BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan karena pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Charlina Ribut Dwi Anggraini

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, diperlukan

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DEA LATHIFAH, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang berbagai model pembelajaran. Secara harfiah model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Isjoni (2010:8) menyimpulkan perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak berlebihan, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa. Diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup (Isjoni, 2010:92). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara yang satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang kini mendapat banyak respon adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin dalam Isjoni (2010:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Isjoni (2010:73), macam-macam pembelajaran kooperatif antara lain, (1) Model Student Team Achievement Division (STAD), (2) Model Jigsaw, (3) Model Team Games Tournament (TGT)), (4) Model Investigasi Kelompok

(Group Investigation), (5) Model Rotating Trio Exchange, dan (6) Model Group Resume. Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Anita Lie dalam Isjoni (2010:23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Pada model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Tujuan utama dari penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Pada umumnya kemampuan akademik siswa di kelas heterogen yaitu ada siswa yang pintar, siswa yang cukup pintar dan siswa yang rendah. Termasuk di SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto khususnya kelas IV. Menurut Wahyuni (2011:2) kondisi seperti ini merupakan suatu kesulitan bagi guru dalam mengelola suatu pembelajaran dan bagi siswa yang kurang pintar tidak bisa mengalami perubahan menjadi siswa yang pintar karena tidak adanya aktivitas kerja sama yang dapat membuat siswa saling berkolaborasi satu sama lainnya.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan guru kelas yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2012 terhadap proses belajar mengajar matematika kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto adalah (1) Siswa diajarkan dengan pembelajaran konvensional melebihi 50% yaitu suatu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas baik dari soal yang diberikan guru atau dari LKS, (2) Jika guru memberikan pertanyaan hanya ada beberapa siswa saja yang sering menjawab pertanyaan guru yaitu siswa yang pandai, siswa yang kurang pandai tidak berusaha untuk menjawab karena takut jawaban yang diucapkan salah, sehingga siswa yang kurang pandai menjadi tidak percaya diri, (3) Hampir semua siswa menyukai pelajaran matematika karena pelajaran matematika ini merupakan pelajaran eksak yang bersifat pasti, namun hanya pada materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif siswa masih sulit untuk memahami konsep yang disampaikan oleh guru, sehingga cenderung membuat siswa bosan pada saat melakukan proses pembelajaran tersebut, dan (4) Hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif pada semester genap tahun ajaran 2011-1012 rata-rata 6,8. Nilai tersebut masih rendah karena Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif pada SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto adalah 70. Hasil pengamatan ditemukan bahwa metode pembelajaran konvensional tidak dapat diterapkan untuk kelas yang siswanya mempunyai kemampuan akademik heterogen. Metode ini tidak tepat karena (1) Hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam proses pembelajaran terutama siswa yang pandai, (2) Siswa menjadi tidak bersemangat. Selain itu metode permainan yang tidak bervariasai

tidak dapat membuat siswa saling bertukar pikiran dengan teman lainnya yang tingkat akademiknya lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tergantung pada guru dan siswa tidak termotivasi belajarnya sehingga prestasi belajarnya tidak memuaskan terutama untuk siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah. Konsep abstrak dalam pembelajaran matematika yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberikan penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Menurut Heruman (2007:4) Pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Russefendi dalam Heruman (2007:4) dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan disini terutama adalah menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dengan demikian dapat tercapai pembelajaran matematika yang efektif. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto perlu dilakukan variatif dalam proses pembelajarannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang merupakan produk tetapi juga

proses suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran kooperatif yang berasosiasi pada pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) memiliki banyak sekali model pembelajaran, salah satunya adalah Team Games Tournament (TGT). TGT pertama kali dicetuskan oleh Robert Slavin dan Devries pada tahun 1978. Slavin (2010:163) mengemukakan bahwa model pembelajaran TGT pada dasarnya hampir sama dengan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division). Perbedaannya pada model TGT tidak ada kuis tetapi ada pertandingan akademik atau perlombaan. Model TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif, metode TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Kiranawati, dalam Wahyuni 2011). Pemakaian metode TGT (Team Game Tournament) masih belum dikenal di SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto, sehingga guru belum pernah menggunakan

metode ini. Berdasarkan hasil pengalaman guru matematika di SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto, bahwa pembelajaran matematika masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum menggunakan metode pembelajaran secara maksimal. Guru matematika sebagian masih mempertahankan dengan memberikan sebuah proses pembelajaran metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa. Agar para peserta didik bisa memahami konsep-konsep yang dikembangkan oleh guru, sebaiknya siswa langsung diajak untuk menerapkan penjelasan materi tersebut agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna. Belajar bermakna menuntut adanya konteks pembelajaran yang muncul di lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengajak siswa belajar di luar kelas atau mengajak mereka mendekati sumber belajar atau dengan cara penunjukan materi dalam bentuk yang real/asli. Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan masalah-masalah yang dapat dilihat dan diamati di lingkungan sekitarnya. Pola pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam proses berpikir dan pada gilirannya siswa aktif dalam belajar. Pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari. Konsep ini menjadi lebih bermakna

jika di dalam pelajaran siswa menerapkan secara langsung akan materi yang disampaikan, agar mereka bisa menyelesaikan terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Penelitian tentang pembelajaran kooperatif model TGT ini pernah dilakukan oleh Abdul Qadimul Azal dalam Wahyuni (2011) yaitu pada mata pelajaran IPA. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II untuk semua aspek terutama aspek diskusi kelompok dan diskusi kelas yaitu dengan perbandingan pada siklus I ketuntasan klasikal sebanyak 92,5% dengan rata-rata 72,88 dan pada siklus II ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 100% yaitu dengan rata-rata 87,54. Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII MTs Tarbiyatun Nasyiin Pamekasan. Berdasarkan latar belakang diatas dan dengan mempertimbangkan usahausaha agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang Penggunaan Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Positif dan Negatif Siswa Kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto.

B. Fokus Masalah Bahwa Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Positif Dan Negatif Siswa Kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain: 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif siswa kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto? 2. Bagaimanakah hasil penerapan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif siswa kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif siswa kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa materi operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif siswa kelas IV SDN Bandung 02 Gedeg Mojokerto melalui pembelajaran Team Game Tournament (TGT).

E. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait, antara lain. 1. Bagi guru Guru memperoleh pemahaman lebih jelas terhadap penggunaan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) dan dapat menerapkannya. Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dapat dijadikan motivator untuk meningkatkan kualitas mengajar. 2. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif strategi dalam upaya meningkatkan kompetensi mengajar para pendidik. 3. Bagi peneliti Dapat dijadikan pengalaman dalam mempersiapkan diri sebagai tenaga pendidik. Selain itu juga untuk menambah wawasan tentang penerapan Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) di lingkungan Sekolah Dasar (SD).

4. Bagi peneliti lanjutan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) terhadap berbagai aspek dalam pembelajaran. 5. Bagi siswa Dengan penelitian ini siswa dapat memperoleh sajian pembelajaran yang berbeda dan menarik dari pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas. F. Batasan Istilah 1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin : 1985). 2. Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. (Kiranawati, dalam Wahyuni (2011)) 3. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. (Nana Sudjana dalam Latifah, Noor (2008)) 4. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya dalil. (Ruseffendi dalam Heruman (2007:1))

5. Bilangan bulat adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan suatu kualitas banyak/sedikit atau ukuran (berat, ringan, panjang, pendek, keliling, luas) suatu objek bilangan bulat ditunjukkan dengan suatu tanda atau lambang yang yang disebut angka. Bilangan bulat merupakan bilangan utuh yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli, bilangan bulat (Sutrisna Sulis : 2003).