BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki kesempatan yang besar dalam memanfaatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam industri yang sama, dengan meningkatnya tingkat persaingan maka

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. segelintir peneliti yang melakukan analisa terhadap perkembangan otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. segelintir peneliti yang melakukan analisa terhadap perkembangan otomotif yang

BAB I PENDAHULUAN. jaman, sehingga menimbulkan persaingan di dalam usaha bisnis. Fashion

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat mengakibatkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat ditandai dengan adanya berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan mengembangkan keunggulan kompetitif dengan pesaingnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Kotler, 2009 : 6 ).

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan pasar di industri fashion yang semakin ketat secara

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang sangat pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

I. PENDAHULUAN. dan gaya hidup masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang. menginginkan kepraktisan dalam mengonsumsi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin berkembang banyak dipicu oleh semakin banyaknya

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan sebagai tujuan utama (Kotler, 2012). Tidak terkecuali usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dari waktu ke waktu bisnis di bidang makanan mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dijaman yang berkembang pesat ini sudah banyak restaurant cepat fastfood

I. PENDAHULUAN. (Capsicum annum L) atau cabai merah merupakan tanaman musiman yang

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan kepuasan bagi konsumennya. Perusahaan dapat menjadi pemenang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam mobilisasi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

Strategi Pemasaran Makanan Cepat Saji Di Kentucky Fried Chicken Cabang Pancoran, Nama : Ayu Purnama Dewi NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB I PENDAHULUAN. Pengusaha dapat melihat hal ini sebagai prospek dalam berbisnis, sesuai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB 1 PENDAHUALAN. melepas kepenatan rutinitasnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. akibat perkembangan yang pesat dalam dunia bisnis. Sejalan dengan hal tersebut

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, hanya perusahaan yang berorientasi pada konsumen yang berhasil menarik

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian konsumen menjadi hal penting sebagai penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dahulu, usaha di bidang industri kuliner banyak diminati oleh para

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. banyak, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Perusahaan-perusahaan saling

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Minum teh sudah merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia semenjak

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. Selama bertahun-tahun Wings adalah salah satu perusahaan yang telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks dalam kegiatan pemasaran, sebab dengan perilaku

Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era Modern ini, sesuatu yang praktis sangat dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan zaman pada saat ini berkembang sangat pesat. Bisnis. Perubahan pola konsumsi makanan merupakan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

(Diferentiated Marketing)

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia memiliki kesempatan yang besar dalam memanfaatkan integrasi ekonomi untuk membuka pasar yang lebih luas, terlebih lagi dengan adanya Asean Economic Community (AEC). Hal tersebut membuat Indonesia perlu melakukan sejumlah upaya, persiapan dan penanganan untuk mengembangkan berbagai sektor ekonomi dalam rangka menjaga kestabilan peningkatan taraf ekonomi. Semenjak adanya Asean Economic Community (AEC), banyak sekali perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia bisnis modern di Tanah Air. Ada pula perubahan yang terjadi ditandai dengan pola pikir masyarakat yang berkembang, kemajuan teknologi, dan gaya hidup. Kemajuan dan perubahan tersebut secara tidak langsung menuntut kita untuk dapat mengimbanginya dalam kehidupan sehari-hari. Dan hal ini berdampak dengan bermunculannya produk barang dan jasa yang menawarkan berbagai kelebihan dan keunikan dari masing-masing perusahaan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dengan adanya Asean Economic Community (AEC) membuat dunia usaha saat ini semakin maju dan berkembang lebih cepat, terutama pada sektor kuliner dengan prospek bisnis yang unggul. Tidak hanya itu saja, bisnis usaha dalam bidang ini dipandang menjadi salah satu bagian terpenting didalam subsektor Ekonomi Kreatif Indonesia. Sektor kuliner ini dapat memberikan dampak positif, yaitu sumbangsih yang cukup besar bagi 1

