BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi kasus hoax yang pernah ditangani oleh Polda Jatim

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

SURAT EDARAN. Nomor: SE/06/X/2015. tentang PENANGANAN UJARAN HATE KEBENCIAN SPEECH ( ) Rujukan:

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3


Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

Keamanan Sistem Informasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR:SE/06/X/2015 TENTANG PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DI MEDIA SOSIAL

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

CYBER LAW & CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN BERITA PALSU (HOAX) MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Susianto 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB III KEPUTUSAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR: 2191/ PID.B/ 2014/ PN.SBY TENTANG HUKUMAN ELEKTRONIK DAN PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

P U T U S A N. No. 23 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I. Daftar Pertanyaan kepada Unit IV Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

karya manusia dalam kemajuan Ilmu Pegetahuan dan Teknologi adalah Internet. yang lain. Berdasarakan komponen yang ada dalam internet maka terciptalah

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

Transkripsi:

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi kasus hoax yang pernah ditangani oleh Polda Jatim a. Kasus hoax dari tahun 2016 yang ditangani oleh Polda Jatim Penulis akan menjelaskan mengenai kasus hoax yang ditangani oleh Polda Jatim pada tahun 2016. Data yang diperoleh penulis dari Polda Jatim pada tahun 2016, terdapat 2 (dua) kasus penyebaran berita bohong.. Kedua kasus ini masih dalam proses penyidikan (belum p21) di Polda Jatim. Penulis akan sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Data kasus hoax di Polda Jatim tahun 2016 No Tahun Kasus Pelaku 1 2016 Hoax di media sosial facebook IF 2 2016 Hoax melalui media telepon RFF Sumber: data diolah dari hasil wawancara dengan Penyidik Unit Cyber Crime Iptu Fajar Bangkit Sutomo S.Kom Hoax dapat disebarkan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dimana pelaku biasanya menyebarkan melalui berbagai media sosial (facebook, instagram, BBM dll). b. Data pelaku pelaku penyebar hoax Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari 2(dua) kasus yang terjadi di Polda Jatim. Kasus ke-i yaitu Irawan Fadli dan kasus ke-ii Raden Djaelani. Kedua kasus tersebut masih dalam proses penyidikan belum (p-21) 36

yang terjadi pada tahun 2016. Selanjutnya akan penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 2: Data Pelaku Penyebaran Berita Bohong di Polda Jatim tahun 2016 : No Nama Pelaku Jenis Umur Pekerjaan Tempat Penyebaran Berita Kelamin Tinggal Bohong 1. Irawan Fadli L 30 Wiraswasta Jalan. Blauran 3 No. 17, Surabaya 2 Raden Djaelani L 40 Wiraswasta Jalan. Dukuh Menanggal No. 30, Surabaya Sumber : data diolah dari berkas dan hasil wawancara dengan Penyidik Unit Cyber Crime Iptu Fajar Bangkit Sutomo S.Kom yang menangani kasus penyebaran berita bohong di Polda Jatim Data di atas menunjukkan bahwa pelaku penyebaran berita bohong di wilayah surabaya pada tahun 2016 dilakukan oleh seorang laki-laki, pekerjaannya adalah wiraswasta, dan para pelaku penyebaran berita bohong tersebut semuanya tinggal di Surabaya. 37

Setelah penulis menguraikan mengenai data pelaku penyebaran berita hoax. Penulis akan menjelaskan tentang posisi kasus yang ditangani oleh Polda Jatim : - Posisi Kasus Kasus I : Awal mula kasus pada tanggal 9 September 2016. Kasus bermula ketika salah satu pengguna media sosial facebook bernama Irawan Fadli menuliskan status yang bermuatan berita bohong. Status tersebut berbunyi sebagai berikut : Pengangkatan kepala BIN (Badan Inteljen Negara) karena pesanan seseorang Selain status tersebut, Irawan Fadli juga menuliskan status sebagai berikut : Hai rakyat pribumi keturunan Indonesia, apakah kalian rela Indonesia bernasib seperti Singapura dalam bidang ekonomi dan perdagangan. China sudah menguasai Indonesia. Selamatkan negara NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) agar tidak bernasib seperti Singapura yang presidennya dari China Karena Irawan Fadli menuliskan status seperti yang dijelaskan diatas. Maka masyarakat menjadi terganggu dengan status yang ditulis oleh Irawan Fadli. Kemudian ada salah satu warga yaitu Muhammad Yadi yang melaporkan status yang diunggah oleh Irawan Fadli tersebut ke Polda Jatim. 38

