EVALUASI PENGGUNAAN NOMOR INDUK BAHAN PERPUSTAKAAN DI BIDANG AKUISISI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI. Oleh : Eni Kustanti,S.Pi (Staff Bidang Akuisisi)



dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Nasional RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGADAAN BAHAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG

Aplikasi Teori Bilangan pada Angka Standar Buku Internasional

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. 3.1 Pelaksanaan Kuliah Kerja Pusdokinfo di Perpustakaan Komisi

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun, Indonesia telah mengalami banyak perkembangan,

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN BAHAN PUSTAKA

PERATUTAN ORGANISASI MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : Kep- /MUI/ /2015. T e n t a n g PEDOMAN PENATAAN PERPUSTAKAAN MAJELIS ULAMA INDONESIA

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PERPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu adanya pengolahan bahan pustaka yang tepat. kebudayaan, informasi, dan pembagunaan nasional dan sebagai suatu media

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH. 2.1 Sejarah Berdirinya Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PROSEDUR SISTEM MUTU Tanggal Revisi : IDENTIFIKASI, PENGENDALIAN DOKUMEN DAN CATATAN MUTU

2. Nama. 1. Nama DI LINGKUNGAN DEWAN KELAUTAN INDONESIA. : Gedung Mina Bahari II, Lt. 7, Kementerian Kelautan dan. : Dra. Hj. Sri Sularsih, M.

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos.

BAB II KAJIAN TEORITIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KOLEKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Pengembangan Koleksi

PERPUSTAKAAN LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

BAB IV PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Arsip Nasional Republik Indonesia

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENGOLAHAN ARSIP AUDIO-VISUAL

PERLUNYA SOSIALISASI KEARSIPAN (BERBASIS TEKNOLOGI) KE DESA-DESA DEMI TERWUJUDNYA PENGELOLAAN KEARSIPAN YANG BAIK

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB III PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

16 Apakah pihak yang berwenang pada situs web jelas? 17 Apakah penyedia sumberdaya situs web berkompeten?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN

Arsip Nasional Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan suatu keputusan dalam kehidupan. Mengingat majunya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INTERNATIONAL STANDARD BOOK NUMBER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli :

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 44 TAHUN 2002 (44/2002) TENTANG

STUDI PENGGUNAAN KODE ISBN-10 DAN ISBN-13

ABSTRAK. Kata kunci : perpustakaan, undang-undang, pengembangan koleksi PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jakarta, Desember 2012 Kepala Perpustakaan Nasional RI, Sri Sularsih

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI KANTOR ARSIP PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. A. Deskripsi Kegiatan Penulis di Tempat Magang. Jend. Sudirman No.123 Temanggung. pelaksanaan KKP telah memberikan

2.0 COP / TAMPAL HAK MILIK PERPUSTAKAAN DAN JENIS BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kerena kesengajaan oleh pencipta melainkan tercipta seiring dengan adanya rekaman

RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DOKUMEN TIDAK TERKAWAL

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENAKSIRAN HARGA BAHAN PERPUSTAKAAN

PENGELOLAAN INFORMASI ELEKTRONIS DI PERPUSTAKAAN UK/UPT LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9. By Yuni Nurjanah

Perpustakaan Nasional RI Sebagai Ujung Tombak Kegiatan Pelestarian Khazanah Budaya Bangsa Menuju Terwujudnya Khazanah Nasional *