2 pendapatan nasional maupun daerah yang tentunya dapat membantu mendukung kesejahteraan perekonomian di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan 15 sub sektor didalam ekonomi kreatif Indonesia, yaitu periklanan, fashion, kuliner, kerajinan, film, musik, seni pertunjukan, radio, televisi, dan lain sebagainya. Dari 15 (lima belas) sub sektor tersebut, ada 3 (tiga) sub sektor ekonomi kreatif yang memberikan sumbangasih terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. ke-3 (tiga) sub sektor ekonomi kreatif tersebut diantaranya adalah bidang kuliner, fashion, dan kerajinan. Berikut adalah Gambar 1.1 mengenai kontribusi 3 (tiga) sub sektor dari 15 sub sektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2016 hingga saat ini: Sumber: http://finance.detik.com Gambar 1.1 Sub Sektor yang Memberikan Kontribusi Dominan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2017 Dari Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa sub sektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2017 hingga saat ini masih di dominasi oleh sektor pada bidang kuliner dengan persentase sebesar 32.50%, selanjutnya disusul oleh sektor pada bidang fashion

3 dengan persentase sebesar 28.30%, dan sektor terakhir berada pada bidang kerajinan dengan persentase sebesar 14.40%. Di Indonesia, daya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan makanan sangat tinggi, terutama makanan siap saji. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pengeluaran masyarakat perkapita perbulan, dimana pengeluaran makanan siap saji lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengeluaran terhadap bahan makanan mentah. Sama halnya di Kota Bandung, pengeluran masyarakat terhadap kebutuhan makanan siap saji lebih tinggi diantara kebutuhan lainnya sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 1.1 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang (rupiah) Tahun 2017 Kelompok Barang : Makanan No Jenis Jumlah No Jenis Jumlah Total 1 Padi-Padian 61.987 8 Buah-Buahan 28.312 2 Umbi-Umbian 4.738 9 Minyak & Lemak 11.370 3 Ikan 26.967 10 Bahan Minuman 16.276 4 Daging 35.951 11 Bumbu-Bumbuan 8.192 5 Telur Dan Susu 38.876 12 Konsumsi Lainnya 12.457 6 Sayur-Sayuran 25.763 13 Makanan & Minuman Jadi 193.434 7 Kacang-Kacangan 17.324 14 Tembakau & Sirih 58.995 Jumlah 211.606 329.036 Total Makanan 540.642 Sumber : BPS.go.id Tabel 1.1 adalah hasil survei rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang di Indonesia. Survei tersebut diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Berdasarkan tabel diatas, pengeluaran masyarakat terhadap makanan dan minuman jadi sebesar 193.434, atau lebih tinggi dibandingkan pengeluaran makanan mentah.

4 Konsumsi makanan dan minuman siap saji yang tinggi membuat banyak perusahaan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini ditunjukan pada tahun 2017, pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 9,23%% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 yang mencapai 8,46%. Disebutkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan sektor yang sangat strategis dan berkontribusi terhadap industri pengolahan non migas sebesar 34,33% (finance.detik.com, diakses 2018). Salah satu penyebab tingginya konsumsi makanan siap saji adalah perubahan gaya hidup, dimana gaya hidup saat ini menuntut individu untuk lebih banyak melakukan aktivitas diluar rumah. Hal ini membuat masyarakat tidak mempunyai banyak waktu untuk memasak makanan sendiri. Perubahan gaya hidup ini umumnya terjadi hampir disekuruh lapisan masyarakat. Waralaba produk makanan merupakan salah satu penyedia kebutuhan makanan siap saji. Daya konsumsi makanan siap saji yang tinggi membuat bisnis waralaba makanan ini berkembang cukup pesat. Menurut WALI (Waralaba dan Lisensi Indonesia) pada tahun 2017, jenis waralaba yang terus berkembang dan menduduki peringkat paling atas yaitu pada sektor makanan dan minuman siap saji (food & beverage), dengan jumlah waralaba asing sebesar 65% dan lokal 35% (industri.bisnis.com). Pemerintah Republik Indonesia sendiri telah membuat undang-undang terkait peraturan usaha waralaba yaitu dengan meresmikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba. Pada umumnya masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan mengkonsumsi nasi beserta lauk pauknya dalam satu kali makan yang diperoleh dengan cara

