BAB I PENDAHULUAN. oleh faktor-faktor presipitasi seperti merokok, obesitas, kolesterol tinggi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes melitus tergolong sebagai penyakit kronik ke-4 yang menjadi penyebab utama kematian global setelah penyakit kardiovaskular (Mohamad, 2016). Resiko terjadinya penyakit ini disebabkan oleh faktor-faktor presipitasi seperti merokok, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan kurangnya olahraga (Utami, 2009). Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit menahun yang tidak bisa disembuhkan tetapi kadar gula darahnya dapat distabilkan menjadi normal dengan pengelolaan yang tepat dan benar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit mata, ginjal dan syaraf (Irianto, 2015). Estimasi terakhir Internasional Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2013 terdapat 382 juta orang yang hidup dengan DM di dunia dan diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa adanya pencegahan (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan menempati peringkat ke 4 teratas di antara negara-negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. 1

2 seperti India, China, Amerika Serikat, bahkan World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta orang (PERKENI, 2015). Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 menyatakan penduduk indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa menderita DM. Dengan mengacu pada pola pertumbuhan penduduk, maka perkiraan pada tahun 2030 akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun. Sementara itu hasil survei BPS tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di daerah pedesaan. Pada tahun 2001 survei terakhir di Depok (Jawa Barat) menunjukkan kenaikan yang sangat nyata dari 2,3% menjadi 12,8% (Mohamad, 2016). Peningkatan angka kejadian pada penderita DM dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan keluarga serta kurangnya pengetahuan dalam hal pengelolaan DM yang menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya komplikasi pada DM, oleh sebab itu edukasi atau pendidikan kesehatan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Menurut (PERKENI, 2014) secara umum terdapat 4 pilar dalam upaya melakukan pengelolaan pada penderita DM, yang pertama adalah edukasi, dalam hal ini penderita DM harus paham betul mengenai proses pembelajaran tentang pemantauan gula darah mandiri, riwayat penyakit DM, tanda dan gejala serta pencegahannya, untuk menjamin keberhasilan

3 penanganan DM secara mandiri, pasien harus mampu menakar sendiri makanan yang akan di konsumsi agar gula darahnya tetap stabil. Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM disamping edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis. Manfaat latihan jasmani bagi penderita diabetes antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. Pada saat seseorang melakukan olah raga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf otonom. Pada saat olah raga, sumber energi utama adalah glukosa dan lemak. Setelah olah raga 10 menit, peningkatan kebutuhan glukosa mencapai 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat sampai 35 kali (Suyono, 2015). Dalam pengelolaan DM agar berjalan sesuai dengan yang di harapkan, penderita memerlukan dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga diartikan sebagai bagian dari dukungan sosial, yang merupakan bentuk interaksi antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan akan afeksi serta keamanan, pembentukan dukungan keluarga ini bertujuan untuk membantu kepatuhan penderita dalam program pengobatan yang dijalani, karena kebanyakan dari penderita mengalami kejenuhan terhadap penyakit yang di alami (Suyono, 2007).

4 Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi penderita dalam menjalankan pengobatan serta pengontrolan kadar gula darah. Kurangnya dukungan keluarga berdampak pada rendahnya aktifitas penderita DM, distress emosional yang lebih besar, ketidak patuhan dalam kebiasaan diet dan menurunnya frekuensi untuk pemeriksaan kaki (Waspadji, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Sukoharjo (2016) menyatakan bahwa wilayah Baki merupakan daerah dengan penderita DM tertinggi dalam urutan ketiga setelah kecamatan Polokarto dan Bulu, data yang diperoleh pada wilayah kecamatan Baki terdapat 280 penderita DM. Sedangkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh penulis pada tanggal 13 Juni 2017 di wilayah kerja puskesmas Baki kabupaten Sukoharjo, dari 7 responden, 3 orang mengatakan sudah lelah dengan penyakit yang di derita karena sudah bertahun-tahun tidak sembuh dan harus bolak-balik rawat inap di rumah sakit, hal ini di sebabkan karena penderita tidak patuh dalam kontrol gula darah rutin dan malas untuk ber olahraga, 2 orang mengatakan keluarganya tidak perduli dalam makanan yang di konsumsi sehari-hari, dalam artian mereka mengkonsumsi makanan seadanya sesuai yang di masak oleh keluarganya, dan 2 di antaranya kurang pengetahuan tentang diet makanan apa saja yang harus di konsumsi. Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien DM menjalani terapi DM antara lain ditunjukkan dalam penelitian Miller and DiMatteo (2013) yang meneliti pentingnya peran dukungan keluarga dan

5 social terhadap terapi pada pasien DM. Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga memiliki peran yang sangat penting terhadap kepatuhan terapi pasien DM, dimana keluarga memberikan fasilitas bagi pasien DM untuk melakukan aktivitas terapi yang dilaksanakannya. Penelitian lain dilakukan oleh Almeida, Pereira and Leandro (2013) yang meneliti pengaruh dukungan keluarga dan koping keluarga terhadap perawatan diri sendiri (self care). Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan koping keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan perawatan diri sendiri pada pasien DM. Penelitian Tabasi, et.all (2014) yang meneliti dampak peningkatan peran keluarga terhadap kepatuhan pengobatan pasien DM. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan peran keluarga dengan memberikan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien DM. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan dalam melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo?

6 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo. b. Untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo. c. Untuk menganalisis dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Baki Sukoharjo. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah literatur dalam bidang keperawatan dan dapat dijadikan acuan tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus.

7 2. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan melakukan latihan jasmani pada penderita diabetes melitus. 4. Bagi Penderita Diabetes Melitus Diharapkan dapat menyehatkan tubuh dan disamping itu pula dapat menurunkan kadar gula darah dan membuang zat-zat toksik dalam tubuh sehingga tubuh tetap bugar dan sehat selalu. E. Keaslian penelitian 1. Penelitian oleh Bertalina, dkk (2016) dengan judul Hubungan lama sakit, pengetahuan, motivasi pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian secara analitik dengan pendekatan cross sectional. Karena penelitian ini di lakukan hanya satu kali pada saat yang bersamaan. Dalam penggunaan studi cross sectional pengukuran variabel dependen (kepatuhan

8 diet) dan variabel independen (lama sakit, pengetahuan dan motivasi pasien, dukungan keluarga) di lakukan pada waktu bersamaan dan secara langsung. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Poli penyakit dalam RSUD Abdul Moelek dengan jumlah pengunjung 731 dalam satu tahun, dengan rata-rata 43 pengunjung setiap bulannya. Sampel penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Poli penyakit dalam RSUD Abdul Moelek. Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti dengan menggunakan kriteria inklusi, yang berjumlah 100 orang. Perbedaan penelitian ini adalah pada responden, tempat penelitian. 2. Penelitian oleh Paskalini, dkk (2017) dengan judul Hubungan dukungan sosial dan motivasi dengan perawatan mandiri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam rsud mokopido toli-toli. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang), dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian ini di lakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Mokopido Toli-Toli Pada Bulan Oktober 2016- Januari 2017. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Mokopido Toli-Toli selama jangka waktu satu bulan terakhir. Teknik sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan total sampling yaitu seluruh objek yang di teliti dan dianggap mewakili populasi (Notoadmojo, 2012 dalam jurnal Vini Paskalini 2017) jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

9 kuesioner motivasi sebanyak 8 item pertanyaan, kuesioner dukungan sosial sebanyak 12 item pertanyaan dan kuesioner perawatan mandiri sebanyak 14 item pertanyaan. Perbedaan penelitian ini adalah metode penelitian, variabel, sampel, tempat penelitian.