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

EVALUASI PENGGUNAAN NOMOR INDUK BAHAN PERPUSTAKAAN DI BIDANG AKUISISI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Oleh : Eni Kustanti,S.Pi (Staff Bidang Akuisisi) 1. Fungsi Akuisisi Bidang Akuisisi Perpustakaan Nasional RI melaksanakan tugas dalam pengadaan bahan perpustakaan dan melakukan inventarisasi. Pengadaan bahan perpustakaan di Bidang akuisisi bisa diperoleh melalui pembelian, tukar menukar, hadiah dan hibah. Bahan perpustakaan setelah diterima selanjutnya akan diinventarisasi dengan mencatatkannya pada buku induk. Adapun fungsi buku induk adalah sebagai berikut : 1. Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan.. 2. Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat. 3. Mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan pada saat/tahun tertentu. 4. Untuk membantu mengetahui judul judul bahan perpustakaan yang hilang. Beberapa hal yang biasanya dituliskan pada buku induk, yaitu nomor registrasi, tanggal registrasi, judul, pengarang,penerbit, kota terbit, asal perolehan dan keterangan lain sesuai kebutuhan informasi yang diperlukan. 2. Registrasi Bahan Perpustakaan Kegiatan inventarisasi bahan perpustakaan merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk mengetahui informasi bibliografi dari bahan perpustakaan yang sudah diadakan. Dalam kegiatan inventarisasi penentuan nomor registrasi merupakan wewenang instansi perpustakaan masing-masing karena penentuan nomor registrasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Pemberian nomor registrasi di Bidang Akuisisi dilakukan dengan memberikan nomor urut mulai 1, 2,3 dimulai awal tahun dan berakhir pada akhir tahun yang sama. Oleh karena itu untuk mengetahui jumlah koleksi secara keseluruhan harus dijumlahkan dari pengadaan bahan perpustakaan tiap tahun. Pemberian nomor registrasi bahan perpustakaan yang ada dibedakan untuk tiap jenis bahan perpustakaan. 1

Berikut cara pemberian nomor registrasi bahan perpustakaan di Bidang Akuisisi LAYANAN MONOGRAFI MONOGRAFI PETA AUDIOVISUAL DALAM NEGERI LUAR NEGERI Tertutup (PNRI) 001/PN/2009 1/PN/2009 1/PN-PETA/09 01/PN/CD/2009 01/PN/CD-ROM/2009 01/PN/DVD/2009 01/PN/K/2009 01/PN/KV/2009 01/PN/M/2009 01/PN/MF/2009 01/PN/VCD/2009 Terbuka (LT) 001/PN-LT/2009 1/PN-LT/2009 01/PN-LT/CD/2009 01/PN-LT/CD- ROM/2009 01/PN-LT/DVD/2009 01/PN-LT/K/2009 01/PN-LT/KV/2009 01/PN-LT/M/2009 01/PN-LT/MF/2009 01/PN-LT/VCD/2009 Keterangan : Monografi dalam negeri : 001/PN/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, diregistrasi tahun 2009 001/PN-LT/2009 tahun 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, diregistrasi Monografi luar negeri : 1/PN/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, diregistrasi tahun 2009 2

1/PN-LT/2009 tahun 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, diregistrasi Peta : 1/PN-PETA/09 : nomor urut 1, koleksi Peta layanan Salemba, diregistrasi tahun 2009 Audiovisual : 01/PN/CD/2009 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD, tahun registrasi 01/PN/CD-ROM/2009 tahun registrasi 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD-ROM, 01/PN/DVD/2009 2009 01/PN/K/2009 2009 01/PN/KV/2009 registrasi 2009 01/PN/M/2009 tahun registrasi 2009 01/PN/MF/2009 registrasi 2009 01/PN/VCD/2009 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk DVD, tahun registrasi : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset, tahun registrasi : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset video, tahun : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofilm, : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofis, tahun : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk VCD, tahun registrasi 01/PN-LT/CD/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk CD, tahun registrasi 2009 01/PN-LT/CD-ROM/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk CD-ROM, tahun registrasi 2009 01/PN/DVD/2009 tahun registrasi 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk DVD, 3