Dari kasus ini dapat dilihat bahwa penggunaan media sosial yang digunakan adalah media sosial facebook, bisa menjadi tempat atau media untuk menyebarkan hoax. Dalam kasus diatas bisa berbahaya akibatnya apabila ada pihak yang percaya dengan apa yang dituliskan oleh Irawan Fadli tersebut dan ikut menyebarkannya. Penyebaran dimedia sosial sangatlah mudah, hanya dengan copy paste status tersebut dan mengunggahnya diakun pribadinya dapat membuat lebih banyak orang yang terkecoh dengan status tersebut. Kasus II : Pada tanggal 14 November 2016 Gereja Paroki Gembala Baik menerima telepon yang berupa berita berita bohong dari orang yang tidak dikenal. Dalam percakapan telepon tersebut, Raden Djaelani mengatakan bahwa ada bom yang akan segera meledak di Gereja Paroki Gembala Baik. Sambil mengucap Di gereja ini ada bom, dan akan segera meledak. Allahuakbar-Allahuakbar Lalu pelaku menutup teleponnya. Dalam kasus ini. Pelaku Raden Djaelani menggunakan media telepon. Jadi media telepon juga bisa menjadi media penyebaran berita bohong. Dari kedua kasus diatas, pada kasus pertama melanggar pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan pada kasus kedua melanggar pasal 28 ayat 2 dan atau pasal 29 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni sebagai berikut : 39

Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi : (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Pasal 29 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. Keduanya telah menyebarkan berita bohong yang menyesatkan.dan menimbulkan kerugian pada masyarakat. Pada kasus kedua yang merupakan hoax teror bom. Membuat masyarakat resah hingga mendatangkan tim gegana untuk menyisir area Gereja Paroki Gembala Baik. B. Katagori hoax dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hoax di Indonesia, yang pertama hoax diatur dalam pasal 390 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana,, dan pasal 28 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selanjutnya akan penulis uraikan lebih rinci: a. Pasal 390 KUHP Pasal 390 KUHP berbunyi : Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak menurunkan atau menaikkan harga barang 40

dagangan, fonds atau surat berharga uang dengan menyiarkan kabar bohong, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan. Unsur dari pasal 390 KUHP adalah sebagai berikut : - Barang siapa Barang siapa merujuk pada subyek hukum sebagai pelaku daripada suatu tindak pidana, yaitu setiap orang yang dipandang mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya menurut hukum. Berdasarkan sikap tingkah laku dan ucapan terdakwa selama persidangan berlangsung, tampak bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani maupun rohani, dan oleh karenanya tidak terdapat adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapus sifat melawan hukum serta kesalahan terdakwa, sehingga berdasarkan Pasal 193 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), maka ia terdakwa harus dijatuhi pidana yang setimpal untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan kesalahannya tersebut. - Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain Didalamnya terkandun unsur kesengajaan. Dengan maksud dibuktikan tentang maksud pelaku memang demikian adanya, artinya pelaku sengaja untuk melakukan hal tersebut untuk menguntungkan dirinya atau orang lain. Pelaku sada bahwa perbuatannya adalah perbuatan melawan hukum. - Menurunkan atau menaikkan haga barang dagangan, fonds atau surat berharga 41

Menaikkan atau menurunkan harga barang-barang tersebut dengan menyiarkan kabar bohong itu dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. 45 - Menyiarkan kabar bohong Kabar yang disiarkan tersebut adalah kabar bohong. Yang dipandang kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. 46 Pasal 390 KUHP menjelaskan mengenai berita/kabar bohong hanya sebatas dalam hal perdagangan saja. b. Pasal 28 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi : (1) Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. Unsur dari pasal 28 ayat 1 ayat 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. - Setiap orang 45 R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor; Polotia. Hal 269. 46 Ibid. 42

