1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Pelajaran matematika juga merupakan salah satu syarat kelulusan ujian nasional khususnya bagi siswa SMP. Dalam Matematika ada tiga aspek yang dinilai yaitu kemampuan pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum 2004 ( dalam Shadiq, 2009 : 6 ) adalah untuk: (1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi, (2) Mengembengkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Dalam pembelajaran di kelas, pembelajaran yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Hal ini 1
2 menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata. Masalah yang kadang dialami siswa antara lain disebabkan oleh strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh para guru sehingga kadang siswa memandang matematika itu membosankan dan sukar untuk dipelajari. Konsep-konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan umumnya mempunyai kesulitan dalam berfikir abstrak. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dengan guru matematika kelas VIIG dan VIIH SMP Negeri 1 Bobotsari diketahui bahwa: 1. Kondisi guru terdiri dari: (a) guru masih selalu membimbing dan menuntun siswa serta membiasakan untuk menjawab pertanyaan bersamasama, (b) guru cenderung aktif dalam proses belajar mengajar. 2. Kondisi siswa terdiri dari: (a) siswa cenderung pasif saat diberikan permasalahan dan hanya berperan sebagai pendengar, (b) siswa masih beranggapan bahwa matematika itu sulit, (c) siswa cenderung tidak berani menyampaikan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan, (d) siswa lebih mengandalkan temannya yang pintar untuk dijadikan tempat mencontek pekerjaan rumah, (e) siswa lebih suka mengobrol dengan teman sebangku dan bermain sendiri dari pada memperhatikan penjelasan guru. Tabel 1.1 Data rata-rata nilai ulangan harian semester ganjil kelas VIIG dan VIIH SMP Negeri 1 Bobotsari, sebagai berikut :
3 Kelas Rata-rata Presentase Ketuntasan Belajar VII G 59,65 31 % VII H 70,86 52 % Dilihat dari data di atas rata-rata nilai ulangan harian semester ganjil kelas VIIG itu yang masih rendah yaitu 59,65 dengan jumlah siswa 29 anak hanya ada 9 siswa yang nilainya diatas KKM sehingga ketuntasan belajarnya masih rendah yaitu 31% dari siswa yang nilainya di atas KKM yaitu 75. Hal tersebut diduga karena rendahnya kemampuan penalaran siswa. Untuk memperkuat data tentang rendahnya kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIIG, peneliti juga melakukan tes kemampuan awal dengan materi himpunan. Hasil tes kemampuan awal yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bobotsari terhadap 29 siswa menunjukan bahwa nilai rata-rata tes kemampuan awal tentang kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIIG masih rendah yaitu 52,76. Prestasi belajar yang diraih dari 29 siswa hanya 13 siswa yang nilainnya di atas KKM sehingga ketuntasan belajarnya 45%. Sedangkan target ketuntasan belajarnya adalah 85% dari siswa yang nilainya di atas KKM yaitu 75. Kemampuan penalaran matematika terdiri dari 5 indikator dan skor rata-rata tiap indikator tes kemampuan awal tentang kemampuan penalaran matematika yaitu (1) mengajukan dugaan skor rata-rata 2,21, (2) melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti skor rata-rata 2,93, (3) memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi skor ratarata 2,31, (4) menarik kesimpulan dari pernyataan skor rata-rata 2,62, (5)
4 memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi skor rata-rata 2,90. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIIG masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan maka akar masalah yang muncul pada proses belajar mengajar yaitu kurangnya kemampuan penalaran siswa yang dilihat dari tes kemampuan awal tentang kemampuan penalaran matematika. Selain itu juga model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga siswa sulit untuk mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa perlu diupayakan strategi dan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction). Problem Based Instruction (PBI) adalah pembelajaran dengan mengajukan masalah-masalah nyata yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Menurut Asikin (2004) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kritis dan terampil memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep-konsep dasar. Menurut Dewey (dalam Trianto 2009 : 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan
5 respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukkan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Dengan melihat dari masalah-masalah yang dihadapi di atas, maka penulis bersama guru matematika akan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi yaitu dengan meneliti kemampuan penalaran matematika siswa melalui Problem Based Instruction (PBI) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa SMP. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Bobotsari? C. Tujuan Penelitian Dengan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIIG SMP Negeri 1 Bobotsari melalui Problem Based Instruction (PBI).
6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru a. Dapat menambah pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran. b. Dapat memberikan alternatif lain dalam mengajar. 2. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika. b. Memperoleh pembelajaran matematika yang lebih menarik dan menyenangkan. 3. Bagi sekolah Hasil penelitin ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan untuk memperlancar proses belajar mengajar di kelas. 4. Bagi Peneliti Peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman khususnya dalam penggunaan model-model yang baru yang berguna dimasa yang akan datang.