BAB V ARAHAN MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI GALUNGGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

BAB VII PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN LETUSAN GUNUNG BERAPI DAN KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI [14]

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

ARAHAN PENGEMBANGAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA (Studi Kasus : Kota Garut, Jawa Barat)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Arahan Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunung Galunggung di Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan. kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengembangan Peta Rencana Kontijensi Bencana Gunung Api Studi Kasus: Gunung Api Lokon

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB IV METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV. Kajian Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Manajemen Bencana. Suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman.

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

BAB III LANDASAN TEORI

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia, sehingga sudah tidak asing lagi bagi kita jika mendengar terjadinya

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

Transkripsi:

242 BAB V ARAHAN MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNGAPI GALUNGGUNG Bab ini menjelaskan mengenai arahan mitigasi bencana berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dimana arahan mitigasinya disusun berdasarkan pada indikator yang memiliki tingkat risiko tinggi dan kondisi eksisting nya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel V.1 Bencana Letusan Gunungapi Galunggung 1 Cibalong Rawan terhadap Kawasan Potensi Prosentase sebaran kawasan non Prosentase pekerja Letusan sebesar 11,72% di bidang tenaga kesehatan terhadap jumlah laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,29%, dan kepadatan 5 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 10,26% dan wanita sebesar 49,14% misin sebesar 23,98% Rasio angkutan pekerja di bidang 70% Relokasi kawasan non yang memiliki nilai ekonomis ke daerah aman Memberikan informasi dan pelatihan khusus agar tanggap dalam meminilisasi risiko bahaya letusan kuantitas tenaga kesehatan dalam membantu korban bencana dan 2 Tanjungjaya Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 6,95% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,27%, dan kepadatan 12 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 9,89% dan wanita sebesar 51% miskin sebesar 20,78%, pekerja di bidang 63,29% tingkat pendapatan perkapita Prosentase Penduduk wanita Prosentase Pekerja di bidang Tingkat pendapatan per-kapita Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas di sektor (bersifat non-permanen) Memberikan informasi dan pelatihan khusus agar tanggap dalam meminilisasi risiko bahaya letusan sejak dini dengan memberikan pelatihan dalam

243 Rp.115.250/bulan meningkatkan keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatannya 3 Sukaraja Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 21,43% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,44%, dan kepadatan 10 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 8,04% dan wanita sebesar 51,80% miskin sebesar 26,94 %, cacat 0,08 % pekerja di bidang 25,41% 4 Jatiwaras Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 3,08% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,40%, dan kepadatan 6 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 10,25% dan wanita sebesar 50,01% miskin sebesar31,21 %, pekerja di bidang 67,90% 5 Singaparna Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 43,27% Penduduk wanita Laju pertumbuhan Penduduk miskin Penduduk miskin Tingkat pendapatan per-kapita Pekerja di bidang fasilitas kesehatan Rasio angkutan Kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas di sektor (bersifat non-permanen) Menekan laju pertumbuhan Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas di sektor (bersifat non-permanen) dengan memberikan pelatihan dalam meningkatkan keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatannya kuantitas tenaga kesehatan dalam membantu korban bencana dengan memberikan pelatihan dalam meningkatkan keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatannya Relokasi aktifitas kegiatan pada kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan ke daearah yang aman Mendistribusikan kawasan

244 laju pertumbuhan rata-rata permukiman yaitu sebesar 1,35%, dan Kepadatan kepadatan 33 jiwa/ha memiliki balita, dan Penduduk wanita lansia sebesar 12,49% dan Rasio angkutan wanita sebesar 51,18% miskin sebesar 24,61 %, cacat 0,24 % pekerja di bidang 11,67% 6 Sukarame Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 34,30% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 4,38%, dan kepadatan 16 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 8,65% dan wanita sebesar 49,36% miskin sebesar 29,42 %, cacat 0,33 % pekerja di bidang 51,76% 7 Mangunreja Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 19,26% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 0,95%, dan kepadatan 14 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 15,02% dan wanita sebesar 50,06% miskin sebesar 13,81 %, pekerja di bidang 69,94% Laju pertumbuhan Penduduk miskin Kepadatan Penduduk penyandang cacat tenaga kesehatan terhadap jumlah Rasio angkutan permukiman Penduduk usia lanjut dan balita Kepadatan Pekerja di bidang tenaga kesehatan terhadap jumlah Rasio angkutan permukiman ke daerah aman Menekan kepadatan, terutama pada daearah sekitar kawasan potensi terlanda lahar Memberikan pelatihan evakuasi korban bencana karena memiliki jumlah wanita tinggi dan Menekan kepadatan dan laju pertumbuhan, terutama pada daearah sekitar kawasan potensi terlanda lahar Memberikan pelatihanpelatihan pada masyarakat dalam meningkatkan ketrampilan untuk meningkatkan kondisi perekonomian Memberikan pelatihan evakuasi korban bencana karena terdapat cacat kuantitas tenaga kesehatan dalam membantu korban bencana dan Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas di sektor (bersifat non-permanen) Relokasi permukiman dari kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan ke daearah yang aman Penyediaan bantuan khusus dalam evauasi balita dan lansia Menekan kepadatan kuantitas tenaga kesehatan dalam membantu korban bencana

