PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK TES HIV MELALUI KLINIK VCT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

PENGETAHUAN BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM PENCEGAHAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG LEGI MALANG ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Siti Arieska Shomadiyyah

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.


HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN TERHADAP SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

Sri Suparti Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta. posyandu tentang kanker serviks dengan motivasi pada pemeriksaan deteksi dini

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT HIV / AIDS DI LOKALISASI TELUK BAYUR

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DAN VCT SERTA MOTIVASI IBU HAMIL DENGAN KESEDIAAN MENGIKUTI VCT DI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA GURU DI SMK PGRI CIKONENG KABUPATEN CIAMIS

RSUD Ratu Zalecha Martapura, Jl. Menteri Empat, Martapura, Kalimantan Selatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, Jl. A.Yani km. 2,5 Paringin Selatan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Transkripsi:

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK TES HIV MELALUI KLINIK VCT Joce Desak Made Sriwitati Ni Kadek Rastiti Sumarasih Akademi Kebidanan Kartini Bali E-mail : desakyoce@gmail.com Abstract : Knowledge With Wps s Attitude For Hiv Test Trough VCT Clinic. Purpose of this research is to find out the correlation of knowledge with Sex Worker Woman (WPS) s attitude for HIV test trough VCT clinic at Local Government Clinic Working Area II of North Denpasar year 2016. The research type is analytic correlation with cross sectional approach, and purposive sampling technique with 55 respondents. Data collection technique used questionnaire with Spearman s Rho statistical test. Statistical test result shows that correlation coefficient between knowledge with attitude (r xy ) is 0.404 at significance degree of 0.002. Because that significance degree of p value < 0.05 and r xy (0.404) < r tabel (0.261) then there is positive and significant correlation between knowledge of Sex Worker Woman (WPS) and attitude of Sex Worker Woman (WPS) for HIV test trough VCT clinic with correlation level of moderate. Abstrak : Pengetahuan Dan Sikap WPS Terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016. Jenis penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, dan teknik purvosive sampling dengan 55 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan uji statistik Spearman s Rho. Hasil uji statistik menunjukan koefisien korelasi antara pengetahuan dengan sikap (r xy ) sebesar 0,404 pada derajat kemaknaan 0,002. Karena derajat kemaknaan p value < 0,05 dan r xy (0,404) < r tabel (0,261) maka terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT dengan tingkat korelasi sedang. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap WPS, Tes HIV, Klinik VCT Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental, dan social seseorang secara utuh, yang tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2006) Human Immnunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk dalam tubuh seorang individu melalui berbagai macam cara penularan, kemudian masuk menginfeksi sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya system kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit yang dikenal dengan AIDS. Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) yaitu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Kemenkes RI, 2014). Kasus HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es artinya yang nampak hanyalah permukaannya belaka namun kasus sesungguhnya jauh lebih besar dari pada kasus yang nampak. Data kasus mengenai jumlah angka individu yang terinfeksi HIV maupun individu yang terdiagnosa AIDS Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7, No. 2, Desember 2017, hlm 4

sesungguhnya bukanlah jumlah yang sebenarnya (BKKBN, 2006). Indonesia merupakan negara berkembang dengan penyumbang kasus HIV/AIDS yang tinggi. Data Kemenkes menunjukan jumlah kasus HIV tahun 2011 sebanyak 21.031, AIDS 7321 kasus, tahun 2012 HIV sebanyak 21.511, AIDS 8.747 kasus. Secara kumulatif data yang dilaporkan sampai September 2014 yaitu HIV sebanyak 150.296 kasus, AIDS sebanyak 55.799 kasus. (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan statistik kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali, Bali menempati urutan ke empat di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali kumulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 1987 sampai Desember 2013 yaitu 8563 kasus. Daerah Kota Denpasar kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sejak Januari sampai Juni 2014 sebanyak 3.699 kasus, dengan perincian 1.876 kasus HIV dan 1.823 kasus AIDS. Berdasarkan perincian tersebut diperoleh data penderita HIV pada laki-laki sebanyak 1.065 orang dan pada perempuan sebanyak 811 orang, Kasus AIDS penderita laki-laki sebanyak 1.246 orang dan penderita perempuan sebanyak 577 orang. Kota Denpasar menempati urutan tertinggi kasus HIV/AIDS dibandingkan delapan Kabupaten/Kota lainnya (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014). Puskesmas II Denpasar Utara berada di tengah kota, tepatnya di daerah Pemecutan Kaja. Daerah ini memliki banyak tempat hiburan dan terdapat banyak Wanita Pekerja Seks (WPS) yang tersebar bebas di daerah wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara. Wanita Pekerja Seks (WPS) yang bekerja secara bebas di masyarakat memiliki resiko sangat tinggi tertular HIV/AIDS dan berpotensi menyebarkan virus kepada kliennya dengan prilaku seks yang tidak aman tanpa menggunakan alat pelindung. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 29 Desember 2015 yang dilakukan di klinik VCT Puskesmas II Denpasar Utara dengan melihat data pada buku register, kunjungan pasien di Klinik VCT tahun 2015, di peroleh data kunjungan Wanita Pekerja Seks (WPS) yang memeriksakan diri secara sukarela untuk tes HIV yaitu hanya delapan orang klien selama periode tahun 2015, dari 18 Wanita Pekerja Seks (WPS) yang terdaftar di Puskesmas II Denpasar Utara. Namun dari pengakuan petugas pelayanan klinik VCT Puskesmas II Denpasar Utara, masih banyak Wanita Pekerja Seks (WPS) yang tersebar secara bebas di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara yang belum terdaftar secara jelas di Puskesmas II Denpasar Utara, sehingga hal ini memerlukan penanganan yang lebih serius. Puskesmas II Denpasar Utara sudah mempunyai program kerja untuk mengurangi angka kejadian HIV/AIDS dengan membagikan kondom dan memberikan penyuluhan tentang penyakit menular seksual serta pencegahannya secara berkala yaitu setiap tiga bulan sekali. Namun, terlepas dari pemantauan tenaga kesehatan diperlukan kesadaran khusus dari Wanita Pekerja Seks (WPS) itu sendiri untuk menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap WPS terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016. METODE Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional yang mana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat, artinya penelitian ini hanya dilakukan satu kali saja (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara Sampel dalam penelitian ini yang diambil sesuai persyaratan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi adalah kriteria atau cirri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel sebanyak 55 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling Joce Desak Made Sriwitati, dkk, Pengetahuan Dan Sikap WPS Ter 2