Setiap orang merujuk pada subyek hukum sebagai pelaku dari pada suatu tindak pidana. - Dengan sengaja dan tanpa hak Harus ditelaah terlebih dahulu apakah memang terkandung niat jahat dalam perbuatan itu. Dan juga apakah perbuatan itu memang dilakukan tanpa hak. - Menyebarkan berita Bohong dan menyesatkan Kabar yang disiarkan tersebut adalah kabar bohong. Yang dipandang kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. 47 Menyebarkan berita bohong yang diatur adalah perbuatannya sedangkan kata menyesatkan yang diatur adalah akibatnya - Kerugian konsumen dalam transaksi elektronik Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Unsur yang terakhir ini mensyaratkan berita bohong dan menyesatkan tersebut harus mengakibatkan suatu kerugian konsumen. Artinya, tidak dapat dilakukan pemidanaan, apabila tidak terjadi kerugian konsumen di dalam transaksi elektronik. Pasal 28 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik ini mengatur mengenai hoax secara luas. Dan untuk membuktikan telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 47 Ibid. 43

28 ayat (1) UU ITE maka semua unsur dari pasal tersebut haruslah terpenuhi. Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi : (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 menjelaskan mengenai ujaran kebencian (hate speech). Dalam Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/06/X/2015 dijelaskan bahwa ujaran kebencian (hate speech) dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan pidana lainnya diluar KUHP, yang berbentuk antara lain : 1. penghinaan 2. pencemaran nama baik 3. penistaan 4. perbuatan tidak menyenangkan 5. memprovokasi 6. menghasut 7. penyebaran berita bohong Dan semua tindakan diatas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial. 48 48 Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech). 44

Kasus hoax yang menimbulkan kerugian fatal terjadi di Jawa Barat. Penulis membaca berita ini di portal media Line Today setelah wawancara dengan Bapak Fajar dari Unit Cyber Crime Polda Jatim. Awal mula berita hoax tersebut adalah Selebaran berlogo Polda Jabar soal waspada penculikan anak. Selebaran berlogo Polda Jabar itu berupa teks yang isinya : PERHATIAN!!! Waspada ada penculik anak-anak yang berumur 1-12 tahun. Bapak-bapak Ibu-ibu harus menjaga anak kira dengan hati-hati. Penculik sedang ada dalam kampung-kampung dan dia menyamar sebagai : Penjual, Om Telolet, Orang Gila, Ibu Hamil, Pengemis, dll, Tolong disebarkan. Terimakasih. Kabar hoax penculikan berembus di wilayah Pantura Brebes, Tegal, pemalang, hingga Batang. Penyebarannya melalui media sosial facebook. Yang dituduh adalah orang-orang gila dikampung. Karena berita hoax tersebut seorang pria yang berpakaian lusuh menjadi korban berita hoax ini. Ketika Toyo (gelandangan) tersebut sedang berjalan diarea persawahan di Dukuh Jantilan di Brebes. Lalu ada beberapa warga yang meneriaki dia penculik. Lalu warga mengejar dan menangkap pria tersebut. Tak hanya itu, sejumlah warga yang sudah terpancing emosinya memukulinya secara brutal. Warga juga mengarak pria tersebut keliling kampung. Kakinya diikat dan digantung disepotong bambu dan kepala berada dibawah, lalu digotong seperti binatang hasil buruan. 45

