BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat dunia industri tertuju pada caracara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan me-nomorsatukan pertumbuhan industri (industrial growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan industri relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan industri di semua negara di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional. (Bambang Sutrisno. Pengantar Ekonomi) Mengingat konsep pertumbuhan industri sebagai tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan industri tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan industri memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan industri ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan industri tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan industri biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan industri ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah sumber daya alam dan manusia yang ada semaksimal mungkin, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, dan peningkatan keterampilan. (Bambang Sutrisno. Pengantar Ekonomi)
Berdasarkan keinginan tiap-tiap wilayah untuk terus meningkatkan pertumbuhan sektor industrinya maka perlu dialakukannya suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pertumbuhan industri khususnya industri pengolahan yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur pelaksanaan pembangunan di Jawa Barat agar pembangunan khususnya pada sektor industri pengolahan menjadi lebih tepat guna. (Bambang Sutrisno. Pengantar Ekonomi) Selain untuk mengetahui tingkat pertumbuhan industri manufaktur di Provinsi Jawa Barat penelitian ini juga mencoba mencari tahu dalam beberapa tahun belakang ini (1999-2009) dimana sajakah sentra-sentra industri manufaktur pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dan juga kemampuan tiap-tiap kabupaten/kota dalam memenuhi komoditas industri pengolahan di daerahnya. Perlunya melakukan penelitian terhadap dinamika pertumbuhan karena dengan diketahuinya dinamika pertumbuhan maka akan terlihat naik atau turunnya suatu kegiatan atau usaha yang nantinya dapat memberi manfaat kepada suatu organisasi maupun perorangan untuk melakukan perencanaan yang lebih baik lagi terhadap suatu kegiatan atau usaha sehingga memberikan hasil akhir yang lebih maksimal daripada sebelumnya. Sektor industri pengolahan dipilih untuk dilakukan penelitian karena berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, untuk Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun) untuk PDB di Indonesia yang paling tertinggi terdapat pada sektor industri pengolahan seperti yang tertera pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Produk Domestk Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sumber: situs resmi Badan Pusat Statistik) 6% 9% 10% 14% 9% Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi 16% 28% Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan da Komunikasi 7% 1% Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Gambar 1.1 Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Dari tabel 1.1 dan gambar 1.1 dapat dilihat industri pengolahan memiliki tingkat persentase yang lebih tinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya di Indonesia dalam kurun waktu enam tahun sehingga dipilih untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan keterangan dari situs resmi pemerintah Provinsi Jawa Barat dipilihnya Provinsi Jawa Barat dalam penelitian ini karena hampir 60% industri pengolahan berlokasi di Jawa Barat, sehingga perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja industri di daerah ini. Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor industri memiliki kontribusi terbesar dan menduduki peringkat pertama, disusul oleh sektor pertanian. Sektor industri ini, khususnya industri pengolahan, mampu menyerap jumlah tenaga kerja terbesar kedua sesudah pertanian. Berbagai industri di Jawa Barat sudah berkembang dengan pesat, antara lain industri pesawat terbang, industri senjata ringan, dan telekomunikasi di Bandung dan industri dinamit di
Tasikmalaya. Industri lain yang cukup menonjol antara lain industri besi baja di Cilegon, industri elektronik di Bandung, industri kertas di Padalarang dan Bekasi, industri semen di Cibinong, Citeureup, dan Cirebon, industri pupuk di Cikampek, aneka industri dengan komoditas tekstil, benang tenun, dan pakaian jadi di daerah cekungan Bandung, serta industri minuman, makanan, rokok, kulit, keramik di sekitar Bandung, Tangerang, Bekasi, dan Cirebon. Industri-industri kecil dan rumah tangga yang banyak terdapat di Bekasi, Bogor, Tangerang, Depok, Kota Bandung, Cianjur, dan Tasikmalaya juga berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Potensi lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai aneka industri dan industri utama di Jawa Barat adalah perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada di daerah itu, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB); Institut Teknologi Bogor (IPB); LAPAN, dan Badan Reaktor Atom Negara (BATAN). Selain itu, besarnya jumlah penduduk dan SDM yang berkualitas merupakan potensi pendukung untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi (Iptek) di Jawa Barat. Jumlah industri utama di Jawa Barat (1997) adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Jumlah Industri di Jawa Barat (1997) No. Jenis Industri Jumlah Unit Tenaga Kerja 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 1000 119.745 orang 2. Industri tekstil pakaian jadi dan kulit 1.744 783.745 orang 3. Industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk alat-alat kayu 483 7.174 orang 4. Industri kertas dan barang dari kertas cetakan dan penerbitan 207 46.428 orang 5. Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi 815 82.308 orang 6. Industri logam dasar 63 19.755 orang 7. Industri mesin dan peralatan lain 903 209.776 orang 8. Industri pengolahan lain 143 37.988 orang (Sumber: Indonesia.go.id/Portal_Nasional_Republik_Indonesia)
Hasil produksi industri kecil berupa makanan dan minuman, sandang dan kulit, kimia dan bahan-bahan bangunan, kerajinan umum dan logam mengalami perkembang-an pesat. Total jumlah industri di Jawa Barat (1997) berjumlah sekitar 6.085 unit, baik industri besar, sedang maupun kecil, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1,5 juta orang. Investasi di daerah Jawa Barat tahun 1998 adalah: persetujuan PMA US$81,035,000 dan persetujuan PMDN Rp 8.117.050.000.000. Jumlah tersebut untuk waktu sekarang sudah terlampau kecil. Nilai tambah hasil industri di Jawa Barat tahun 1997 adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Nilai Tambah Hasil Industri di Jawa Barat (1997) No. Jenis Industri Nilai Tambah 1. Industri makanan, minuman dan tembakau Rp 2.425.086.000.000 2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Rp 10.825.220.000.000 3. Industri kayu dan barang-barang dari kayu Rp 895.538.000.000 4. industri kertas dan barang-barang dari kertas Rp 1.258.060.000.000 5. Industri kimia, barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan bahan plastik Rp 6.329.237.000.000 6. industri barang galian bukan logam Rp 1.917.251.000.000 7. industri logam dasar Rp 2.139.536.000.000 8. industri barang logam dan mesin termasuk peralatannya Rp 9.458.654.000.000 9. industri pengolahan lainnya Rp 614.059.000.000 Total nilai tambah dari hasil industri daerah Jawa Barat tahun 1997 Rp 35.862.641.000.000 (Sumber: Indonesia.go.id/Portal_Nasional_Republik_Indonesia) Oleh karena itu Provinsi Jawa Barat sangat tepat untuk dijadikan penelitian terhadap dinamika pertumbuhan industri manufakturnya. Untuk mengetahui dinamika pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat salah satu teknik yang digunakan yang juga berguna untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Teknik ini dipilih karena dapat digunakan dengan cepat dan lebih mudah serta hasil yang tepat. Karena kesederhanannya,
teknik location Quotient dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu. Analisis yang dihasilkan dari teknik location quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan suatu wilayah. (H. Rahardjo Adisasmita) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang masalah maka untuk perumusan masalah adalah 1. Bagaimanakah dinamika pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat? 2. Dimanakah lokasi industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat yang paling strategis? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk mengetahui dinamika pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat. 2. Mengetahui lokasi industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat yang paling strategis. 1.4 Pembatasan Masalah Untuk mencapai tujuan penelitian, diperlukan pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas. Adapun batasan-batasannya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan terhadap kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat. 2. Data yang dipakai adalah PDRB dan PDRB industri pengolahan di provinsi Jawa Barat dan kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat. 3. Data yang dipakai adalah PDRB berdasarkan harga berlaku. 4. Data yang dipakai adalah data tahun 1999-2009. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Penulisan Laporan Penelitian disusun berdasarkan sistematika berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisikan penjelasan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI LANDASAN TEORI Menjelaskan tentang teori-teori dari berbagai sumber pustaka yang menjadi dasar dalam melakukan penelitian. METODOLOGI PENELITIAN Berisikan model atau metoda yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan juga berisi tentang langkah-langkah pemecahan masalah. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk pengolahan data, antara lain data profil provinsi Jawa Barat, kebijakan pembangunan Jawa Barat, kebijakan industri Jawa Barat, sektor-sektor ekonomi Jawa Barat beserta PDRB, dan pengolahan data. ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis terhadap hasil pengolahan data yang ditunjang oleh teori-teori yang ada serta analisis sentra industri pengolahan di Jawa Barat. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan industri di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya.