendiri sehingga perilaku seksual tidak dapat dihindari. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2011 sampai Maret 2012 di SMK Abdi Negara Magelang Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang Jawa Tengah tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI di SMK Abdi Negara yang berjumlah 89 orang, dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya, dan analisis data. Hasil penelitian didapatkan faktor tingkat perkembangan seksual belum matang 50,6% dan matang 49,4%, tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi rendah 5,6%, sedang 23,6% dan tinggi 70,8%, motivasi rendah 96,6% dan sedang 3,4%, komunikasi keluarga buruk 94,4%, cukup 4,5% dan baik 1,1%, pergaulan 1 jenis kelamin 7,9% dan pergaulan 2 jenis kelamin 92,1% dan media massa bukan elektronik 6,7% dan elektronik 93,3% yang berpengaruh pada perilaku seksual siswi kelas XI. Saran bagi SMK perlu meningkatkan pemanfaatan ruang bimbingan konseling, bagi siswi kelas XI perlu meningkatkan komunikasi yang baik dengan orang tua mengenai perilaku seksual, dan bagi peneliti lain perlu diperluas dan diperdalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, serta dilaksanakan penelitian yang bersifat analitik. Kata Kunci : Perilaku Seksual Pendahuluan Sekitar 1 milyar manusia di bumi ini adalah remaja, 85% diantaranya ada di Negara berkembang. Data menunjukan banyak remaja sudah aktif seksual, separuhnya sudah menikah. Aktivitas seksual ini membuat remaja terpapar resiko berbagai masalah kesehatan reproduksi. Sekitar 15 juta remaja usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, 4 juta melakukan aborsi dan hampir seratus juta tertular indeksi menular seksual (IMS). Secara global, 40% dari kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda usia 15-24 tahun. Setiap hari diperkirakan 7.000 remaja terinfeksi HIV (Widyantoro, dkk, 2009:8) Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002 menemukan bahwa 5 sampai 10 persen wanita dan 18%-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah

dengan pasangan yang seusia mereka 3-5. Penelitian-penelitian lain di Indonesia mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual. Remaja di Jawa Tengah banyak yang sudah aktif secara seksual meski tidak selalu atas pilihan sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Pada tahun 2002 dari 1000 responden ada 97 orang (9,7%) yang telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Dan pada tahun 2006 dari 500 responden ada 51 orang (10,2%) yang telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Ini menunjukan bahwa perilaku seksual remaja di kalangan mahasiswa cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di masyarakat kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan selalu dipandang dengan muatan-muatan yang sarat dengan moral. Masyarakat cenderung menyalahkan korban, bukannya empati. Akibatnya stigmasiasi dan diskriminasi yang menjadikan kasus kehamilan yang tidak diinginkan tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Peneliti mendapatkan keterangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian tentang kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual. Sebagian besar siswi sudah pernah atau sedang berpacaran dan terdapat 3-4 siswi yang melakukan pacaran kearah seks bebas. Pada tahun 2010 ada 3 siswi yang mengundurkan diri dari sekolah karena hamil diluar nikah. Pada tahun 2012 ada siswi yang dalam proses pengunduran diri dengan alasan hamil diluar nikah. Selama ini guru Bimbingan Konseling telah melakukan penyuluhan dan simulasi kepada semua siswi tentang kesehatan reproduksi agar jangan sampai anak didiknya terjerumus dalam seks bebas. Guru BK menyayangkan kurangnya partisipasi orang tua terhadap anaknya untuk mencegah perilaku seksual remaja apalagi dengan fasilitas media elektronik yaitu telepon genggam yang dapat menyimpan hal-hal yang berbau porno, sehingga tak jarang diadakan razia telepon genggam. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswi kelas XI di SMK Abdi Negara Magelang Jawa Tengah. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002:138) dengan metode pendekatan waktu cross sectional. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu faktor-faktor yang Jawa Tengah tahun 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswi kelas XI di SMK Abdi Negara adalah 89 siswi. Dalam penelitian deskriptif tidak menggunakan sampel jadi semua populasi diteliti. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dimana jawaban pertanyaan sudah disediakan (Notoatmodjo, 2002:113). Kuesioner ini terdiri dari 27 pertanyaan yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual. Uji Validitas menggunakan rumus product moment dan untuk uji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach. Analisa data menggunakan rumus prosentase(notoatmodjo, 2002) sebagai berikut: x P= x 100% n Keterangan : P : Prosentase hasil