dengan satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Arikunto, 2007). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, yang digunakan untuk mengukur dua variabel yaitu Hubungan Pengetahuan dengan Sikap WPS Terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT, yaitu menggunakan kuisioner berupa pernyataan tertutup 10 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jika pernyataan positif dijawab benar akan mendapat skor satu dan jika jawaban salah mendapat skor nol, sebaliknya untuk pernyataan negatif dijawab benar maka mendapat skor nol dan jika jawaban salah mendapat skor satu. Pengukuran terhadap sikap berupa pernyataan tertutup yaitu terdiri dari 10 pernyataan positif dan negatif, bila pernyataan favourabel skor tertinggi akan diberikan pada jawaban sangat setuju empat. Pernyataan unfavourable skor tertinggi akan diberikan pada jawaban sangat tidak setuju yaitu empat. Skor jawaban satu sampai empat, skor maksimal yang dapat dicapai adalah empat dan skor minimal adalah satu, dan apabila ada kuisioner yang tidak dijawab mendapat nilai nol. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisa univariate ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel independen dan dependen yang ada dalam penelitian ini, sedangkan analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan uji analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan, yaitu variabel pengetahuan WPS tentang HIV/AIDS (Independent variabel) dan sikap WPS terhadap Tes HIV/AIDS melalui Klinik VCT (dependent variabel), dengan ketentuan bila Ho ditolak berarti Ha diterima (p<0,05) artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap WPS untuk tes HIV melalui klinik VCT, dan bila Ho diterima berarti Ha ditolak (p 0,0 5) maka tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap WPS untuk Tes HIV melalui klinik VCT HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil dideskripsikan sesuai hasil sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden No Pendidikan Frekuensi Presentase % 1 Pendidikan Dasar 44 80 2 Pendidikan Menengah 11 20 3 Pendidikan Tinggi 0 0 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 55 responden (100%), 44 responden (80%) berpendidikan dasar, 11 responden (20%) berpendidikan menengah, dan tidak ada responden yang berpendidikan tinggi Kondisi ini menunjukkan bahwa seluruh responden itu berpendidikan rendah, yaitu hanya berpendidikan tertinggi setingkat pendidikan menengah. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Umur Responden No Umur Frekuensi Presentase % 1 Umur < 20 Tahun 3 5,45 2 Umur 20-35 Tahun 27 49,09 3 Umur > 35 Tahun 25 45,45 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden (100%), tiga responden (5,45%) yang berumur < 20 tahun, 27 responden 3

