Prosiding Seminar ACE 22-23

dokumen-dokumen yang mirip
2 Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan

227, No Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angk

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

KAJIAN KINERJA PELAYANAN BUS AKDP PATAS DAN EKONOMI PADA TRAYEK SURABAYA - MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) KELAS EKSEKUTIF TRAYEK MALANG-JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. angkutan jalan pada pasal 1 angka 3 disebutkan bahwa angkutan adalah

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR :SK.967/AJ.202/DRJD/2007 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. I PRODUK A. Mobil Bus Wisata

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB l PENDAHULUAN. Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : namun masih sering terjadi kemacetan di pintu masuk terminal terutama pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tingginya kemacetan dan kepadatan jalan menghiasi kota-kota

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

KUESIONER. Identitas Responden

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

ACE 3-019 Evaluasi Pelayanan Minimum Angkutan Trans Padang di kota Padang Rendi Mahardika 1, Purnawan, 1, 1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas Intisari Trans Padang merupakan BRT (Bus Rapid Transit) atau satu bentuk angkutan berorientasi pelanggan dan mengkombinasikan stasiun, kendaraan, perencanaan dan elemen-lemen sistem transportasi pintar ke dalam sebuah sistem yang terpadu dan memiliki satu identitas unik Untuk mewujudkan transportasi masal yang aman dan nyaman, pihak pemerintah juga sudah membentuk peraturan peraturan yang mengatur standarisasi kendaraan umum. Seperti Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dengan Trayek. Penelitian ini bertujuan Mengidentifikasi karakteristik pelayanan angkutan Trans Padang, serta Mengevaluasi karakteristik pelayanan angkutan umum tersebut didasarkan pada standar pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015. Setelah dilakukan analisa dari data survey lapangan dan penyebaran kuesioner dengan metoda analisis deskriptif maka didapatkan Tingkat pelayanan minimal untuk indikator Keamanan sebesar 100%, Keselamatan sebesar 81%, Kenyamanan 79%, Keterjangkauan sebesar 90%, Kesetaraan sebesar 80%, serta indikator Keteraturan sebesar 44%. Maka didapatkan rata-rata tingkat pelayanan minimum angkutan Trans Padang adalah sebesar 80%. Kata kunci: BRT, Trans Padang, Standar Pelayanan Minimal LATAR BELAKANG Angkutan kota merupakan salah satu angkutan umum yang melayani masyarakat Kota Padang dalam melakukan Pergerakan. Angkutan perkotaan di Kota Padang memiliki beberapa trayek yang dibagi menjadi beberapa jenis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Padang dan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 307

melayani seluruh daerah layan yang ada di wilayah Kota Padang. Sebagai sarana pelayanan umum, angkutan kota harus memiliki syarat minimum berupa keselamatan serta kenyamanan agar pengguna kendaraan umum menjadi lebih nyaman serta merasa aman sehingga mampu menarik keinginan penduduk untuk menggunakan transportasi masal sehingga mampu menekan pergerakan kendaraan pribadi dan secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat kemacetan di wilayah kota Padang. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional dari 876.678 orang penduduk Kota Padang, sebanyak 407.084 jumlah kendaraan pribadi yang tersebar di Kota Padang dan kendaraan umum terbagi atas kendaraan bus kecil sebanyak 2149 unit, bus sedang berjumlah 54 unit, serta taksi memiliki 442 unit. Untuk mewujudkan transportasi masal yang aman dan nyaman, pihak pemerintah juga sudah membentuk peraturan peraturan yang mengatur standarisasi kendaraan umum. Seperti Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dengan Trayek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karaktristik pelayanan angkutan Trans Padang sesuai dengan standar pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015, serta Mengevaluasi karakteristik pelayanan angkutan umum tersebut didasarkan pada standar pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015. METODOLOGI STUDI Metologi ini dimulai dengan tinjauan pustaka untuk menentukan referensi serta landasan teori dari penelitian yang akan dilakukan, selanjutnya dilakukan survey pendahuluan untuk menentukan jumlah sampel dan konsep desain dari penelitian, berikutnya metoda pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu survey lapangan, serta penyebaran kuesioner, lalu dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan dengan menggunakan analisa deskriptif mengenai standar pelayanan minimum angkutan Trans Padang lalu membandingkannya dengan PM No 29 tahun 2015, serta baru dapat diambil kesimpulan dari penelitian dan juga rekomendasi yang nantinya dapat ditindaklanjuti dari penelitian ini. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Trans Padang merupakan BRT (Bus Rapid Transit) atau suatu bentuk angkutan berorientasi pelanggan dan mengkombinasikan stasiun, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 308