x : Jumlah frekuensi setiap kategori n : Jumlah pertanyaan Hasil Penelitian Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkat perkembangan seksual yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswi kelas XI di SMK Abdi Negara Magelang Jawa Tengah tahun 2012 Tingkat Perkembangan Seksual Frekuensi Prosentase Belum matang 45 50,6% Matang 44 49,4% Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan seksual yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswi kelas XI paling banyak adalah pada kategori belum matang sebesar 45 orang (50,6%). Tabel 6. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Abdi Negara Magelang Jawa Tengah tahun 2012 Tingkat Pengetahuan tentang Frekuensi Prosentase Kesehatan reproduksi Rendah 5 5,6% Sedang 21 23,6% Tinggi 63 70,8% Dari tabel 6 dapat diketahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswi kelas XI paling banyak adalah pada kategori tinggi yaitu sebanyak 63 orang (70,8%). Tabel 7. Distribusi frekuensi motivasi yang Jawa Tengah Tahun 2012 Motivasi Frekuensi Prosentase Rendah 86 96,6% Sedang 3 3,4% Tinggi 0 0% Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa motivasi siswi kelas XI paling banyak adalah kategori rendah yaitu sebesar 86 orang (96,6%). Tabel 8. Distribusi frekuensi keluarga yang Jawa Tengah tahun 2012 Keluarga Frekuensi Prosentase Komunikasi buruk 84 94,4% Komunikasi cukup 4 4,5% Komunikasi baik 1 1,1% Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa keluarga siswi kelas XI paling banyak adalah kategori komunikasi buruk yaitu sebesar 84 orang (94,4%). Tabel 9. Distribusi frekuensi pergaulan yang Jawa Tengah tahun 2012 Pergaulan Frekuensi Prosentase Pertemanan 1 jenis kelamin 7 7,9% Pertemanan 2 jenis kelamin 82 92,1% Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa pergaulan yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswi kelas XI paling banyak adalah pertemanan 2 jenis kelamin yaitu sebesar 82 orang (92,1%).

Tabel 10. Distribusi frekuensi media massa siswi kelas XI di SMK Abdi Negara Magelang Jawa Tengah tahun 2012 Media massa Frekuensi Prosentase Bukan elektronik 6 6,7% Elektronik 83 93,3% Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa media massa yang mempengaruhi perilaku seksual pada siswi kelas XI paling banyak adalah kategori elektronik yaitu sebesar 83 orang (93,3%). Pembahasan a. Tingkat perkembangan seksual Seperti pada tabel 3 dapat responden dengan tingkat perkembangan seksual belum matang yaitu 50,6% sedangkan tingkat perkembangan seksual matang yaitu 49,4%. Dalam sebuah teori dari Richard EB (2004) tingkat perkembangan seksual ini akan berpengaruh dengan orientasi perilaku seksual. Untuk kategori belum matang, seksualitasnya sedang menggelora. Awalnya mereka bertanya-tanya tentang seksual kemudian mereka akan melakukan eksperimen seks sedangkan tingkat perkembangan seksual yang matang sudah dalam masa pemantapan orientasi seksual. b. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Seperti pada tabel 4 dapat responden dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu 5,6%, tingkat pengetahuan cukup yaitu 23,6% sedangkan tingkat pengetahuan tinggi yaitu 70,8%. Hal ini membuktikan bahwa hampir sebagian besar responden telah mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dimana peran guru bimbingan konseling yang menyampaikan materi tentang kesehatan reproduksi yang selalu diberikan saat jadwal tetap bimbingan konseling maupun saat tahun ajaran baru. Hal ini menunjukan bahwa faktor-faktor lain lebih besar pengaruhnya daripada tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. c. Motivasi Seperti pada tabel 5 dapat responden dengan motivasi yang rendah yaitu 96,6%, motivasi sedang yaitu 3,4% sedangkan tidak ada responden yang dalam kategori motivasi tinggi. Hal ini menunjukan bahwa motivasi siswi untuk melakukan perilaku seksual masih dalam kategori rendah yaitu hanya terdapat 1 motivasi dalam diri responden. Setiap siswi yang melakukan perilaku seksual didorong oleh adanya motivasi dalam diri mereka. Hal ini sesuai dengan teori dari Hersey & Blanchard cit Rusmiati (2001) yang menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi perilaku seksual yang terdiri dari memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan ataupun untuk memperoleh uang. d. Keluarga Seperti pada tabel 6 dapat responden dengan komunikasi keluarga yang buruk yaitu 94,4%, komunikasi cukup yaitu 4,5% dan komunikasi baik yaitu 1,1%. Hal ini sesuai dengan teori dari Wahyudi (2000) yaitu kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang. Teori yang dipaparkan Hurlock (1994) dalam buku Sumiati, dkk (2009:12) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, salah satunya adalah masa

remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan dimana ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena peran orangtua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan pertentangan antara orangtua dengan remaja serta membuat jarak diantara mereka e. Pergaulan Seperti tabel 7 dapat dikatakan bahwa prosentase terbesar responden dengan pertemanan 2 jenis kelamin yaitu 92,1% sedangkan pertemanan 1 jenis kelamin yaitu 7,9%. Hal ini membuktikan bahwa pergaulan responden dengan laki-laki membuat mereka lebih mudah melakukan perilaku seksual daripada mereka yang hanya berteman dengan perempuan. Padahal menurut Menurut Hurlock (1994) dalam buku Sumiati, dkk (2009:12) seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lain. f. Media massa Seperti tabel 8 dapat dikatakan bahwa prosentase terbesar responden dengan menggunakan media massa elektronik yaitu 93,3% sedangkan yang menggunakan media massa bukan elektronik yaitu 6,7%. Hal ini sesuai dengan teori dari Purnawan (2004) bahwa media massa mempengaruhi perilaku seksual di mana kecenderungan perilaku remaja dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari pengamatan kemudian paparan media massa itu mempengaruhi konsep berpikir remaja sedangkan efek langsung dari materi seksualitas dapat mempengaruhi respon perilaku individu sehingga paparan media massa yang terus menerus itu dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku remaja, yang diperoleh dari meniru karakter pemeran. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebanyak 50,6% tingkat perkembangan seksual yang belum matang mempengaruhi responden dalam 2. Sebanyak 70,8% tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang tinggi mempengaruhi responden dalam 3. Sebanyak 96,6% motivasi yang rendah mempengaruhi responden dalam 4. Sebanyak 94,4% komunikasi antara responden dengan orang tua yang buruk mempengaruhi responden dalam 5. Sebanyak 92,1% pertemanan responden dengan 2 jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki mempengaruhi responden dalam melakukan perilaku seksual 6. Sebanyak 93,3% perolehan informasi dari media massa elektronik yaitu televisi dan internet mempengaruhi responden dalam melakukan perilaku seksual. Saran 1. SMK Abdi Negara perlu meningkatkan pemanfaatan ruang bimbingan konseling, memberikan konseling khusus bagi setiap siswi tentang perilaku seksual dan tegas dalam memberikan peringatan bagi siswi yang berperilaku seksual yang mengarah pada seks bebas.

2. Bagi responden perlu meningkatkan komunikasi yang baik dengan orang tua mengenai perilaku seksual dan selektif dalam memilih tayangan yang baik dalam media masa elektronik sehingga dorongan untuk berperilaku seksual apalagi yang mengarah pada seks bebas dapat dihindari. 3. Bagi peneliti lain perlu diperluas dan diperdalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, serta dilaksanakan penelitian yang bersifat analitik sehingga dapat diketahui adanya hubungan atau pengaruh yang signifikan. Daftar Pustaka Anonim, 2001, Kesehatan Reproduksi dan Kehidupan Generasi Muda, 24 September 2011, http://ceria.bkkbn.go.id. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Noviata, Nesi., Hasanat, UI Nida., Supriyati, 2006, Hubungan Antara Paparan Pornografi dan Komunikasi Remaja- Orang Tua dengan Perilaku Seksual di SMA Negeri 11 Palembang, Jurnal Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Skripsi S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Nursal, G.A.Dien, 2007, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007,17 Maret 2012 http://www.jurnalkesmas.com/index.php /kesmas/article/view/72/61. Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Suharyo, 2008, Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di Kalangan Remaja dan Dampak Ketidakadilan Gender, 27 September 2011, http://journal.unnes.ac.id/index.php/ke mas/article/download/576/529. Retnowati, Sofia, 2010, Remaja dan Permasalahannya, http://sofiapsy.staff.ugm.ac.id/files/remaja_dan_p ermasalahannya.doc Suryoputro, Antono., Ford, Nicholas.J., Shaluhiyah, Zahroh, 2006, Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi, 22 September 2011, http://journal.ui.ac.id. Wahyudi, 2002, Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Widyantoro, Ninuk., Lestari, Herna., 2009, Memahami Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta:Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. Yuliadi, Istar, 2010, Free Sex, Masturbasi/Onani, dan Gangguan OrientasiSeksual pada Remaja, diakses 01 Oktober 2010, http://psks.lppm.uns.ac.id/2010/04/05/f ree-sex-masturbasionani-dangangguan-orientasi-seksual-padaremaja/