5 memasak sendiri. Ayam goreng beserta nasi putih menjadi salah satu menu favorit di Indonesia. Namun seiring dengan perubahan zaman, kegiatan masyarakat saat ini semakin padat sehingga membuat mereka tidak sempat lagi untuk memasak sendiri menu tersebut. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih alternatif lain dengan membeli menu ayam goreng siap saji. Selain lebih praktis dan cepat, ayam goreng siap saji juga memiliki ciri khas rasa yang enak sesuai dengan selara kebanyakan orang. Menurut survei yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, konsumsi masyarakat terhadap makanan siap saji berjenis ayam cenderung meningkat dan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 4% di tahun 2013 hingga 2017. Di Indonesia, terdapat beberapa waralaba asing menawarkan produk ayam goreng siap saji, namun dengan harga yang cukup tinggi. Harga tersebut tidak dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Hal ini menyebabkan lahirnya merek-merek waralaba lokal yang juga menawarkan produk sejenis, namun dengan harga yang relatif terjangkau. waralaba ayam goreng lokal juga mudah dijumpai dan memiliki lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal konsumen agar lebih efisien. Saat ini banyak waralaba ayam goreng lokal yang bermunculan. Hal ini melahirkan persaingan yang cukup ketat diantara waralaba dengan produk yang sejenis. Hisana Fried Chiken (HFC) merupakan salah satu perusahaan tertua sekaligus pelopor waralaba ayam goreng lokal pertama di Indonesia yang berdiri pada tahun 2005. Berikut adalah daftar nama produk waralaba ayam goreng lokal yang menjadi pesaing Hisana Fried Chicken :

6 Tabel 1.2 Daftar Produk Waralaba Ayam Goreng Lokal No Nama Produk 1 Sabana 2 D besto 3 Dechick 4 Crispyku 5 Kane 6 Popchick 7 Orchi Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 1.2 dapat kita lihat banyaknya pesaing Hisana yang menawarkan produk sejenis kepada masyarakat Indonesia. Salah satu pesaing terberat Hisana adalah Sabana Fried Chicken. Sabana membuka usahanya sejak tahun 2006, atau satu tahun lebih muda dibandingkan Hisana. Menurut Wakil Direktur Utama PT Selahonje Jaya Abadi (Hisana Fried Chicken) saat ini Hisana memiliki gerai sebanyak 692 unit yang tersebar dibeberapa provinsi di Indonesia. setiap harinya Hisana menyuplai bahan baku daging ayam sekitar 7.000-8.000 ekor ke seluruh gerai. Sedangkan merek pesaingnya, Sabana Fried Chicken justru memiliki jumlah gerai lebih banyak, yaitu 2.245 unit dan mampu menyuplai ayam sebanyak 25.000-34.000 ekor setiap harinya (www.gomuslim.co.id). Pangsa pasar Hisana Fried Chicken pada saat ini pun mampu disaingi oleh Sabana Fried Chicken. Hal tersebut dapat dilihat dari market share Hisana dan Sabana di beberapa kota besar di Indonesia sebagai berikut:

7 Sumber : www.franchiseindonesia.or.id/news Gambar 1.2 Pangsa Pasar Ayam Goreng Siap Saji Lokal Tahun 2017 Pada gambar 1.1 diatas, dari beberapa kota besar di Indonesia, Sabana Fried Chicken mampu menyaingi Hisana hampir disetiap kota. Hal tersebut menunjukan bahwa merek ayam goreng Sabana mampu bersaing sangat ketat dengan Hisana. Sedangkan untuk di Kota Bandung, persentase pangsa pasar Sabana mampu menguasai 26,3% denga jumlah gerai sebanyak 42 unit. Persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Hisana yang hanya mampu mencapai pangsa pasar sebesar 20,7% dengan jumlah gerai sebanyak 30 unit. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar Hisana tergeser oleh Sabana. Melihat fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan peneitian pada Hi/sana Fried Chicken. Selanjutnya untuk menentukan lokasi penelitian, penulis membandingkan 3 gerai Hisana dengan jumlah penjualan terendah yang berada di kota Bandung sebagaimana penulis sajikan sebagai berikut.