01/PN/K/2009 tahun registrasi 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk kaset, 01/PN/KV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk kaset video, tahun registrasi 2009 01/PN/M/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk mikrofilm, tahun registrasi 2009 01/PN/MF/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk mikrofis, tahun registrasi 2009 01/PN/VCD/2009 tahun registrasi 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, bentuk VCD, Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa secara umum nomor registrasi (nomor induk) berbeda berdasarkan jenis bahan pustakanya. Tetapi jika dilihat lebih teliti ternyata tidak berbeda nyata. Selain itu penggunaan nomor yang digunakan juga beragam, yaitu ada yang menuliskan angka dengan 1 ada juga menuliskan 01 dan 001, seharusnya diseragamkan agar lebih rapi. Begitu juga dengan penulisan tahun, ada yang ditulis lengkap, tetapi ada juga yang disingkat seperti pada penggunaan nomor induk peta. Untuk bahan perpustaan serial, pencatatannya tidak menggunakan nomor registrasi tetapi menggunakan volume /edisi/no. sesuai yang tertulis pada bahan pustakanya. Registrasi bahan perpustakaan serial dilakukan pada kardek. Nomor registrasi merupakan bagian dari buku induk yang memiliki peranan penting yang memudahkan untuk mengetahui inventarisasi bahan perpustakaan yang ada. Pemberian nomor induk di Bidang Akuisisi, Perpustakaan Nasional RI yang dilakukan saat ini baru bisa memberikan informasi : 1. Tentang penempatan bahan perpustakaan, apakah di layanan tertutup (biasa disebut layanan PNRI yang bertempat di Jl. Salemba Raya No. 28 A, Jakarta Pusat) ataukah di layanan terbuka (biasa disebut LT yaitu layanan yang bertempat di Jl. Medan Merdeka Selatan No.11). 2. Untuk bahan perpustakaan audiovisual dan PETA bisa digunakan untuk mengetahui jenis bahan perpustakaannya, sedangkan pada bahan perpustakaan yang lain tidak menunjukkan jenis bahan perpustakaannya. 4

Saat ini informasi yang bisa diperoleh dari nomor registrasi masih sedikit seperti yang disebutkan di atas. Padahal nomor registrasi ini bisa dibuat sesuai kebutuhan yang diinginkan. Nomor registrasi bisa memenuhi kebutuhan informasi dan statistik, yaitu dengan dibuat lebih informatif dan mudah dalam pengolahan statistik. 1. Informatif artinya nomor registrasi yang diberikan meskipun ringkas tetapi bisa memberikan informasi yang lebih lengkap. 2. Kemudahan data statistik artinya informasi yang diperoleh dari nomor registrasi yang diberikan menunjang kemudahan dalam pengelompokan data statistik dan akan bermanfaat dalam penyebaran informasi tentang bahan perpustakaan yang ada. Informasi yang harusnya bisa diperoleh dari penulisan nomor registrasi di Perpustakaan Nasional RI, meliputi : 1. Letak layanan koleksi. Saat ini pembedaannya menggunakan kode PN untuk layanan di Perpustakaan Jl. Salemba Raya No. 28A, Jakarta Pusat. Sedangkan untuk layanan di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11 menggunakan kode LT. Penggunaan kode ini sebenarnya bisa menimbulkan salah tafsir, karena PN dianggap mewakili koleksi Perpustakaan Nasional (disingkat PN), LT merupakan koleksi Layanan Terbuka (disingkat LT). Penggunaan singkatan PN untuk koleksi Salemba yang berarti Perpustakaan Nasional, bisa diartikan seolah-olah yang merupakan koleksi Perpustakaan Nasional hanya yang berada di Salemba, padahal koleksi di Medan Merdeka Selatan juga milik Perpustakaan Nasional. Begitu juga penggunaan singkatan LT yang diartikan Layanan Terbuka untuk koleksi Medan Merdeka Selatan, singkatan LT dalam bidang perpustakaan bisa juga diartikan Layanan Tertutup. Oleh karena itu sepertinya perlu dibuatkan kode baru untuk kedua layanan yang ada di Perpustakaan Nasional RI. 2. Jenis bahan perpustakaan. Saat ini dari penggunaan nomor registrasi yang digunakan yang bisa memberikan informasi jenis bahan perpustakaan baru pada koleksi peta dan audiovisual, sedangkan untuk yang lain belum. 3. Sumber terbitan yaitu dalam negeri atau luar negeri. Di Perpustakaan Nasional RI dibutuhkan informasi mengenai suatu karya apakah berasal dari penerbit dalam negeri atau luar negeri. Jika kode informasi itu bisa dicantumkan dalam nomor registrasi akan lebih memudahkan. Saat ini untuk bahan pustaka, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri kode registrasinya belum ada pembedaan, sehingga sulit 5

