BAB I PENDAHULUAN. Organisation for Economic Cooperation and Development) tahun 2006,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada. berdasarkan teori (deduktif). Menurut Permendiknas (2006b: 459) ada dua hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL KEMAMPUAN LIT ERASISAINS SISWA SMP DI KOTA PURWOKERTO DITINJAU DARI ASPEK KONTEN, PROSES, dan KONTEKS SAINS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

LAMPIRAN 2 KISI-KISI USBN SMP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widya Nurfebriani, 2013

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki

2015 KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS KLASIFIKASI MATERIAL

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PISA-OECD (Programe for Internasional Student Assessment- Organisation for Economic Cooperation and Development) tahun 2006, merupakan suatu bentuk studi lintas negara yang memonitor dari sudut capaian belajar peserta didik. Hasil studi PISA Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa tingkat literasi sains anak-anak Indonesia masih berada pada tingkatan rendah, yakni 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks. Temuan tersebut merefleksikan hasil PISA-OECD tahun 2006. Studi PISA Nasional 2006 juga menyimpulkan bahwa peningkatan kinerja anak-anak Indonesia dalam PISA tidak akan terwujud sebelum terjadi perubahan signifikan dalam praktik pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah. Rendahnya tingkat literasi sains anak-anak Indonesia seperti terungkap oleh PISA Nasional 2006 dan PISA Internasional sebelumnya perlu dipandang sebagai masalah yang serius (Firman, 2007). Rendahnya literasi sains siswa pada aspek konten dapat disebabkan oleh proses pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada aspek hapalan, sehingga siswa tidak memahami apa yang ia pelajari tetapi hanya sebatas mengingat dan sewaktu-waktu dapat dengan mudah terlupakan. Rendahnya literasi sains siswa pada aspek proses lebih disebabkan oleh proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan 1

mencatat hal-hal yang dianggap penting (Mahyuddin, 2007), sehingga siswa hanya mempelajari sains sebagai produk bukan sebagai proses, sikap, dan aplikasi. Rendahnya literasi sains siswa pada aspek konteks disebabkan oleh konteks-konteks dalam materi pelajaran tidak dihubungkan dengan lingkungan di sekitar siswa itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan IPA di Indonesia pada tingkat SMP/MTs masih mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah (kimia, fisika, biologi) sehingga menyebabkan siswa tidak bisa menghubungkan kaitan antara mata pelajaran tersebut. Disamping itu siswa menjadi kurang bisa mengaplikasikan materi pelajaran kedalam lingkungannya karena seolah-olah semuanya tidak saling berkaitan. Banyak guru SMP/MTs yang belum begitu paham mengenai pembelajaran IPA yang terintegrasi dan masih memberikan pelajaran IPA secara parsial serta tidak menyampaikan keterkaitan antara mata pelajaran-mata pelajaran IPA tersebut. Model pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang pendidikan SMP. Model ini pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip sains secara holistik dan otentik (Depdikbud,1996). Pembelajaran IPA terpadu ini relevan dalam satu tema tertentu (pembelajaran tetamatik). Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Melalui pembelajaran ini, peserta didik dapat memperoleh 2

pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian peserta didik terlatih untuk menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, otentik, dan aktif. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian IPA yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran IPA terpadu. Pembelajaran literasi sains merupakan pembelajaran yang relevan untuk mengembangkan IPA yang sesuai dengan proses dan produk yang sehari-hari digunakan dalam masyarakat. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan literasi sains melibatkan proses penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan sosial-ilmiah. Tujuan dari pengembangan literasi sains adalah mengembangkan kemampuan kreatif dengan menggunakan pengetahuan berikut cara kerjanya di dalam kehidupan sehari-hari dan untuk memecahkan masalah serta membuat keputusan yang dapat meningkatkan mutu kehidupan (Holbrook dan Rannikmae dalam Holbrook, 1998). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kemampuan intelektual yang meliputi keterampilan yang berhubungan dengan pendidikan, sikap komunikatif, bermasyarakat dan interdisipliner pengetahuan (Holbrook, 2005). Ada beberapa penelitian yang menilai literasi sains baik guru maupun siswa. Shwartz, et al. (2005) melakukan kegiatan melalui workshop untuk melatih 3

keterlibatan guru SMA dalam mendefinisikan arti literasi kimia, hasilnya guru menjadi lebih fokus terhadap pengetahuan kimia, guru sudah mulai memahami literasi kimia dan mulai memperkenalkan gagasan kimia terhadap siswa. Pada tahun 2006, peneliti yang sama melakukan penelitian terhadap siswa SMA untuk menilai perkembangan literasi sains siswa pada pelajaran kimia dasar dan kimia lanjutan, hasilnya pelajaran kimia dasar dan kimia lanjutan yang diberikan pada siswa SMA berkontribusi terhadap nominal literasi (mengetahui konsep kimia) dan fungsional literasi (menjelaskan konsep kimia) tetapi tidak pada konseptual literasi (menjelaskan fenomena secara kimia) dan multidimensi literasi (membaca dan memahami artikel pendek). Holbrook, et al. (2003), menerapkan pembelajaran berbasis isu sosial (lokal dan global) yang dilakukan di Estonia dan hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran ini dapat mendukung kemampuan kreativitas siswa. Kemampuan kreativitas siswa laki-laki ternyata lebih baik dibanding siswa perempuan, terutama pada kemampuan memprediksi konsekuensi. Studi penerapan pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi juga telah dilakukan beberapa peneliti di Indonesia pada mata pelajaran IPA/Kimia (Mudzakir, et. al., 2007; Runtinah, 2008; Losarini, 2009; dan Ditha, 2009). Runtinah (2008) dan Mudzakir, et al. (2007) masing-masing menerapkannya pada materi pokok laju reaksi dan sifat asam basa di tingkat SMA. Losarini (2009) menerapkannya pada tema Asupan Makanan dan Pengaruhnya terhadap Kerja Ginjal dengan materi pokok pemisahan campuran di tingkat SMP. Ditha (2009) menerapkannya pada tema Kemasan Makanan dengan materi pokok perubahan 4