Jumlah Penjualan (Ekor) 8 700 600 500 400 300 200 Gerlong 1 Gerlong 2 Sarirasa 100 0 Okt Nov Des Jan Feb mar Apr Mei Juni Bulan Sumber : Manajemen Hisana Fried Chiken Bandung Grafik 1.1 Data Penjualan Tiga Gerai HFC Oktober 2016-Juni 2017 Grafik 1.1 adalah data penjualan 3 cabang Hisana dengan jumlah penjualan terendah diantara 30 cabang lainnya yang berada di Kota Bandung. Diantara ketiga cabang tersebut, Hisana cabang Sarirasa memiliki jumlah penjualan terendah. Selain Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Hisana cabang Sarirasa Bandung, karena cabang tersebut memiliki jumlah penjualan yang lebih rendah dan berfluktuasi jika dibandingkan dengan cabang Hisana Gegerkalong 1 dan Gegerkalong 2 Keputusan pembelian muncul dari serangkaian proses konsumen dalam mengenali kebutuhannya, mencari informasi kemudian evaluasi alternatif. Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Tjiptono (2016:193), mengutarakan keputusan pembelian sebagai tahap keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian suatu produk. Berdasarkan grafik data penjualan yang fluktuatif dan target pendapatan yang sering tidak tercapai, maka

9 penulis melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui masalah tersebut. Peneliti melakukan survei pendahuluan dengan membuat 30 buah kuesioner yang ditujukan kepada konsumen HFC cabang Sarirasa. Survey pendahuluan ini dilakukan selama 1 hari pada tanggal 18 Maret 2018. Tabel 1.3 Survei Pendahuluan Mengenai Penurunan Penjualan No Variabel Pernyataan SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 Ratarata Status Harga ayam goreng Hisana lebih murah dibanding merek 2 2 10 12 4 2.5 Tidak baik 1 Keputusan pesaing Pembelian 2 Kepuasan 3 Loyalitas Hisana selalu menjadi pilihan utama dalam melakukan pembelian Produk yang dibuat sebanding dengan manfaat atau nilai yang diterima Saya merasa puas atas keramahan dan kecepatan Karyawan dalam melayani Merekomendasikan pada pihak lain Saya melakukan pembelian ulang di Hisana 2 2 15 7 4 2.7 Sumber : Pengolahan Data Penulis, 2018 Cukup baik 10 8 7 3 2 3.7 Baik 10 9 6 2 3 3.7 Baik 12 8 6 2 2 3.8 Baik 10 10 6 2 2 3.8 Baik Berdasarkan Tabel 1.3, dapat dilihat dari hasil survei pendahuluan pada variabel keputusan pembelian dengan item pernyataan harga Hisana lebih murah dibanding merek lain, mayoritas responden menyatakan tidak setuju. Menurut responden, harga ayam goreng Hisana kurang dapat bersaing karena memiliki harga yang lebih mahal jika dibanding dengan merek pesaing. Pada item pernyataan mengenai Hisana selalu menjadi pilihan utama dalam melakukan pembelian, mayoritas responden menyatakan tidak setuju atas pernyataan

10 tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen pada Hisana cabang Sarirasa terbilang rendah, oleh karena itu peneliti menetapkan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Penulis melakukan penelitian pendahuluan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada Hisana cabang Sarirasa Bandung yang penulis sajikan sebagai berikut. Tabel 1.5 Hasil Penelitian Pendahuluan Terkait Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian No Variabel Pernyataan 1 Harga 2 Kualitas Produk Harga ayam goreng Hisana lebih murah dibanding pesaing Harga ayam goreng Hisana sesuai dengan kualitas produknya Ayam goreng Hisana memiliki Banyak varian rasadibanding pesaing Kemasan/packaging Hisana menarik SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 Ratarata 1 2 6 14 7 2.2 2 2 5 12 9 2.2 1 4 7 12 6 2.4 1 4 9 11 5 2.5 Status Tidak baik Tidak baik Tidak baik Tidak baik 3 Lokasi Lokasi Hisana mudah dijangkau 11 14 5 0 0 4.2 Baik 4 Promosi 5 Karyawan 6 Proses 7 Sarana Fisik Anda tertarik pada promosi yang ditawarkan Hisana sering melakukan Promosi penjualan (diskon, voucher, diskon) Karyawan ramah dalam melayani konsumen Karyawan selalu sigap dalam melayani kebutuhan konsumen Proses pembelian dan pembayaran mudah Tempat makan luas, bersih & nyaman 11 10 5 4 0 3.9 Baik 10 9 5 6 0 3.7 Baik 14 5 6 5 0 3.9 Baik 12 10 5 3 0 4.0 Baik 6 16 5 1 2 3.8 Baik 6 10 9 5 0 3.6 Baik Sumber : Pengolahan Data Penulis, 2018