untuk membedakannya. Untuk bahan perpustakaan monograf karena antara dalam negeri dan luar negeri dibedakan kelompok kerja, datanya masih bisa diambil dari masing-masing kelompok. Sedangkan bahan perpustakaan audiovisual dan peta dikerjakan dalam satu kelompok kerjanya masing-masing, sehingga jika tidak ada pemisahan dari nomor registrasinya. Selain itu juga, saat ini nomor urut registrasi yang digunakan antara koleksi dalam negeri dan luar negeri pada bahan perpustakaan audiovisual dan peta masih dijadikan satu, belum dipisahkan antara urutan nomor urut registrasi dalam negeri dan luar negeri. Jika tidak dibedakan kode registrasinya dan urutan nomor registrasinya akan menyulitkan dalam statistik dalam pendataan suatu koleksi bersumber dari dalam negeri atau luar negeri. 4. Informasi GMD (General Material Designation) untuk bahan perpustakaan non buku yang terdiri dari rekaman suara, rekaman video, bahan kartografi, sumber elektronik, dan lain-lain. Pemberian kode GMD ini penting untuk bahan perpustakaan bukan buku yaitu peta dan audiovisual. Saat ini untuk bahan perpustakaan peta sudah ada kodenya peta yang secara informasi memberikan penjelasan bahwa GMD nya adalah kartografi. Sedangkan untuk bahan perpustakaan audiovisual belum ada kode untuk membedakan GMD, padahal untuk satu bahan perpustakaan bisa digunakan untuk menyimpan lebih dari satu GMD, misalnya DVD bisa berisi rekaman suara atau rekaman video. Jika tidak dilakukan pembedaan ini akan menyulitkan dalam memberi keterangan pada pembuatan Accecion list (daftar judul tambahan) yang harus mencamtumkan GMD. 5. Sumber pengadaan koleksi. Koleksi yang dilayankan diperpustakaan biasanya bersumber dari pembelian,hadiah, hibah dan tukar menukar. Di Bidang Akuisisi koleksinya diperoleh melalui pembelian, hadiah dan dari hasil produksi sendiri melalui kegiatan alih media oleh Pusat Presevasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Saat ini keterangan sumber pengadaan dibuatkan kolom tersendiri dalam buku induk dan juga ditampilkan dalam label besar yang ditempel atau ditulis di bahan perpustakaan pada kolom keterangan. Pemberian nomor urutnya digabung antara yang bersumber dari pembelian dengan hadiah. Tidak adanya pemisahan nomor urut ini menyebabkan kesulitan untuk mengetahui informasi jumlah bahan perpustakaan hasil pengadaan dari pembelian dan hadiah. Usulan alternatif penulisan nomor registrasi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan statistik bahan perpustakaan yang ada di Perpustakaan Nasional RI : 6

1. Untuk memenuhi kebutuhan informasi letak layanan, penggunaan kode PN berarti Perpustakaan Nasional dan LT berarti layanan terbuka. Penggunaan kode PN sepertinya kurang tepat kalau diartikan Perpustakaan Nasional, karena pada dasarnya yang ada di layanan tertutup Salemba dan layanan terbuka Merdeka Selatan merupakan koleksi Perpustakaan Nasional RI, jadi kalau hanya koleksi Salemba yang masuk kode PN (Perpustakaan Nasional) sepertinya kurang relevan, maka sebaiknya diganti. Sama halnya dengan LT yang diartikan sebagai layanan terbuka, padahal bisa saja LT juga merupakan singkatan dari layanan tertutup. Untuk penggantian kode ini mungkin bisa menggunakan alternatif sebagai berikut : LS : Layanan Salemba LM : Layanan Merdeka Selatan Dengan pembedaan yang jelas, kode yang diberikan akan lebih informatif dan tidak menimbulkan salah tafsir. Selain itu tentunya memudahkan dalam kebutuhan statistik untuk mengetahui jumlah koleksi di masing-masing tempat. 2. Untuk kebutuhan informasi jenis bahan perpustakaan, sebaiknya digunakan pada semua jenis bahan perpustakaan yang ada, sehingga informasi jenis bahan perpustakaan akan mudah diketahui dari nomor registrasinya. Selain itu juga memudahkan untuk mengetahui jumlah masing-masing jenis bahan perpustakaan. Alternatif kode yang bisa digunakan untuk membedakan jenis bahan perpustakaan, misalnya : CD CD-Rom DVD Kaset Kaset Video Monograf MikrofilM MikrofiS Peta : CD : CDR : DVD : K : KV : M : MM : MS : P 7

