1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Angka kematian ibu dan anak merupakan indikator yang paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak (Yuliawati, 2001). Diperkirakan terdapat 500.000 kematian ibu di seluruh dunia setiap tahunnya (Prata et al., 2010). Tingginya angka kematian ibu dan anak cenderung menggambarkan taraf kesehatan ibu dan anak yang masih buruk. Menurut SDKI 2012, angka kematian ibu di Indonesia berada pada angka 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013b). Angka tersebut menyebabkan Indonesia memiliki angka kematian maternal paling tinggi di Asia Tenggara. Penelitian menunjukkan bahwa preeklampsia/ eklampsia merupakan salah satu penyebab paling banyak kematian maternal di Indonesia (Yuliawati, 2001). Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2012, hipertensi dalam
2 kehamilan (25%) merupakan penyebab kematian ibu di Indonesia yang paling tinggi setelah pendarahan (30%) dan kemudian diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%)(Kementrian Kesehatan RI, 2013b). Preeklampsia merupakan sindrom yang spesifik terhadap kehamilan yang dapat mempengaruhi semua sistem organ. Hipertensi dengan proteinuria yang signifikan menjadi kriteria yang penting untuk menentukan diagnosis preeklampsia. Eklampsia adalah onset kejang yang terjadi pada wanita hamil dengan preeklampsia, yang dapat muncul sebelum, selama, atau setelah proses persalinan. Kedua faktor yang menyebabkan peningkatan angka kematian ibu dan bayi sebenarnya dapat dicegah dengan adanya deteksi dini (Mogren et al., 1999). Selain itu, faktor lain penyebab tingginya angka mortalitas ibu dan anak di Indonesia adalah gagalnya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk (Mackenzie, 2013). Di negara maju, surveillans telah dilakukan dengan baik sehingga dapat diberikan intervensi dini bagi ibu penderita preeklampsia yaitu melalui proses terminasi kehamilan di saat usia bayi sudah dapat dilahirkan (Roberts & Gammill, 2005). Hal tersebut sangat
3 menurunkan angka kematian ibu pada saat melahirkan yang dikarenakan oleh preeklampsia. Proses surveillans ini masih belum berjalan dengan baik di negara berkembang. Sembilan puluh sembilan persen kematian terkait kehamilan terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Wanita yang terlahir di negara berkembang memiliki risiko untuk mengalami preeklampsia 7 kali lebih besar dan 3 kali lebih besar untuk menjadi eklampsia. Salah satu penyebabnya adalah dikarenakan 15-30% wanita yang menjalani pemeriksaan prenatal tidak diperiksa tekanan darahnya (Bender & Ryan, 2013). Di Indonesia sendiri kegiatan surveillans belum dilakukan secara merata. Tingkat kesehatan ibu dan anak juga cenderung bervariasi antar daerah di Indonesia. Angka kematian bayi di Indonesia adalah sebesar 34 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Provinsi Maluku Utara, angka kematian bayi masih berada pada angka 62 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013a). Menurut SDKI tahun 2012, terdapat lonjakan signifikan pada angka kematian ibu di Indonesia. Angka kematian ibu menurut survei tersebut berada pada angka 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Provinsi Maluku Utara,
4 angka kematian ibu berada pada angka 387 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Saputra, 2013). Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada terdorong untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil khususnya ibu hamil dengan preeklampsia di Kota Ternate. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui proporsi ibu-ibu hamil dengan risiko preeklampsia yang memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya morbiditas maupun mortalitas pada bayi dan ibu. Dengan diketahuinya proporsi tersebut, kami berharap dapat melakukan upaya antisipasi dengan melibatkan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, serta tenaga kesehatan setempat sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. I.2. Rumusan Masalah 1. Berapakah proporsi kehamilan dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate?
5 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil di Kota Ternate? I.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui proporsi kehamilan dengan risiko tinggi di Kota Ternate. 2. Tujuan Khusus 2.1. Mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil di Kota Ternate. 2.2. Mengetahui proporsi kehamilan dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate. I.4. Keaslian Penelitian Sejauh ini, penulis belum menemukan studi penelitian yang melakukan deteksi dini terhadap ibu hamil untuk menentukan prevalensi ibu hamil yang
6 berisiko mengalami preeklampsia di Kota Ternate dengan menggunakan kuesioner deteksi dini. Penelitian dengan melakukan audit pada kematian maternal pernah dilakukan di Kalimantan Selatan. Penelitian tersebut mengambil data dalam rentang tahun 1995-1999. Berdasarkan penelitian tersebut, kematian maternal yang diakibatkan oleh penyakit hipertensi (meliputi eklampsia dan preeklampsia) menduduki peringkat kedua terbanyak setelah pendarahan pascasalin (Supratikto et al., 2002). Penelitian mengenai interaksi antara indeks massa tubuh dan konsentrasi hemoglobin terhadap tekanan darah wanita hamil pernah dilakukan di Guangxi, China. Berdasarkan analisis multivariabel, indeks massa tubuh memiliki korelasi positif terhadap tekanan darah sistolik di sepanjang kehamilan, sedangkan asosiasi konsentrasi hemoglobin hanya terjadi pada trimester pertama. Sementara itu, korelasi antara indeks massa tubuh dan konsentrasi hemoglobin berkaitan secara positif dengan tekanan darah diastolik pada trimester pertama dan ketiga (Zhong et al., 2014). Studi mengenai faktor risiko dari preeklampsia onset awal dan akhir menunjukkan bahwa faktor-faktor
7 yang meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia secara signifikan adalah riwayat diabetes mellitus, indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m 2 dan peningkatan berat badan 0,5 kg per minggu selama kehamilan. Riwayat hipertensi kronis meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia dengan onset awal, sedangkan riwayat keluarga dengan hipertensi kronis meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia onset akhir secara signifikan (Aksornphusitaphong & Phupong, 2013). I.5. Manfaat Penelitian 1. Bidang penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan. 2. Bidang pengabdian masyarakat Melalui penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui proporsi kehamilan dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate. Setelah mengetahui proporsi tersebut, diharapkan supaya dapat
8 dilakukan suatu upaya untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu serta angka kematian neonatal di Kota Ternate.