11 Dari Tabel 1.5 diatas dapat dilihat hasil pra survei, pada variabel harga dengan item pernyataan mengenai harga Hisana lebih murah dibanding pesaing, mayoritas responden menyatakan tidak setuju. Menurut responden, harga ayam goreng Hisana lebih mahal jika dibanding dengan merek pesaing dengan selisih harga yang cukup besar. Atau dapat dikatakan harga ayam goreng Hisana kurang dapat bersaing. Lalu pada item pernyataan mengenai kesesuaian harga dengan kualitas yang ditawarkan, mayoritas responden menyatakan tidak setuju. Menurut responden harga Hisana tidak sesuai dengan kualitas yang ditawarkan, karena Hisana memiliki harga yang lebih mahal namun kualitas tetap sama dengan produk pesaing yang harganya lebih murah. Kemudian pada variabel kualitas produk dengan item pernyataan Hisana memiliki banyak varian rasa, mayoritas responden menyatakan tidak setuju. Menurut responden, Hisana kurang memiliki banyak varian rasa jika dibanding pesaingnnya yang sudah memiliki berbagai macam varian rasa. Lalu pada item pernyataan mengenai kemasan Hisana menarik, mayoritas responden juga menyatakan tidak setuju. Berdasarkan hasil survei pendahuluan diatas, penulis menyimpulkan bahwa harga dan kualitas produk ayam goreng Hisana belum maksimal dan menyebabkan rendahnya keputusan pembelian konsumen pada Hisana cabang Sarirasa. Oleh karena itu penulis menetapkan variabel harga dan kualitas produk sebagai variabel independen. Faktor pertama yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu harga. Harga merupakan hal yang paling diperhatikan oleh konsumen dan sering kali dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian. Hal ini sesuai dengan

12 pendapat Tjiptono (2015 : 204), harga merupakan salah satu faktor penentu bagi pembeli dalam menentukan keputusan pembelian terhadap suatu produk. Konsumen akan membandingkan harga yang ditawarkan perusahaan dengan harga milik pesaing. Harga yang ditawarkan Hisana dianggap kurang dapat bersaing, hal ini dikarenakan Hisana menawarkan harga yang lebih mahal dibanding kompetitornya. Harga yang lebih mahal ini dapat membuat konsumen memilih produk yang lebih murah sehingga berdampak pada penurunan tingkat penjualan Hisana. Sedangkan mengenai kesesuaian harga dengan kualitas yang ditawarkan responden menyatakan tidak setuju, pasalnya harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen. Seseorang akan memilih harga yang lebih tinggi diantara dua buah barang dikarenakan mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila suatu produk memiliki harga yang lebih tinggi dibanding produk lain, maka konsumen akan mengharapkan kualitas dari produk tersebut lebih baik. Responden menilai tidak setuju mengenai kesesuaian harga Hisana dengan kualitas, karena mereka beranggapan bahwa kualitas yang ditawarkan Hisana tidak melebihi pesaingnya. Artinya Hisana menawarkan produk dengan kualitas yang sama namun dengan harga yang lebih tinggi disbanding para kompetitornya. Faktor yang kedua yaitu kualitas produk. Kualitas produk juga merupakan hal yang sering dijadikan bahan pertimbangan oleh konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:224) menyatakan bahwa yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian produk yakni keragaman produk. Kebiasaan penggunaan produk, niat pembelian produk dan pengaruh dari

13 orang lain dalam membeli produk. Pengertian keragaman produk menurut James F. Engels yang dikutip oleh Farli Liwe (2013) adalah kelengkapan produk yang menyangkut kedalaman, kualitas produk yang ditawarkan dan juga ketersediaan produk tersebut setiap saat di toko. Konsumen akan membandingkan varian rasa dari produk perusahaan dengan produk pesaingnya. Responden menyatakan tidak setuju mengenai banyaknya varian rasa dari ayam goreng Hisana, artinya produk Hisana kurang bervariasi dari segi rasa. Produk ayam goreng Hisana hanya memiliki dua varian rasa saja yaitu original dan pedas, sementara produk pesaingnya sudah memiliki lebih dari dua varian rasa. Sedangkan pada item pernyataan mengenai Kemasan/packaging dari Hisana, responden mengatakan bahwa kemasan produk Hisana kurang menarik. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk dari Hisana kurang baik dikarenakan belum dapat memenuhi keinginan konsumen. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis mengajukan sebuah penelitian, dengan judul : Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Hisana Fried Chicken (Survey pada konsumen Waralaba Hisana Cabang Sarirasa Bandung) 1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Identifikasi masalah merupakan proses pengkajian dari permasalahanpermasalahan yang akan diteliti, sedangkan rumusan masalah menggambarkan permasalahan yang tercakup dalam penelitian terhadap variabel harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian.