VCD : VCD 3. Untuk kebutuhan informasi sumber terbitan dalam negeri atau luar negeri, perlu ditambahkan kode untuk membedakan antara terbitan dalam negeri dan luar negeri. Jadi dengan membaca nomor registrasi bisa diketahui suatu karya termasuk kategori terbitan dalam negeri atau luar negeri. Selain itu bisa memudahkan untuk mendapatkan data statistik tentang koleksi dalam negeri dan luar negeri setiap tahunnya. Alternatif kode yang bisa digunakan, misalnya : DN : Dalam Negeri LN : Luar Negeri 4. Informasi GMD (General Material Designation), untuk bahan perpustakaan bukan buku penting dicantumkan, sehingga mudah diketahui apakah suatu karya termasuk rekaman suara, rekaman video, sumber elektronik atau yang lainnya. Selain itu secara statistik akan mudah didata berapa jumlah koleksi menurut masing-masing GMD. Alternatif kode yang bisa digunakan untuk menunjukkan jenis GMD, misalnya : Rekaman suara : RS Rekaman video : RV Sumber elektronik : SE Rekaman film : RF Kartografi : KR 5. Sumber pengadaan. Untuk lebih mudah mengetahui jumlah bahan perpustakaan pada masing-masing sumber pengadaan, sebaiknya nomor urutannya dipisahkan. Sehingga dari buku induk bisa dilihat secara langsung berapa jumlah pengadaan pembelian maupun hadiah. 8

Berdasarkan penjelasan tersebut, kode registrasi yang bisa dijadikan alternatif di Bidang Akuisisi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan statistic adalah sebagai berikut : PETA AUDIOVISUAL 1/LS/PETA- 1/LS/C-DN/RS/2009 DN/KR/2009 atau1/ls/c-ln/rs/2009 1/LS/C-DN/SE/2009 atau 1/LS/C-LN/SE/2009 1/LS/PETA- 1/LS/D-DN/RS/2009 atau LN/KR/2009 1/LS/D-LN/RS/2009 1/LS/D-DN/RV/2009 atau 1/LS/D-LN/RV/2009 1/LS/K-DN/RS/2009 atau 1/LS/K-LN/RS/2009 1/LS/KV-DN/RV/2009 atau1/ls/kv-ln/rv/2009 1/LS/MM-DN/RF/2009 atau1/ls/mm-ln/rf/2009 1/LS/MS-DN/BG/2009 atau 1/LS/MS-DN/BG/2009 1/LS/V-DN/RV/2009 atau 1/LS/V-LN/RV/2009 -- 1/LM/C-DN/RS/2009 atau1/lm/c-ln/rs/2009 Terbuka 1/LM/M- DN/2009 1/LM/M- LN/2009 Perpusnas Medan Merdeka Selatan LAYANAN MONOGRAFI DALAM NEGERI MONOGRAFI LUAR NEGERI Tertutup 1/LS/M-DN/2009 1/LS/M- LN/2009 Perpusnas Salemba 1/LM/C-DN/SE/2009 atau 1/LM/C-LN/SE/2009 1/LM/D-DN/RS/2009 atau 1/LM/D-LN/RS/2009 1/LM/D-DN/RV/2009 atau 1/LM/D-LN/RV/2009 1/LM/K-DN/RS/2009 atau 1/LM/K-LN/RS/2009 1/LM/KV-DN/RV/2009 atau1/lm/kv-ln/rv/2009 1/LM/MM-DN/RF/2009 9

atau1/lm/mm-ln/rf/2009 1/LM/MS-DN/BG/2009 atau 1/LM/MS-DN/BG/2009 1/LM/V-DN/RV/2009 atau 1/LM/V-LN/RV/2009 Keterangan : Monografi dalam negeri : 1/LS/M-DN/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba,monograf dalam negeri, diregistrasi tahun 2009 1/LM/M-DN/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, monograf luar negeri, diregistrasi tahun 2009 Monografi luar negeri : 1/LS/M-LN/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, monograf luar negeri, diregistrasi tahun 2009 1/LM/M-LN/2009 tahun 2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Medan Merdeka Selatan, diregistrasi Peta : 1/LS/PETA-DN/KR/2009 : nomor urut 1, koleksi Peta layanan Salemba, peta dalam negeri, bahan kartografi, diregistrasi tahun 2009 1/LS/PETA-LN/KR/2009 : nomor urut 1, koleksi Peta layanan Salemba, peta luar negeri, bahan kartografi, diregistrasi tahun 2009 Audiovisual : 1/LS/C-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LS/C-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun terbit 2009 10

