PENGARUH VARIASI SUDUT TUAS KECEPATAN POMPA INJEKSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MITSUBISHI DIESEL L300

dokumen-dokumen yang mirip
Mesin Diesel. Mesin Diesel

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB III LANDASAN TEORI


TUGAS AKHIR CARA KERJA DAN TROUBLESHOOTING SISTEM BAHAN BAKAR ISUZU PANTHER 4JA1-L

Terbakar spontan pada 350 C, sedikit dibawah temperatur bensin yang terbakar sendiri sekitar 500 C.

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

MODIFIKASI MESIN BUBUT SEBAGAI MESIN PENGUJI IN LINE TYPE INJECTION PUMP. Oleh : Aep Surahto ABSTRACT

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). -Pertemuan ke. Topik. Metode Evaluasi dan Penilaian. Sumber Ajar (pustaka)

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP)

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

PENGEMBANGAN DAN MODIFIKASI MESIN BUBUT SEBAGAI MESIN PENGUJI INJECTION PUMP TIPE IN LINE. Aep Surahto. Abstrak

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

Pengaruh Variasi Tekanan Injektor Dan Putaran Terhadap Performa Dan Gas Buang Pada Motor Diesel

PENGARUH MODIFIKASI DUDUKAN FUEL INJECTOR PADA MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J 110 TAHUN 2013 SKRIPSI

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB II. LANDASAN TEORI

PENAMBAHAN ADITIF PRESTONE, REDEX DAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PRESTASI MESIN DIESEL, TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR CAIR SPESIFIK.

KARAKTERISASI BAHAN BAKAR PADA MOTOR DIESEL DIESEL FUEL CHARACTERIZATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

KALIBRASI POMPA INJEKSI TIPE DISTRIBUTOR DALAM PERSAMAAN ALIRAN BAHAN BAKAR TERHADAP KONSUMSI TIAP SILINDER ENGINE DIESEL

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

UJI KERJA INJEKTOR TERHADAP PUTARAN DAN JENIS SEMPROTAN MENGGUNAKAN ALAT UJI INJEKTOR ABSTRAK

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

Rancang Bangun Alat Uji Pompa Injeksi Motor Diesel Multi Silinder TUGAS AKHIR NAMA : IRAWAN BUDYARTO NIM: L0E FAKULTAS TEKNIK

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

PENGARUH VARIASI MAIN JET NOZZEL PADA SISTEM KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

MESIN DIESEL 2 TAK OLEH: DEKANITA ESTRIE PAKSI MUHAMMAD SAYID D T REIGINA ZHAZHA A

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Masuk Terhadap Kinerja Motor Diesel Tipe 4 JA 1

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI BAHAN BAKAR PADA MOTOR DIESEL (FUEL CHARACTERIZATION ON DIESEL ENGINE) Wardan Suyanto, Budi Tri Siswanto, Muhkamad Wakid

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET


Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

PERAWATAN & PERBAIKAN INJECTION PUMP TIPE DISTRIBUTOR HYUNDAI HD 5 ZAINUL ARISMAN HIDAYAT

BAB III PEMBAHASAN TEKNIS GANGGUAN SISTEM INJEKSI BAHAN BAKAR PADA MESIN KUBOTA RD 65 H DAN CARA MENGATASINYA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Pendingin Mesin terhadap Kinerja Mesin Induk di KM TRIAKSA

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR BIO-SOLAR DAN SOLAR DEX TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

BAB 7 PENCATUAN BAHAN BAKAR PADA MOTOR DIESEL

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

OPTIMALISASI KINERJA MOTOR DIESEL DENGAN SISTEM PEMANASAN BAHAN BAKAR

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

PENGARUH VARIASI MAIN JET NOZZEL PADA SISTEM KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN (Studi Kasus Beberapa Tingkat Oktan)

