KORELASI PUTARAN MESIN TERHADAP TEMPERATUR AIR PENDINGIN PADA MESIN MERK MITSUBISHI TIPE L 300 DIESEL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller


STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN MITSUBISHI GALANT 2500 CC

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

KARAKTERISTIK INJEKSI DAN KINERJA MESIN DIESEL SATU SILINDER KETIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika


PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

Pengaruh Temperatur Pendingin Mesin terhadap Kinerja Mesin Induk di KM TRIAKSA

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER ELEKTRIK TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

Pendahuluan Motor Diesel Tujuan Rudolf Diesel Kesulitan Rudolf Diesel

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

Kata kunci : ECU BRT, Remot Juken, STD, Performa, Efesiensi.

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

PENGARUH PENGGUNAAN TURBOCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL TIPE L 300

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

!"#$%&$'()*& LAMPIRAN

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

PENAMBAHAN ADITIF PRESTONE, REDEX DAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PRESTASI MESIN DIESEL, TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR CAIR SPESIFIK.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

SISTEM PENDINGINAN ENGINE

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

Wardoyo. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

ANALISA PENGARUH SISTEM PENDINGIN TERHADAP MESIN BENSIN XENIA TYPE XI 1300 CC 4 SILINDER 16 VALVE ( K3 DE DOHC )

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN OIL COOLER TERHADAP SUHU OLI DAN PEFORMA MESIN PADA KENDARAAN SEPEDA MOTOR MEGA PRO TAHUN 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

BAB II. LANDASAN TEORI

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PENDINGIN ENGINE PADA PEMBUATAN LIFE ENGINE STAND NISSAN SUNNY GA15. Ono Wiharna, Mohamad Agus

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

Transkripsi:

KORELASI PUTARAN MESIN TERHADAP TEMPERATUR AIR PENDINGIN PADA MESIN MERK MITSUBISHI TIPE L 300 DIESEL Ahmad Dedi Wardani 1, A.Noorsetyo H.D. 2, Nurhadi 3 1,2,3 Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tidar Dedi.wardani123@gmail.com, noorsetyo@untidar.ac.id, nurhadi@untidar.ac.id Abstrak Tujuan Laporan Akhir ini adalah untuk mengetahui hubungan putaran mesin terhadap temperatur air pendingin pada sistem pendingin mesin merk Mitshubishi tipe L 300 diesel. Pengukuran suhu air pendingin dilakukan pada 966,4 rpm dengan kondisi mesin dalam keadaan stasioner. Pengukuran dilakukan dengan waktu pengambilan data yaitu pada waktu 2, 5, 7, 10, 12, dan 15 menit. Pada 966,4 rpm, didapatkan hasilnya secara berturut-turut pada menit ke 2 sebesar 6,4 C, 7,9 C dan 8,4 C. Menit ke 5 sebesar 16 C, 19 C dan 20,8 C. Menit ke 7 sebesar 19,8 C, 24,5 C dan 26,5 C. Menit ke 10 sebesar 26,5 C, 32 C dan 34,5 C. Menit ke 12 sebesar 30,2 C, 36,5 C dan 37,3 C. Menit ke 15 sebesar 34,9 C, 36,7 C dan 36,2 C. Hasil pengujian menyimpulkan semakin tinggi pendingin juga semakin tinggi, pada kondisi thermostat mulai membuka, akan menyebabkan proses pendingin sudah Kata Kunci: mesin diesel, putaran mesin, temperatur air pendingin Abstract The purpose of this Final Report is to determine the relationship of engine rotation to the temperature of cooling water in the Mitsububishi type L 300 diesel engine cooling system. Cooling water temperature measurements were carried out at 723.8 rpm, 880.2 rpm, and 966.4 rpm with engine conditions in a stationary state. Measurements were made with the time of data collection, namely at 2, 5, 7, 10, 12, and 15 minutes. At engine speed 723.8 rpm, 880.2 rpm and 966.4 rpm, The results were obtained in successive minutes at 6.4 C, 7.9 C and 8.4 C. The 5th minute is 16 C, 19 C and 20.8 C. The 7th minute is 19.8 C, 24.5 C, and 26.5 C. The 10th minute is 26.5 C, 32 C, and 34.5 C. The 12th minute is 30.2 C, 36.5 C, and 37.3 C. The 15th minute is 34.9 C. 36.7 C, and 36.2 C. The test results concluded that the higher the engine rotation, the higher the temperature of the cooling water, the thermostat starts to open, will cause the cooling process to take place optimally. Keywords: diesel engine, engine speed, cooling water temperature. PENDAHULUAN Kendaraan merupakan alat transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat. Dalam perkembangan kendaraan terdapat dua jenis yaitu mesin diesel dan mesin bensin. Mesin diesel memiliki efisiensi panas yang lebih baik dibandingkan dengan mesin bensin, karena pada mesin diesel memiliki perbandingan kompresi yang sangat besar. Pembakaran pada mesin diesel terjadi ketika injektor atau nozzle menginjeksikan bahan bakar ke dalam ruang bakar. Bahan bakar yang diinjeksikan ini akan terbakar karena temperatur yang tinggi yang disebabkan oleh tekanan kompresi mesin, agar dapat menunjang performa mesin yang maksimal maka perlu adanya perawatan. Salah satu yang harus diperhatikan adalah masalah pada sistem pendinginan. Hal ini sangat penting, karena pada suhu yang tinggi, logam dan minyak pelumas akan mudah rusak, dan beberapa bagian akan berubah bentuk akibat pemuaian. Sistem pendinginan berfungsi untuk menjaga temperatur kerja mesin, agar 53