1/LS/C-DN/SE/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD, terbitan dalam negeri, sumber elektronik, tahun registrasi 2009 1/LS/C-LN/SE/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk CD, terbitan luar negeri, sumber elektronik, tahun registrasi 2009 1/LS/D-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LS/D-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk DVD, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LS/D-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LS/D-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LS/K-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LS/K-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LS/KV-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset video, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LS/KV-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk kaset video, terbitan luar negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LS/MM-DN/RF/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofilm, terbitan dalam negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LS/MM-LN/RF/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofilm, terbitan luar negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LS/MS-DN/BG/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofis, terbitan dalam negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 11

1/LS/MS-DN/BG/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk mikrofis, terbitan luar negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LS/V-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk VCD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LS/V-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Salemba, bentuk VCD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 Layanan Terbuka : 1/LM/C-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk CD, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LM/C-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk CD, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun terbit 2009 1/LM/C-DN/SE/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk CD, terbitan dalam negeri, sumber elektronik, tahun registrasi 2009 1/LM/C-LN/SE/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk CD, terbitan luar negeri, sumber elektronik, tahun registrasi 2009 1/LM/D-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LM/D-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk DVD, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LM/D-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LM/D-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk DVD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LM/K-DN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk kaset, terbitan dalam negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 1/LM/K-LN/RS/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk kaset, terbitan luar negeri, rekaman suara, tahun registrasi 2009 12

1/LM/KV-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk kaset video, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LM/KV-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk kaset video, terbitan luar negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LM/MM-DN/RF/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk mikrofilm, terbitan dalam negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LM/MM-LN/RF/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk mikrofilm, terbitan luar negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LM/MS-DN/BG/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk mikrofis, terbitan dalam negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LM/MS-DN/BG/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk mikrofis, terbitan luar negeri, rekaman film, tahun registrasi 2009 1/LM/V-DN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi Merdeka Selatan, bentuk VCD, terbitan dalam negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 1/LM/V-LN/RV/2009 : nomor urut 1, koleksi layanan Merdeka Selatan, bentuk VCD, terbitan luar negeri, rekaman video, tahun registrasi 2009 Penggunaan nomor induk seperti usulan tersebut di atas akan mampu memberikan beberapa informasi sekaligus seperti telah disebutkan sebelumnya, yaitu : 1. Nomor urut bahan perpustakaan, dibuat penulisannya sesuai digit angka yang digunakan. Jadi harus seragam pada semua jenis bahan perpustakaan 2. Tempat koleksi bahan perpustakaan dilayankan, yaitu apakah di layanan tertutup Salemba ataukah di layanan terbuka Merdeka Selatan. Penggunaan kode tempat ini juga dibuat sederhana sehingga bisa memudahkan dalam mengingat, menghafal dan menuliskan. 3. Bentuk bahan perpustakaan, apakah berupa monografi, kartografi, audiovisual dan lainnya 4. Sumber bahan perpustakaan dari dalam negeri atau luar negeri 5. GMD (General Material Designation) bahan perpustakaan non-book 6. Tahun bahan perpustakaan di registrasi 13

3. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Penggunaan kode nomor induk untuk keperluan bahan perpustakaan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang ingin di dapatkan, sehingga memudahkan dalam pencarian informasi dan pembuatan data statistik. 2. Kode nomor induk yang digunakan harus konsisten pada semua jenis bahan perpustakaan, sehingga memudahkan untuk memahami dan mendapatkan informasi. Saran Penggunaan kode nomor induk di Perpustakaan Nasional RI sudah waktunya dikaji ulang untuk mendapatkan penulisan yang tepat dan sesuai kebutuhan informasi. 14