(49,09%) berumur antara 20-35 tahun, dan 25 responden (45,45%) berumur >35 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden yang berprofesi sebagai WPS sebagian besar adalah wanita dewasa, namun demikian ditemukan pula wanita yang berumur masih remaja, yaitu kurang dari umur 20 tahun tetapi sudah sudah berprofesi sebagai WPS. Maka bila disimak lebih jauh maka profesi WPS di daerah penelitian adalah wanita yang tergolong dalam wanita usia subur (WUS) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT No Pengetahuan Frekuensi (f) 1 Tinggi 26 47,3 2 Rendah 29 52,7 Presentase (%) Tabel 3 di atas menunjukan bahwa dari 55 responden (100%), sebanyak 26 responden (47,3%) memiliki pengetahuan tinggi, dan 29 responden (52,7%) memiliki pengetahuan rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden untuk tes HIV sebagian besar masih rendah, namun demikian lebih dari setengahnya responden memiliki pengetahuan tinggi untuk tes HIV. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, seperti yang dinyatakan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, dan dari informasi yang diperoleh melalui berbagai kalangan seperti dari teman, media masa, petugas kesehatan. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan responden di daerah penelitian ini banyak dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas II Denpasar Utara, walaupun belum sepenuhnya responden melaksanakan-nya. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT No Sikap Frekuensi (f)presentase (%) 1 Positif 40 72,7 2 Negatif 15 27,3 Tabel 4 menunjukan bahwa dari 55 responden (100%), sebanyak 40 responden (72,7%) memiliki sikap positif dan 15 responden (27,3%) memiliki sikap negatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang tes HIV. Notoatmodjo(2007) menyatakan bahwa,sikap memberi penilaian menerima atau menolak terhadap suatu obyek yang dihadapi oleh seseorang. Sementara Azwar (2011) menyatakan bahwa ada pernyataan yang berisi hal - hal yang positif mengenai suatu obyek, dan ada pernyataan yang berisi hal - hal yang negative terhadap sesuatu obyek. Selain hal tersebut diatas, Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa, umur merupakan suatu hal yang penting dalam mempengaruhi sikap seseorang, dimana semalkin tinggi umur seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuanseseorang, dan akhirnya mempengaruhi sikap seseorang terkait dengan pengalamannya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, dimana responden yang berumur antara 25 35 tahun sebagian besar memiiki sikap yang positif. Maka hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007). Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT Pengetahuan Sikap Total Positif Negatif f % f % f % 4

Tinggi 23 41.8 3 5.5 26 47,3 Rendah Joce Desak Made 17 Sriwitati, 30.9 12 dkk, 21.8 Pengetahuan 29 52,7 Dan Sikap WPS Terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT Total 40 72,7 15 27,3 55 100 Tabel 5 di atas menunjukan bahwa dari 55 responden diperoleh 26 responden (47,3%) yang berpengetahuan tinggi, 23 responden (41,8%) yang memiliki sikap positif dan tiga responden (5,5%) memiliki sikap negatif, sementara dari 29 responden (52,7%) memiliki pengetahuan rendah, 17 responden (30,9%) memiliki sikap positif, dan 12 responden (21,8%) memiliki sikap negatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Tabel 6. Nilai Korelasi Spearman s Rho Correlations Spearman' s rho kondisi penetahuan responden, dimana 52,7% responden yang berpengetahuan rendah, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian WPS besar, yaitu 70,7% di wilayah Puskesmas II Denpasar Utara bersikap positif untuk tes HIV, sehingga hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka sikapnya semakin psitif terhadap suatu obyek. Situasi ini bisa diasumsikan bahwa kondisi di lapangan bisa juga dipengaruhi oleh akses jangkauan pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh dilakukan oleh petugas kesehatan, dalam hal ini petugas puskesmas II Denpasar Utara. Pengetahuan Sikap Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000.404 ** Sig. (2-tailed)..002 N 55 55 Sikap Correlation Coefficient.404 ** 1.000 Sig. (2-tailed).002. N 55 55 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara tahun 2016. Sesuai dengan rumusan hipotesis tersebut, maka analisis uji statistik, selanjutnya dilakukan untuk mengetahuai adanya korelasi pengetahuan dengan sikap, dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan alfa (α) 5% atau (p) < 0,05 diperoleh hasil koefisien korelasi antara pengetahuan dengan sikap (r xy ) sebesar 0,404 dengan nilai p = 0,002. Berdasarkan nilai tersebut yang artinya nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016. Karena koefisien korelasi 0,404 < r tabel (0,261), hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT dengan tingkat korelasi sedang. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara mengenai Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap WPS untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT dapat disimpulkan sebagai berikut : sebagian besar responden memiliki pengetahuan rendah untuk Tes HIV melalui klinik VCT. 5

Sebagian besar responden memiliki sikap positif untuk tes HIV melalui klinik VCT. Ada hubungan yang signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara pengetahuan dengan sikap WPS untuk tes HIV melalui klinik VCT. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2007) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. Edisi Keempat Jakarta : PT. Rineka Cipta Azwar S, (2011) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar BKKBN. (2006) Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja Se-Bali Melalui Pendidikan Sebaya. Bkkbn Provinsi. Bali Depkes RI, (2006) Kesehatan Reproduksi. Jakarta Dinkes Provinsi Bali.(2014) Profil Kesehatan Reproduksi Provinsi Bali.Dinkes Provinsi Bali. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2014) Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia (online). Available :http://mmdnews.wordpress.com/20 09/10/23/data-terakhir-angka-hivaids-di Indones Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku.Jakarta : Rineka Cipta (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta.(2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 6