dapat bekerja secara efisien. Untuk menjaga temperatur kerja tersebut, maka mesin harus cepat mengalami panas pada saat temperatur mesin masih dingin atau saat mesin mulai hidup dan mesin akan dengan cepat membuang panas apabila temperatur berlebihan. Sistem pendingin bekerja dengan mensirkulasikan cairan pendingin (campuran air dan cairan kimia pencegah korosi), melalui sirip tabung pendingin yang berada disamping kepala silinder. Dalam perkembangan kendaraan bermotor diperlukan sistem pendinginan yang lebih baik dalam mendinginkan mesin supaya tidak terjadi overheating. Seiring dengan kemajuan teknologi pendingin mesin kendaraan terdapat beberapa macam seperti radiator dan oil cooler. Pada Laporan Akhir ini akan membahas tentang korelasi putaran mesin terhadap perubahan temperatur air pendingin pada mesin merk Mitsubishi tipe L 300 diesel dengan interval waktu tertentu. TINJAUAN PUSTAKA Eko (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunan radiator pada sistem pendingin motor diesel stasioner satu silinder terhadap laju kenaikan suhu air pendingin, dengan variasi putaran mesin 1500 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, dan agar lebih mudah dalam pengoprasian mesin diesel. Hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan bahwa laju kenaikan suhu sistem pendingin alami pada putaran 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm secara berurutan didapatkan hasilnya sebesar 0,4916 C/menit, 0,5 C/menit, dan 0,5 C/menit. Sedangkan laju kenaikan suhu sistem pendingin radiator pada putaran 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm secara berurutan didapatkan hasilnya sebesar 0,075 C/menit, 0,1683 C/menit, dan 0,1683 C/menit. Hal ini dikarenakan laju kenaikan suhu air lebih rendah, dan akan berbeda dengan sistem pendingin alami yang mengalami laju kenaikan suhu lebih cepat sehingga titik didih air lebih cepat tercapai, sehingga proses penguapan lebih cepat. Motor diesel merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combution Engine) dengan membakar bahan bakar sebagai sumber tenaganya untuk menggerakkan piston dan memutarkan poros engkol. Proses pembakaran mesin diesel adalah udara dimampatkan dengan tekanan tertentu, sehingga menghasilkan suhu tinggi. Suhu yang tinggi akan mampu membakar bahan bakar yang disemprotkan karena itu mesin diesel disebut juga sebagai mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engine). Sistem pendingin air yaitu suatu sistem pendinginan yang digunakan untuk menyerap panas yang dihasilkan dari panas pembakaran pada ruang bakar, dengan media air yang disirkulasi oleh pompa. Fungsi dari sistem pendinginan air yaitu untuk mengurangi keausan komponenkomponen mesin melalui penyerapan panas agar tidak terjadi overheating (panas berlebih) karena panas dapat mengakibatkan pemuaian serta tingkat gesekan yang lebih besar. Kontruksi sistem pendingin Mitshubishi diesel L300 yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Konstruksi sistem pendingin METODOLOGI Pada penelitian ini akan dicari suhu pembukaan katup thermostat, putaran kipas pendingin, dan hubungan putaran mesin terhadap temperatur air pendingin 54