kendaraan, perencanaan dan elemen-elemen system transportasi kedalam sebuah sistem terpadu dan memiliki satu identitas yang unik. Dengan menggunakan metoda analisa deskriptif, penelitian ini membandingkan serta mengevaluasi mengenai standar pelayanan minimum angkutan Trans Padang lalu membandingkannya dengan PM No 29 tahun 2015. Pada penelitian ini ada 6 indikator umum yang tiaptiap parameternya disebarkan kepada responden pengendara sebesar 15 orang serta responden pengemudi sebesar 200 orang. Tabel 1 Tabel 2 Tingkat pelayananangkutan Trans Padang berdasarkanindikatorkeamanan. SAMPE L YA TIDAK YA TIDAK KEAMANAN kendaraan memiliki stiker/tandanomor trayek 15 15 0 100% 0% menjalankan SOP pengoperasian kendaraan 15 15 0 100% 0% pengemudi menggunakan seragam resmi 15 15 0 100% 0% pengemudi memiliki kartu identitas dari perusahaan 15 15 0 100% 0% kondektur menggunakan seragam resmi 15 15 0 100% 0% kondektur memiliki kartu identitas dari perusahaan 15 15 0 100% 0% kendaraan memiliki lampu penerangan yang berfungsi 100% 15 15 0 100% 0% kendaraan menggunakan kaca film yang tidak terlalu gelap 15 15 0 100% 0% kendaraan memiliki lampu isyarat tanda bahaya 15 15 0 100% 0% RATA - RATA 15 15 0.0 100% 0% Tingkat Pelayanan Angkutan Trans Padang Berdasarkan Indicator Keselamatan SAMPEL YA TIDAK YA TIDAK KESELAMATAN pengemudi diberikan pendidikan dan penyegaran kopetensi 15 15 0 100% 0% pengemudi melakukan pemeriksaan kesehatan 15 15 0 100% 0% pengemudi mendapatkan waktu istirahat 15 15 0 100% 0% kendaraan memiliki alat pemecah kaca 15 15 0 100% 0% kendaraan memiliki alat pemadam api ringan 15 15 0 100% 0% memiliki kotak P3K 15 15 0 100% 0% memiliki alat penerangan darurat 15 15 0 100% 0% memiliki informasi tanggap darurat 15 15 0 100% 0% memiliki pegangan untuk penumpang berdiri 15 15 0 100% 0% pintu akses keluar masuk tertutup ketika kendaraan berjalan 15 15 0 100% 0% ban depan tidak menggunakan ban vulkanisir 15 15 0 100% 0% memiliki rel gorden pada jendela 15 0 15 0% 100% memiliki alat pembatas kecepatan 15 0 15 0% 100% memiliki sabuk keselamatan pada tempat duduk 15 15 0 100% 0% memiliki pool kendaraan 15 15 0 100% 0% RATA - RATA 15 13 2 87% 13% Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 309

Tabel 3 Tingkat Pelayanan Angkutan Trans Padang Berdasarkan Indikator Kenyamanan 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 78,5% 21,5% Penumpang diangkut tidak lebih dari 40 orang (20 duduk,20 berdiri) 98,5% 1,5% kendaraan memiliki air conditioner (AC) 39,5% 60,5% mempunyai tempat sampah dalam kendaraan 98,0% 2,0% adanya tanda dilarang merokok pada kendaraan YA TIDAK Tabel 4 Tingkat Pelayanan Angkutan Trans Padang Berdasarkan Indikator Keterjangkauan SAMPEL YA TIDAK YA TIDAK KETERJANGKAUAN harga tiket/tarif angkutan sesuai dengan pelayanan yang diberikan 200 183 17 91.5% 8.5% RATA - RATA 200 183 17 92.0% 9.0% Tabel 5 Tingkat Pelayanan Angkutan Trans Padang Berdasarkan Indikator Kesetaraan SAMPEL YA TIDAK YA TIDAK penyedia layanan memberikan tempat duduk prioritas bagi lansia, oran cacat, 200 184 16 92.0% 8.0% KESETARAAN anak-anak, serta usia lanjut memiliki ruang khusus pengguna kursi roda 200 85 115 42.5% 57.5% RATA - RATA 200 134.5 65.5 67.3% 32.8% Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 310