245 8 Cigalontang Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 14,31% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,53%, dan kepadatan 5 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 11,16% dan wanita sebesar 50,25% miskin sebesar 24,62 %, pekerja di bidang 77,64% 9 Leuwisari Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 24,53% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 0,97%, dan kepadatan 8 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 10,14% dan wanita sebesar 51,66% miskin sebesar 24,38 %, pekerja di bidang 27,55% non- Pekerja di bidang Laju pertumbuhan Tingkat pendapatan per-kapita fasilitas kesehatan Rasio angkutan terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar) batu (pijar) dan hujan abu lebat Penduduk wanita dan Relokasi permukiman dari kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan ke daearah yang aman Menekan laju pertumbuhan Meningkatkan tingkat pendapatan dengan membuka lapangan usaha atau memberi pelatihan untuk menambah ketrampilan khusus dan Relokasi permukiman dari kawasan rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan terhadap lontaran batu (pijar) ke daearah yang aman Relokasi permukiman dari kawasan rawan batu (pijar) dan hujan abu lebat ke daearah yang aman Memberikan informasi pada untuk tanggap terhadap bencana secara dini 10 Sariwangi Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 62,61% laju pertumbuhan rata-rata terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar) batu (pijar) dan hujan abu lebat Relokasi aktivitas dari kawasan rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar), batu (pijar) dan hujan abu lebat, Kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena

246 yaitu sebesar 1,44%, dan Kawasan potensi kepadatan 9 jiwa/ha terlanda lahar/ memiliki balita, dan banjir dan lansia sebesar 8,74% dan kemungkinan dapat wanita sebesar 52,04% terkena perluasan miskin sebesar 21,31 %, awan panas dan dan penyandang cacat sebesar lahar letusan 0,46% Kawasan potensi pekerja di bidang 75,33% terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar permukiman Laju pertumbuhan Penduduk wanita Penduduk penyandang cacat perluasan awan panas dan lahar letusan, Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar ke daearah yang aman Distribusi kawasan permukiman kedaerah aman Menyediakan rambu-rambu evakuasi bencana Menyediakan dan memberikan informasi untuk jalur evakuasi dan tempat pengungsian Menekan laju pertumbuhan Memberikan pelatihan khusus dalam menanggapi bahaya letusan gunungapi 11 Padakembang Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 17,28% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,23%, dan kepadatan 8 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 10,04% dan wanita sebesar 48,62% miskin sebesar 31,87 %, pekerja di bidang 24,54% 12 Sukaratu Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 17,91% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,37%, dan kepadatan 11 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 12,24% dan wanita sebesar 49,72% miskin sebesar 23,09 %, Penduduk miskin terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar) batu (pijar) dan hujan abu lebat Kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar) batu (pijar) dan hujan abu lebat Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar permukiman Memberikan pelatihan khusus untuk mendapatkan kkeahlian dan membuka lapangan usaha baru Memberikan pelatihan khusus dalam menanggapi bahaya letusan gunungapi Relokasi aktivitas dari kawasan rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar), batu (pijar) dan hujan abu lebat, Kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan, Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar ke daearah yang aman Distribusi kawasan permukiman kedaerah aman Relokasi aktivitas dari kawasan rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan batu (pijar), terhadap lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat, Kawasan potensi terlanda lahar/ banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan lahar letusan, Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar ke daearah yang aman Distribusi kawasan

247 dan penyandang cacat sebesar 0,23% pekerja di bidang 80,19% Rasio angkutan 13 Cisayong Rawan terhadap Kawasan Potensi Letusan sebesar 36,90% laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,60%, dan kepadatan 11 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 15,50% dan wanita sebesar 50,88% miskin sebesar 25,63 %, pekerja di bidang 52,21% Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar permukiman Laju pertumbuhan Penduduk usia lanjut dan balita Rasio angkutan Rawan terhadap Kawasan Potensi Penduduk miskin Laju pertumbuhan tenaga Letusan sebesar 5,03% kesehatan terhadap jumlah 14 Sukahening laju pertumbuhan rata-rata yaitu sebesar 1,45%, dan kepadatan 9 jiwa/ha memiliki balita, dan lansia sebesar 10,44% dan wanita sebesar 49,88% Rasio angkutan miskin sebesar 32,40 %, pekerja di bidang 51,53% Sumber: Hasil Analisis Dan Pengamatan Data, Tahun 2011 permukiman kedaerah aman Perlunya membuat tanggul, kantong lahar, dan cek dam penahan lahar Penyediaan rambu-rambu dan jalur evakuasi dan Relokasi kawasan permukiman dari Kawasan potensi terlanda awan panas aliran lava dan aliran lahar kedaerah aman Distribusi kawasan permukiman kedaerah aman Menekan laju pertumbuhan Memberikan informasi dan pelatihan dalam evakuasi balita dan lansia dan Menekan laju pertumbuhan Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terutama dalam proses evakuasi korban dan

248 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki risiko bencana terhadap letusan gunungapi tinggi adalah Kecamatan Leuwisari, Kecamatan Padakembang, Kecamatan Cisayong, Kecamatan Sariwangi dan Kecamatan Sukaratu, akan tetapi dilihat pula bahwa seluruh deliniasi memiliki indikator berisiko tinggi baik dari faktor bahaya, faktor kerentanan maupun faktor ketahanannya sendiri. Maka diperlukannya upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Selain itu diperlukan pula suatu manajemen bencana dalam menghadapi bahaya letusan gunugapi tersebut. Dimana sebelum terjadinya bencana perlu dilakukan pencegahan seperti membuat tanggul, kantong lahar, dan cek dam penahan lahar dan lain sebagainya, selain itu perlunya kesiapsiagaan baik dari pemerintah maupun seperti mengadakan pelatihan-pelatihan untuk dalam meminilisasi risiko bahaya, penyediaan sarana komunikasi (sirine pada daerah potensi bencana), hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko dan kerugiankerugian yang akan terjadi bila terdapat bahaya letusan gunungapi dimasa yang akan datang, baik kerugian harta benda maupun risiko kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta.

5.1 Peta arahan mitigasi tinggi 249

5.2 Peta arahan mitigasi sedang-rendah 250

5.3 Peta arahan mitigasi rendah 251