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI SUDUT TUAS KECEPATAN POMPA INJEKSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MITSUBISHI DIESEL L300 Anggoro Bernardi 1, A.Noorsetyo H.D 2, Nurhadi 3 1,2,3 Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tidar bernardia37@gmail.com, noorsetyo@untidar.ac.id, nurhadi@untidar.ac.id Abstrak Pada mesin diesel salah satu yang harus diperhatikan adalah masalah pada sistem bahan bakar. Selain mampu memberikan tekanan penyemprotan yang tinggi dan mengatur waktu penginjeksian dalam hal ini sistem bahan bakar juga harus memberikan jumlah bahan bakar yang tepat sesuai dengan kondisi mesin. Pengujian konsumsi bahan bakar pada mesin Mitsubishi diesel L300 dilakukan tanpa beban dengan mengukur derajat tuas kecepatan dengan variable 0o, 5o, 10o dan sebagai data pembanding juga mengukur putaran pada mesin yang berturut turut didapatkan 716, 893, dan 1100 rpm. Setelah dilakukan pengujian dengan interval waktu tiga menit hasil pengujian menunjukan pada 0o, 5o, dan 10o tuas kecepatan secara berturut turut didapatkan konsumsi bahan bakar sebesar 0,5 ml/detik, 0,61 ml/detik, dan 0,38 ml/detik. Kesimpulan hasil pengujian menunjukan dengan adanya peningkatan putaran mesin maka putaran tersebut akan disalurkan menjadi gaya sentrifugal fly weight di dalam pompa injeksi yang mana gaya tersebut akan memberikan perlawanan terhadap tegangan pegas yang digerakan tuas kecepatan sehingga akan mempengaruhi langkah efektif pump plunger dan jumlah penginjeksian. Kata Kunci: gaya sentrifugal fly weight, konsumsi bahan bakar, tuas kecepatan Abstract On a diesel engine, the fuel system works to provide a high spraying pressure and set the time for injection. in this case the fuel system must also give the right amount of fuel in accordance with the condition of the engine. This study used experiment fuel consumption no load on the engine Mitsubishi diesel L300 by measuring the control lever with variable degrees of 0o, 5o, 10o and compared data as well as measuring the rotation of the engine 716, 893, and 1100 rpm. The performed with an interval of three minutes on 0o, 5o, 10o control lever and test results of fuel consumtion showed at 0,5 ml/s, 0,61 ml/s, 0,38 ml/s. The result of the study with increase rotation of the engine the rotation transfer into a centrifugal force fly weight on the injection pump and it will be resistance of the control spring so its switch over the effective stroke pump plunger and influence amount of the injection. Keywords: centrifugal force fly weight, control lever, fuel consumption. PENDAHULUAN Mesin diesel adalah mesin sistem pembakaran dalam (internal combution engine) menjadi pilihan banyak pengguna motor bakar untuk kendaraannya karena keunggulan efisiensi bahan bakar. Mesin diesel memiliki efisiensi panas yang lebih baik dibandingkan dengan mesin bensin, karena pada mesin diesel memiliki perbandingan kompresi yang sangat besar. Pembakaran pada mesin diesel terjadi ketika nozzle menginjeksikan bahan bakar ke dalam ruang bakar. Bahan bakar yang diinjeksikan ini akan terbakar karena temperatur tinggi yang disebabkan oleh tekanan kompresi mesin. Salah satu yang harus diperhatikan adalah masalah pada sistem bahan bakar. Selain mampu memberikan tekanan penyemprotan yang tinggi dan mengatur waktu penginjeksian dalam hal ini sistem bahan bakar juga harus memberikan jumlah bahan bakar yang tepat sesuai dengan kondisi mesin. Hal ini sangat penting, karena dengan jumlah bahan bakar yang sesuai pada saat penginjeksian sangat mempengaruhi kinerja suatu mesin juga konsumsi bahan bakar. 47

Sistem bahan bakar mempunyai komponen antara lain tangki bahan bakar, priming pump, saringan bahan bakar, water sedimenter, pompa injeksi dan nozzel yang mempunyai peranan penting dalam mendistribusikan bahan bakar hingga ke ruang bakar. Sehingga pemahaman tentang sistem bahan bakar mesin diesel sangat diperlukan untuk menganalisis seberapa banyak jumlah bahan bakar yang dikonsumsi pada tingkatan tertentu. Kajian mengenai Pengaruh Variasi Sudut Tuas Kecepatan Pompa Injeksi terhadap Konsumsi Bahan Bakar Stand Mitsubishi Diesel L300 menjadi pemicu penulis sebagai bahan Laporan Akhir. Karena variasi sudut tuas kecepatan pompa injeksi akan mempengaruhi putaran mesin serta jumlah bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam ruang bakar. bahan bakar yang tepat dan memberikan pengabutan sempurna. Pada sistem pengaliran bahan bakar diesel dibedakan berdasarkan jenis pompa injeksi. Saat ini pompa injeksi yang digunakan dikenal ada dua yaitu sistem bahan bakar dengan pompa injeksi inline dan sistem bahan bakar dengan pompa injeksi jenis distributor. Kontruksi pengaliran bahan bakar Mitsubishi diesel L300 yang menggunakan pompa injeksi jenis distributor adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian motor bakar diesel Motor diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combution Engine) dengan membakar bahan bakar sebagai sumber tenaganya untuk menggerakkan piston dan memutarkan poros engkol. Proses pembakaran mesin diesel adalah udara dimampatkan dengan tekanan tertentu, sehingga menghasilkan suhu tinggi. Suhu yang tinggi akan mampu membakar bahan bakar yang disemprotkan karena itu mesin diesel disebut juga sebagai mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engine). 2. Sistem pengaliran bahan bakar Sistem pengaliran bahan bakar berfungsi untuk melayani kebutuhan bahan bakar selama mesin diesel bekerja maka dibutuhkan kerja komponen yang kompak. Untuk itu sistem bahan bakar harus mampu memberikan tekanan penyemprotan yang cukup tinggi, memberikan jumlah bahan bakar yang tepat sesuai dengan kondisi mesin, mengatur waktu penyemprotan Gambar 1. Sistem pengaliran bahan bakar tipe distributor 3. Konsumsi bahan bakar Dalam pengujian mesin, konsumsi bahan bakar diukur sebagai laju aliran bahan bakar per unit waktu (Q). Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efisiensi mesin dalam menggunakan bahan bakar untuk menghasilkan putaran. Q = v/t (1) dimana, Q = Konsumsi bahan bakar (ml/detik) v = Volume bahan bakar (ml) t = Waktu (detik) METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan membuat variasi sudut pada tuas kecepatan. Adapun tahapan yang dilakukan mengikuti diagram alir pada Gambar 2. 48