pada mesin merk Mitshubishi tipe L300 diesel. Adapun tahapan yang dilakukan mengikuti diagram alir pada Gambar 2. Gambar 2 Diagram alir pengujian 1. Persiapan alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan Alat - Thermometer digital - Stopwatch - Thermometer pocket test - Tachometer - Panci - Kompor - Tang - Clampmeter - Kunci pas 6 dan 10 Bahan - Mesin Mitsubishi diesel L300 - Water coolant 2. Bahan uji Bahan uji yang diguankan dapat dilihat pada Gambar 3. 3. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Diploma III Universitas Tidar dengan pengujian sebagai berikut : a. Pada suhu berapa katup thermostat akan mulai membuka hingga membuka penuh, dengan cara merebus thermostat dalam air yang dipanaskan. Menggukur suhu menggunakan thermometer pocket test. b. Mengukur putaran kipas pendingin apakah sama dengan putaran mesin dengan menggunakan tachometer, dengan memvariasi putaran mesin 700 rpm, 800 rpm, dan 900 rpm. c. Mengukur suhu air pendingin menggunakan thermometer dengan memvariasi putaran mesin 700 rpm, 800 rpm, dan 900 rpm menggunakan tachometer dengan pengambilan data dengan interval pengambilan data pada waktu 2, 5, 7, 10, 12, dan 15. Gambar 3. Bahan uji HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian thermostat Hasil pengujian thermostat ditunjukan pada Tabel 2. Dari hasil pengukuran pembukaan katup thermostat, didapatkan pada suhu 50 C, 60 C, dan 70 C katup thermostat belum membuka. Katup thermostat sudah mulai membuka pada suhu 78 C dan 80 C, pada suhu 82 C posisi katup thermostat membuka sebagian, suhu 84 C katup thermostat sudah mulai membuka setengahnya. Pada suhu 86 C katup thermostat membuka lebih dari setengahnya, suhu 88 C katup thermostat membuka menuju penuh dan 55

pada suhu 90 C katup thermostat membuka penuh. Dapat disimpulkan kondisi thermostat baik dilihat dari suhu bukak katup thermostat sesuai dengan spesifikasinanya dan thermostat mulai menutup ketika thermostat diangkat dari panci, sehingga thermostat dapat dipakai. Thermostat dikatakan rusak apabila thermostat mulai membuka dibawah suhu 75 C dan thermostat tidak membuka ketika suhunya sudah mencapai suhu 80 C atau lebih, sehingga pada kondisi ini thermostat harus diganti. Tabel 2. Hasil pengukuran pembukaan katup thermostat 2. Pengujian putaran kipas pendingin Setelah dilakukan pengujian putaran kipas pendingin apakah sama dengan putaran mesin dengan menggunakan tachometer didapatkan hasil pengujian yang ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengukuran putaran kipas pendingin Tabel 3 menunjukkan hasil putaran kipas pendigin pada putaran mesin 703,5 rpm, 807,1 rpm dan 987,9 rpm, didapatkan putaran berturut turut sebesar 344,2 rpm, 428,7 rpm, dan 436,3 rpm. Jadi dapat disimpulkan bahwa putaran kipas pendingin tidak sama dengan putaran dari mesin namun seiring bertambahnya putaran mesin putaran kipas pendingin semakin meningkat. Hal ini dikarenakan pada kipas pendingin terdapat kopling fluida yang berfungsi agar putaran kipas pendingin tidak sama dengan putaran mesin. Saat temperatur udara rendah, kecepatan kipas rendah sehingga mesin menjadi panas dan saat temperatur tinggi, otomatis putaran kipas menjadi cepat. 3. Putaran mesin terhadap perubahan suhu Hasil pengujian putaran mesin terhadap kenaikan suhu air pendingin ditunjukan pada Tabel 4. Putaran mesin 723,8 rpm didapatkan suhu awal 30,5 C dan pada menit ke 2, 5, 7, 10, 12, dan 15 didapatkan hasilnya secara berturut-turut sebesar 36,9 C, 46,5 C, 50,3 C, 57,0 C, 60,7 C, dan 65,4 C. Terlihat pada menit ke 2 hingga menit ke 15 mengalami kenaikan secara linier yaitu semakin tinggi putaran mesin maka suhu air pendingin juga akan naik, pada kondisi thermostat masih tertutup, akan menyebabkan proses pendingin belum berlangsung secara optimal. Putaran mesin 880,2 rpm didapatkan suhu awal 30,5 C dan pada menit ke 2, 5, 7, 10, 12, dan 15 didapatkan hasilnya secara berturut-turut sebesar 38,4 C, 49,5 C, 55,0 C, 62,5 C, 67,0 C, dan 67,2 C. Terlihat pada menit ke 2 hingga menit ke 15 mengalami kenaikan secara linier yaitu semakin tinggi putaran mesin maka suhu air pendingin juga akan naik, pada kondisi thermostat masih tertutup, akan menyebabkan proses pendingin belum Putaran mesin 966,4 rpm didapatkan suhu awal 30,6 C dan pada menit ke 2, 5, 7, 10, 12, dan 15 didapatkan hasilnya 56