Karena perbuatan warga yang mengamuk tersebut, korban dalam keadaan babak belur. Dan berdasarkan pemeriksaan dokter di RSUD Brebes, korban mengalami luka-luka di bagian kepala dengan diagnosis mengalami gegar otak ringan, lalu ada luka dibagian badan dan kaki akibat kekerasan benda tumpul. 49 Dalam kasus diatas, warga percaya dengan hoax yang disebarkan dalam media sosial facebook. Dan langsung tersulut emosinya tanpa melihat kebenaran dari selebaran tersebut. Hanya karena selebaran tersebut berlogo Polda Jabar maka masyarakat langsung percaya dan langsung menganiaya warga yang diduga merupakan penculik anak tersebut. Selain Bapak Toyo, yang menjadi korban. Ada juga seorang ibu di Batang, Jawa Tengah menjadi korban dari berita hoax penculikan anak ini. Ibu tersebut mengalami gangguan kejiwaan dan dikeroyok oleh warga, dipukuli, ditendang dan ditelanjangi. Berita hoax sangatlah berbahaya. Dalam berita hoax senyatanya pasti membuat suatu pihak merasa dirugikan. Tetapi kembali lagi kepada diri masing-masing untuk dalam menyaring informasi-informasi yang diterima, bukan langsung disebarkan tanpa jelas berita itu benar adanya dan tidak jelas sumbernya. Sedikitnya berita hoax yang diproses hukum menurut penulis disebabkan oleh masyarakat yang menganggap kerugian yang diderita oleh 49 Line Today, Pengakuan Gelandangan yang Nyaris Tewas Gara-Gara Hoax. Diakses 8 Maret 2017. 46

masyarakat lain tidak begitu penting. Pada awalnya penulis juga menganggap hoax tidak terlalu berbahaya, tidak akan memakan korban, hanya mungkin sebagian masyarakat terhasut dan percaya. Tetapi pada kenyataannya hoax sangatlah berbahaya, satu berita hoax bisa menimbulkan banyak kerugian. Dan polisi harus lebih aktif lagi dalam menangangi beredarnya berta hoax. C. Upaya kepolisian dalam menanggulangi tersebarnya berita hoax a. Upaya kepolisian dalam dan menanggulangi tersebarnya berita hoax Aparat penegak hukum Polda Jatim merupakan bagian dari aparat penegak hukum yang mempunyai peran dalam mengurangi lahirnya pelaku pembuat berita bohong (hoax). Upaya-upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Polda Jatim tidak terlepas dari teori yang sudah penulis paparkan dalam Bab II. Upaya-upaya tersebut ialah upaya preventif, yaitu upaya untuk mencegah (menangkal, menanggulangi) sebelum kejahatan tersebut terjadi. Dan yang kedua adalah upaya represif yaitu upaya yang dilakukan setelah kejahatan terjadi. Pertama-tama penulis akan menguraikan upaya kepolisan dalam bentuk preventif, lalu penulis akan menjelaskan juga upaya kepolisian dalam bentuk represif. 1. Upaya preventif 47

Dalam wawancara penulis dengan penyidik Unit Cyber Crime Polda Jatim, untuk upaya preventif. Polda Jatim rutin melakukan seminar dan pelatihan yang berkaitan dengan cyber crime. Hoax termasuk dalam cyber crime, dan dengan sasaran kegiatan ditujukan kepada mahasiswa, pekerja dan instansi pemerintah. Polda Jatim telah 6 (enam) kali mengadakan seminar tentang tindakan preventif tindak pidana cyber crime. Dalam seminar ini Polda Jatim menjelaskan mengenai cyber crime secara keseluruhan, beserta tindak pidana apa saja yang termasuk dalam cyber crime. Serta menekankan bahaya cyber crime kepada masyarakat. Tujuan diadakannya seminar ini adalah agar masyarakat bisa lebih mengerti cyber crime, agar masyarakat tidak menganggap cyber crime merupakan hal biasa, untuk menambah wawasan masyarakat luas terhadap kejahatan dan modus operandinya yang semakin modern, dan agar masyarakat lebih teliti dalam menyaring informasi apapun yang diterima agar tidak mudah percaya terhadap apapun yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Seminar dan pelatihan ini dilaksanakan oleh Polda Jatim pada tahun 2015, dan tahun 2016.. 50 2. Upaya Represif 50 Wawancara dengan Iptu Fajar Bangkit Sutomo S.Kom, Penyidik Unit Cyber Crime Polda Jatim. 6 Maret 2017. 48

Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian integral dari usaha perlindungan masyarakat. Dalam sub bab ini, penulis akan menguraian mengenai upaya represif yang dilakukan oleh kepolisan untuk menanggulangi hoax. Tabel 3 : Bentuk Upaya Represif oleh Polda Jatim dalam menangani hoax Kasus Kasus I Pelaku Irawan Fadli, menulis status di facebook yang bermuatan berita bohong. Pengangkatan kepala BIN (Badan Inteljen Negara) karena pesanan seseorang dan Hai rakyat pribumi keturunan Indonesia, apakah kalian rela Indonesia bernasib seperti Singapura dalam bidang ekonomi dan perdagangan. China sudah menguasai Indonesia. Upaya Represif Pelaku dikenakan pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Yang berbunyi Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Selamatkan negara NKRI agar tidak 49

bernasib seperti Singapura yang presidennya dari China Kasus II Pelaku Raden Djaelani, menelepon Gereja Paroki Gembala Baik, dalam percakapan teleponnya pelau mengatakan bahwa ada bom yang akan segera meledak di Gereja Paroki Gembala Baik. Pelaku dikenakan pasal 28 ayat 2 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektroni, yang berbunyi : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). dan atau pasal 29 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang 50

ditujukan secara pribadi Sumber : data diolah dari berkas dan hasil wawancara dengan Penyidik Unit Cyber Crime Iptu Fajar Bangkit Sutomo S.Kom yang menangani kasus penyebaran berita bohong di Polda Jatim Dari tabel tersebut tersebut dapat terlihat berbagai upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Polda Jatim dalam menangani kasus-kasus hoax. Berikut penulis akan menguraikan lebih jelas dan terperinci : Pada kedua kasus diatas, polisi melakukan upaya penegakan hukum represif atau upaya yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana, yang dilakukan oleh kepolisian adalah melakukan penangkapan atau penahanan kepada para pelaku yang kemudian dilanjutkan dengan proses penyidikan. Selanjutnya penyelesaian dapat dilakukan melalui hukum yang mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik seperti yang penulis jelaskan diatas. 51 b. Kendala Kepolisian dalam menangani hoax Dalam menanggulangi kejahatan, tentunya akan ada kendala dalam prosesnya. Berikut akan penulis uraikan mengenai kendala-kendala dari kepolisian dalam menanggulangi hoax, kendala-kendalanya yang dihadapi kepolisian adalah sebagai berikut : 51 Ibid. 51

1. Tidak adanya kerja sama dengan media sosial (facebook, instagram, twitter dsb) Hingga saat ini, belum ada kerjasama antara media sosial dengan pihak kepolisan untuk data pengguna sehingga sulit bagi pihak kepolisian untuk melakukan pelacakan terhadap akun-akun yang ada di internet. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pengguna media sosial melengkapi data profilnya. Banyak data yang terkadang di sembunyikan hanya untuk diri sendiri yang bisa melihat. Karena jika profil kita dapat dilihat oleh semua orang. Maka pihak kepolisian sendiri melakukan penyelidikan untuk memperoleh data pengguna, dan sulit untuk mendapatkan data-data pengguna tersebut. 2. Anonymous Identity Banyak pelaku-pelaku kejahahatan cyber menggunakan akun tanpa nama yaitu anonymous identity. Karena tidak diketahui nama dari pemilik akun tersebut. Biasanya akun-akun palsu seperti ini memang sengaja dibuat untuk berbuat kejahatan. Maka akun-akun tersebut tidak memiliki data pengguna sama sekali yang dapat menjadi acuan polisi untuk melakukan penyelidikan. Jika anonymous identity polisi lebih kesulitan dalam melacak pemilik akun-akun tersebut 52. Kendala-kendala yang telah dijelaskan diatas merupakan kendala kepolisian saat menyelesaikan kasus-kasus. Terutama kasus cyber crime. 52 Ibid. 52

Karena dalam media internet cakupannya sangatlah luas. Banyak akun palsu yang ada dan dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Seperti pengancaman. Banyak diinstagram orang membuat akun palsu untuk menyerang pengguna lain. 53