Tabel 6 Tingkat Pelayanan Angkutan Trans Padang Berdasarkan Indikator Keteraturan SAMPEL YA TIDAK YA TIDAK mempunyai informasi jadwal keberangkatan, kedatangan, tarif, dan trayek 200 92 108 46.0% 54.0% KETERATURAN waktu berhenti di halte tidak lebih dari 1 200 151 49 75.5% 24.5% menit jarak kedatangan bus pada halte yang 200 166 34 83.0% 17.0% sama tidak lebih dari 30 menit Persentase armada yang aktif minimal 90% 15 15 0 100% 0% umur kendaraan yang digunakan tidak lebih dari 20 tahun 15 15 0 100% 0% RATA - RATA 81.0% 22.0% Dari parameter-parameter yang tercakupdalam 6 indikator tersebut maka diambil rata-rata Pelayanan minimum adalah seperti yang tertera pada gambar 1. Gambar 1 Rata-rata pelayanan minimum angkutan Trans Padang 100% 80% 80% 60% 40% 20% 20% 0% 1 YA TIDAK KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: 1. Angkutan Trans Padang hanya mampu memenuhi 80% dari standar pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015. 2. Pada indikator keselamatan seluruh bus Penyedia jasa dari Trans Padang tidak memiliki railing gorden pada jendela dan tidak memiliki alat pembatas kecepatan yang mana berdasarkan standar Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 311

pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015 angkutan perkotaan wajib memiliki indikator tersebut. 3. Pada indikator keteraturan, seluruh bus penyedia jasa dari trans padang belum mampu menyediakan informasi kedatangan, keberangkatan dengan baik, dikarenakan trans padang belum memiliki jalur sendiri sehingga mengakibatkan pergerakan bus masih dipengaruhi kondisi lalu lintas umum. REKOMENDASI 1. Diharapkan kepada penyedia jasa Trans Padang dapat memenuhi seluruh indikator yang ada pada standar pelayanan minimal menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015 minimal 3 tahun setelah peraturan tersebut terbit. 2. Agar mampu memenuhi indikator keteraturan, ada baiknya pemerintah membangun jalur khusus bagi Trans Padang agar dapat beroperasi lebih efisien. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada bapak Purnawan, Ph.D selakupembimbing dari penelitian ini, terimakasih kepada pihak Kesbangpol Kota Padang, Dinas Perhubungan serta UPT Trans Padang untuk izin dalam pengambilan data pada penelitian ini, serta kepada rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Universitas Andalas. REFERENSI Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1990. Standar Pelayanan Angkutan Umum. Jakarta Edvardsson, B., Gustafsson, A. and Roos, I. (2005), Service portraits in service research a critical review Giannopulus, G.A. (1989), Bus planning and operation in urban areas, a practical guide. Avebury. Sydney. Haksever C., B. render, R. Russel and R.Murdick (2000), Service Management and Operations, Printce Hall Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan,Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Jakarta Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 312

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum. Jakarta Kittelson & Associates, Ins.,Transit Capacity and Quality of Service Manual, Januari,1999 Kotler, (2009), Manajemen Pemasaran, Jakarta : Erlangga Munawar, A. 2005,Dasar-Dasar Teknik Transportasi, Bheta offset. Yogyakarta Napitupulu,(2007),Pelayanan Publik dan Customer Statisfiction, Bandung: Alumni. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 313

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 314

ACE 3-020 Analisis Hubungan Jenis Kendaraan dengan Konsentrasi Timbal (Pb) di Udara Ambien Jalan Raya Kota Padang Hendra Gunawan 1*, Yenni Ruslinda 2, dan Elza Amelia 2 1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas *hendra@ft.unand.ac.id 2Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Intisari Salah satu gas buang yang diemisikan dari pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor adalah timbal (Pb). Penelitian ini menganalisis konsentrasi Pb di udara ambien dan hubungannya dengan jenis kendaraan yang melintasi jalan raya Kota Padang. Jenis kendaraan yang diamati adalah kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda motor. Pemilihan lokasi dan tata cara pengukuran didasarkan pada SNI-19-7119.9-2005, dengan alat pengambilan sampel Pb dalam PM10 menggunakanlow Volume Sampler dan analisis konsentrasinya dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Konsentrasi Pb di udara ambien berkisar antara0,375-1,600 µg/nm 3 dan masih berada di bawah baku mutu udara ambien nasional sebesar 2 µg/nm 3. Hasil analisis regresi-korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan (α<0,05) antara jenis kendaraan dan konsentrasi Pb dengan nilai korelasi sangat kuat (r = 0,869-0,981) dan membentuk fungsi persamaan regresi linear berganda. Dari uji validasi diperoleh perbandingan antara konsentrasi hasil pengukuran di lapangan dengan konsentrasi hasil perhitungan dengan persamaan memberikan nilai persen error (E) sebesar 10-17%. Kata Kunci: jalan raya, jenis kendaraan, timbal (Pb), udara ambien PENDAHULUAN Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia seperti sepeda motor, kendaraan pribadi dan beberapa jenis kendaraan lain terutama yang menggunakan bensin sampai saat ini masih mengandung konsentrasi timbal (Pb) yang lebih tinggi dari konsentrasi minimum internasional. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 315