waktu selama tiga menit dengan mencatat dan menghitung perubahan volume bahan bakar yang dihisap pada gelas ukur satu maupun yang dikembalikan pada gelas ukur dua setiap menitnya. Diagram pengujian ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 2. Diagram alir penelitian 1. Persiapan alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan Alat Bahan Gelas ukur Mesin 1000 ml Mitsubishi Stopwatch diesel L300 Penggaris busur Tachometer Clampmeter Kunci pas 6 dan 10 2. Alat uji Alat uji ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 4. Diagram pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. menunjukkan hasil pengujian konsumsi bahan bakar tanpa beban hasil bahan bakar yang dihisap dan yang dikembalikan selama tiga menit. Terlihat perbedaan antara masing masing tuas kecepatan akan menghasilkan putaran mesin yang berbeda, dimana bila putaran mesin meningkat maka semakin besar pula bahan bakar yang dihisap maupun yang dikembalikannya guna menjaga volume dan tekanan pada rumah pompa injeksi. Tabel 2. Perbandingan jumlah bahan bakar yang dihisap dan dikembalikan Gambar 3. Alat uji 3. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Diploma III Universitas Tidar dengan memvariasikan sudut tuas kecepatan pompa injeksi interval 49

Gambar 5. Perbandingan volume vs waktu Gambar 5 memperlihatkan pada pengujian pertama posisi sudut tuas kecepatan 0 o menghasilkan putaran mesin 716 rpm dengan kondisi awal hingga menit ketiga adanya penurunan jumlah volume bahan bakar yang tehisap dan adanya peningkatan dari jumlah volume bahan bakar yang dikembalikan sehingga terjadi penurunan konsumsi tiap menitnya. Gambar 7 memperlihatkan pada pengujian kedua posisi sudut tuas kecepatan 5 o menghasilkan putaran mesin 893 rpm dengan kondisi awal hingga menit ketiga adanya penurunan jumlah volume bahan bakar yang tehisap dan adanya peningkatan dari jumlah volume bahan bakar yang dikembalikan sehingga terjadi penurunan konsumsi tiap menitnya. Adanya peningkatan putaran dari pengujian pertama ke pengujian yang kedua menunjukan juga peningkatan jumlah bahan bakar yang dihisap dan peningkatan jumlah bahan bakar yang dikembalikan dengan perbedaaan jumlah konsumsi selama tiga menit 20 ml lebih banyak untuk pengujian kedua. Gambar 8. Selisih gelas ukur 1 dan 2 Gambar 6. Selisih gelas ukur 1 dan 2 Q : (v1 ml + v2 ml + v3 ml) / 180 detik : 40 ml + 30 ml + 20 ml / 180 detik : 90 ml / 180 detik Q : 0,5 ml/detik Hasil pengujian pada 0 o tuas kecepatan dengan putaran 716 rpm selama tiga menit bahan bakar berkurang sebanyak 0,5 ml/detik. Q : (v1 ml + v2 ml + v3 ml) / 180 detik : 50 ml + 40 ml + 20 ml / 180 detik : 110 ml / 180 detik Q : 0,61 ml/detik Hasil pengujian pada 5 o tuas kecepatan dengan putaran 893 rpm selama tiga menit bahan bakar berkurang sebesar 0,61 ml/detik. Gambar 9. Perbandingan volume vs waktu Gambar 7. Perbandingan volume vs waktu Gambar 9 memperlihatkan pada pengujian ketiga posisi sudut tuas 50

kecepatan 10 o menghasilkan putaran mesin 1100 rpm dengan kondisi awal hingga menit ketiga adanya penurunan jumlah volume bahan bakar yang tehisap juga dengan adanya penurunan dari jumlah volume bahan bakar yang dikembalikan namun tidak mempengaruhi terjadi penurunan konsumsi tiap menitnya. Adanya peningkatan putaran dari pengujian pertama, kedua hingga ke pengujian yang ketiga menunjukan juga peningkatan jumlah bahan bakar yang dihisap dan peningkatan jumlah bahan bakar yang dikembalikan dengan perbedaaan jumlah konsumsi selama tiga menit yaitu 90 ml untuk pengujian pertama, 110 ml untuk pengujian kedua, dan 70 ml untuk pengujian ketiga. Gambar 10. Selisih gelas ukur 1 dan 2 Q : (v1 ml + v2 ml + v3 ml) / 180 detik : 30 ml + 20 ml + 20 ml / 180 detik : 70 ml / 180 detik Q : 0,38 ml/detik Hasil pengujian pada 10 o tuas kecepatan dengan putaran 1100 rpm selama tiga menit bahan bakar berkurang sebesar 0,38 ml/detik. Gambar 11. Hubungan antara sudut tuas kecepatan dengan konsumsi bahan bakar Gambar 11 diatas menunjukkan bahwa semakin besar derajat tuas kecepatan 0 o, 5 o dan 10 o juga menghasilkan rpm secara berturut turut sebesar 716, 893 dan 1100 maka didapatkan hasil konsumsi bahan bakar sebanyak 0,5 ml/detik, 0,61 ml/detik dan 0,38 ml/detik. Pada tuas kecepatan 0 o atau rpm 716 jumlah penginjeksian akan dipergunakan cenderung untuk mempertahankan putaran mesin agar stabil di posisi idle. Pada tuas kecepatan 5 o atau rpm 893 walaupun dengan adanya kenaikan rpm yang berpengaruh pada gaya sentrifugal fly weight unit governor tidak mampu mengalahkan gaya pada tuas kecepatan 5 o sehingga mempengaruhi langkah efektif pump plunger lebih besar artinya butuh jumlah penginjeksian lebih untuk meningkatkan putaran. Pada tuas kecepatan 10 o atau rpm 1100 dengan adanya kenaikan rpm maka gaya sentrifugal fly weight unit governor akan bertambah dan kali ini lebih besar dari rpm 893 sehingga mampu mengalahkan gaya 10 o tuas kecepatan maka langkah efektif plunger lebih pendek artinya jumlah penginjeksian akan dikurangi dengan semakin bertambahnya rpm. KESIMPULAN Pengaruh variasi sudut tuas kecepatan pompa injeksi terhadap konsumsi bahan bakar Mitsubishi diesel L300 dapat disimpulkan pada 0 tuas kecepatan dengan rpm 716 jumlah penginjeksian cenderung akan mempertahankan kestabilan putaran mesin di posisi idle. Dengan adanya peningkatan putaran mesin maka putaran tersebut akan disalurkan menjadi gaya sentrifugal flyweight di dalam pompa injeksi. Pada rpm 893 gaya sentrifugal flyweight tidak mampu mengalahkan gaya yang dihasilkan dari 5 tuas kecepatan sehingga mempengaruhi langkah efektif pump plunger menjadi lebih besar artinya mesin butuh lebih bahan 51

bakar yang diinjeksikan untuk meningkatkan putarannya dan ketika putaran mesin sudah mencapai rpm 1100 gaya sentrifugal flyweight mampu mengalahkan gaya 10 tuas kecepatan maka langkah efektif pump plunger lebih kecil artinya bahan bakar yang diinjeksikan akan dikurangi. Jumlah yang diinjeksikan akan dikurangi dengan maksud semakin cepat putaran mesin periode pembakaran makin singkat dengan dikuranginya jumlah bahan bakar yang diinjeksikan diharapkan pembakaran tuntas dengan periode pembakaran yang singkat sehingga tekanan pembakaran dapat terjadi sesuai sudut poros engkol yang tepat dan hasilnya pembakaran yang terjadi pada motor diesel menjadi lebih baik. Diesel Type 6 DM 51 SS. Jurnal Rekayasa Teknologi. Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Vol. 3 No 1. Suyanto, Wardan. Budi, Tri. dan Muhkamad, Wakid. 2015. Karakterisasi Bahan Bakar pada Motor Diesel Jurnal Penelitian Saintek. Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 20 No 1. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. New Step 1 Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor. Anonim. 1995. New Step 2 Training Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor. Anonim. 2013. Komponen pompa injeksi distributor. Diambil tanggal 10 juni 2018, dari http://maskub.wordpress.com Anonim. 2015. Diagram P-V dan T-s siklus tekanan konstan. Diambil tanggal 2 juni 2018, dari http//teknikkendaraanringanotomotif.blogspot.com Cappenberg, A.D. 2017. Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Solar, Biosolar dan Pertamina Dex terhadap Prestasi Motor Diesel Silinder Tunggal. Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur. Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Edisi terbit II. Rabiman. Arifin, Zainal. 2011. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saidah, Andi. 2012. Pengaruh Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin 52