14 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik identifikasi masalah yang menimbulkan permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut : 1. Banyaknya pesaing Hisana yang menimbulkan persaingan penjualan ayam goreng siap saji di Indonesia. 2. Pangsa pasar Hisana di Bandung tergeser dan menempati urutan kedua dibawah Sabana Fried Chicken. 3. Penjualan produk Hisana yang fluktuatif, terjadinya penurunan penjualan yang cukup signifikan di salah satu gerai Hisana cabang Sarirasa. 4. Frekuensi transaksi dan jumlah pendapatan Hisana cabang Sarirasa Bandung mengalami fluktuasi dan tidak mencapai target yang ditetapkan. 5. Hasil survei pendahuluan mengenai harga yang ditetapkan Hisana lebih tinggi dibandingkan pesaing. 6. Hasil survei pendahuluan mengenai kualitas produk Hisana belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 7. Hasil survei pendahuluan mengenai keputusan pembelian yang rendah di Hisana. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan konsumen tentang harga ayam goreng Hisana cabang Sarirasa Bandung.

15 2. Bagaimana tanggapan konsumen tentang kualitas produk ayam goreng Hisana cabang Sarirasa Bandung. 3. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada Hisana cabang Sarirasa Bandung. 4. Seberapa besar pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian baik secara simultan maupun parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Harga pada ayam goreng Hisana cabang Sarirasa Bandung. 2. Kualitas produk pada Hisana cabang Sarirasa Bandung. 3. Keputusan pembelian konsumen pada Hisana cabang Sarirasa Bandung. 4. Besarnya pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Hisana cabang Sarirasa Bandung baik secara simultan maupun parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kegunaan dan manfaat. Kegunaan penelitian ini terbagi dua, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu : 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak diantaranya adalah :

16 1. Bagi Penulis a. Menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman yang belum diperoleh peneliti dalam perkuliahan biasa dengan membandingkan teori dengan praktik di lapangan. b. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang cara menyusun suatu penelitian. c. Menambah wawasan baru bagi peneliti mengenai sudut pandang industri makanan siap saji yang telah ditunjukan oleh teori dan konsep sebelumnya. 2. Bagi pengembangan ilmu Manajemen Penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi untuk manajemen pemasaran melalui pendekatan yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut pengaruh harga, dan kualitas produk terhadap Keputusan Pembelian konsumen. 3. Bagi peneliti lain a. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang khususnya ingin meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen selain harga, dan kualitas produk. b. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah di dapat saat perkuliahan dengan realitas yang ada. 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara praktis baik bagi pihak PT Selahonje Jaya Abadi (Hisana), pihak terkait lainnya maupun bagi penulis sendiri, berikut merupakan penjelasannya.

17 1. Bagi penulis a. Jika suatu saat penulis menjadi manajer perusahaan maka akan menjadi lebih tahu mengenai strategi penjualan, bagaimana cara mengatasi penjualan jika mengalami penurunan atau fluktuasi. b. Bagaimana cara mempertahankan dan meningkatkan penjualan perusahaan yang berkaitan dengan harga, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian c. Peneliti memperoleh pengalaman praktis tentang penelitian, ditambah pengembangan wawasan kemampuan akademik dalam bidang manajemen pemasaran. 2. Bagi perusahaan. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pihak PT Selahonje Jaya Abadi dalam mengembangkan strategi menghadapi persaingan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan strategi di masa yang akan datang. 3. Bagi pihak lain a. Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi serta bahan masukan atau tambahan pengetahuan yang bermanfaat untuk para pembaca yang akan mengadakan penelitian pada bidang yang sama. b. Dengan penelitian ini diharapkan bisa membuka paradigma baru bagi pembaca mengenai harga, dan kualitas produk terhadap Keputusan pembelian.