secara berturut-turut sebesar 39,0 C, 51,4 C, 57,1 C, 65,1 C, 67,9 C, dan 66,8 C. Terlihat pada menit ke 2 hingga menit ke 12 mengalami kenaikan secara linier, dan pada menit ke 15 mengalami penurunan, pada posisi ini thermostat mulai membuka, pada kondisi thermostat mulai membuka akan menyebabkan proses pendingin sudah berlangsung secara optimal. Tabel 4. Hasil pengujian hubungan putaran mesin terhadap kenaikan suhu air pendingin Gambar 4. Hubungan antara putaran mesin (n) dengan perubahan suhu ( T) air pendingin Dari data diatas akan didapatkan perubahan suhu air pendingin, yang ditunjukkan pada Gambar 4. 966,4 rpm, pada menit ke 2 didapatkan turut sebesar 6,4 C, 7,9 C dan 8,4 C. Terlihat pada menit ke 2 mengalami 966,4 rpm, pada menit ke 5 didapatkan turut sebesar 16 C, 19 C dan 20,8 C. Terlihat pada menit ke 5 mengalami 966,4 rpm, pada menit ke 7 didapatkan turut sebesar 19,8 C, 24,5 C dan 26,5 C. Terlihat pada menit ke 7 mengalami 57

966,4 rpm, pada menit ke 10 didapatkan turut sebesar 26,5 C, 32 C dan 34,5 C. Terlihat pada menit ke 10 mengalami 966,4 rpm, pada menit ke 12 didapatkan turut sebesar 30,2 C, 36,5 C dan 37,3 C. Terlihat pada menit ke 12 mengalami 966,4 rpm, pada menit ke 15 didapatkan turut sebesar 34,9 C, 36,7 C dan 36,2 C. Terlihat pada menit ke 15 mengalami kenaikan hingga puncaknya yaitu pada putaran mesin 880,2 rpm pada perubahan suhu 36,7 C, dan turun pada putaran mesin 966,4 rpm pada suhu 36,2 C, pada posisi ini thermostat mulai membuka, pada kondisi thermostat mulai membuka akan menyebabkan proses pendingin sudah KESIMPULAN Pengukuran korelasi putaran mesin terhadap temperatur air pendingin pada mesin merk Mitshubishi tipe L 300 diesel dapat disimpulkan semakin tinggi putaran mesin maka perubahan suhu air pendingin juga semakin tinggi, pada kondisi thermostat mulai membuka, akan menyebabkan proses pendingin sudah DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. New Step 1 Training Manual, Jakarta : Training Center, Toyota Astra Motor. Arends, BPM dan Berenschot, H. 2000. Motor Bensin. Umur Sukrisno (Penerjemah). Jakarta : PT. Erlangga. Arismunandar, Wiranto. 1994. Motor Bakar Torak (edisi ke 4 cetakan ke 2). Bandung : ITB. Arismunandar, Wiranto dan Tsuda, Koichi. 2008. Motor Diesel Putaran Tinggi (edisi ke 11). Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Teknik Dasar Motor Diesel. Yogyakarta : Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Perbaikan Sistem Pendingin Dan Komponen - Komponenya. Yogyakarta : Depdiknas. Legiman dan Sulaiman, Fahmi. 2014. Perawatan Dan Perbaikan Sistem Pendingin Mesin Mitsubishi Galant 2500 CC. Jurnal Teknovasi, Volume 1, Nomor 1, Halaman 26-34. ISSN : 2355-701X. Murtyas, Solli Dwi, 2017. Perpindahan Panas. Yogyakarta : Graha Cendekia. Mustafa. 2016. Analisis Variasi Media Pendinginan Pada Radiator Terhadap Kinerja Laju Pembuangan Panas Dengan Konveksi Paksa. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik, Volume 1 Nomor 1. ISSN : 2502-7042. 58

Rabiman dan Arifin, Zainal. 2011. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel. Yogyakarta : Graha Ilmu. Surjadi, Eko. 2016. Pengaruh Penggunaan Radiator Pada Sistem Pendingin Motor Diesel Stasioner Satu Silinder Terhadap Laju Kenaikan Suhu Air Pendingin. Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta, Volume 1, Nomor 3. ISSN : 2442-7918. Suyanto, Wardan. 1989. Teori Motor Bensin. Jakarta : Depdikbud. 59