materi. Semua penelitian tersebut menemukan bahwa pembelajaran berbasis literasi sains tidak saja dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapi sekaligus dapat meningkatkan penguasaan konten, proses, konteks aplikasi, dan sikap sains siswa. Salah satu materi IPA dalam kurikulum 2006 yang memiliki potensi untuk dikembangkan melalui pembelajaran IPA terpadu adalah perubahan materi yang diajarkan di tingkat SMP/MTs. Materi ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, baik dilihat dari mata pelajaran kimia, biologi maupun fisika. Pembelajaran IPA terpadu menitikberatkan penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu sejalan dengan aspek-aspek yang akan diukur pada literasi sains yang meliputi aspek konten, proses sains, konteks apliksi sains, dan sikap sains. Sebenarnya telah ada penelitian tentang perubahan materi pada tema kemasan makanan, akan tetapi materi perubahan materi dapat diajarkan tidak hanya dengan tema kemasan makanan. Tema lain yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Sampah dan Usaha Penanggulangannya tema ini diangkat karena saat ini sampah seolah-olah sudah menjadi permasalahan yang tidak ada penyelesainnya. Setiap hari kita dapat melihat sampah menumpuk dimana-mana tanpa penanganan yang jelas dan dapat merusak lingkungan. Tema Sampah dan Usaha Penanggulangannya ini dapat dibahas secara terpadu berdasarkan kompetensi dasar Kimia (membedakan sifat fisika dan sifat kimia zat, menyimpulkan perubahan fisika dan kimia berdasarkan hasil percobaan sederhana), kompetensi dasar biologi (melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematik untuk memperoleh informasi gejala biotik dan abiotik, 5

dan mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan), dan fisika (menyelidiki sifatsifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, mendeskripsikan peranan kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari). Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti memandang perlu adanya pengembangan pembelajaran IPA terpadu pada materi pokok perubahan materi dan mengkaji model IPA terpadu tersebut sehingga dapat meningkatkan literasi sains siswa SMP/MTs. Dengan prinsip dasar IPA terpadu dan pembelajaran berbasis literasi sains diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SMP khususnya dalam aspek konten, proses, konteks, aplikasi dan sikap sains. B. Masalah Penelitian Dari uraian latar belakang sebelumnya, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pembelajaran IPA terpadu pada tema sampah dan usaha penanggulangannya dapat meningkatkan literasi sains siswa SMP? Berdasarkan masalah tersebut, dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains pada tema sampah dan usaha penanggulangannya di tingkat SMP? 6

2. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek konten sains setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains yang telah dikembangkan? 3. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek proses sains setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains yang telah dikembangkan? 4. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa SMP pada aspek konteks aplikasi sains setelah mengikuti pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains yang telah dikembangkan? 5. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains yang telah dikembangkan? C. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan arah dan jalannya penelitian, maka masalah penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains pada tema sampah dan usaha penanggulangannya hanya dibahas mengenai tahapan pembelajaranya. 2. Penguasaan literasi sains hanya dibatasi pada aspek konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. 3. Peningkatan literasi sains pada aspek konten meliputi sifat fisika, sifat kimia, perubahan fisika, dan perubahan kimia. 7

4. Peningkatan literasi sains siswa pada aspek proses sains merujuk pada proses sains menurut PISA 2006 tentang mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Memperoleh model pembelajaran IPA terpadu pada tema sampah dan usaha penanggulangannya untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP/MTs; 2. Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan kendala yang mungkin dihadapi pada implementasi pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan tentang pembelajaran IPA terpadu yang dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP/MTs. 2. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Bagi pembuat kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan pendidikan, yaitu dalam revisi kurikulum pada tingkat nasional (penetapan kompetensi dasar) maupun tingkat operasional di sekolah (penetapan materi pelajaran dan proses pembelajaran). 8

4. Bagi penelitian lain, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa pada pokok bahasan yang lain. F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA terpadu, meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik (Fogarty dalam Puskur Balitbang Depdiknas). Pada penelitian ini pengertian IPA terpadu yang dipakai adalah terpadu antar mata pelajaran (model keterpaduan). 2. Pembelajaran literasi sains adalah pembelajaran yang didasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup (Holbrook dan Rannikmae dalam Holbrook, 1998). 3. Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2006). Peningkatan literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan perolehan nilai siswa dari pretest dan posttest dalam mempelajari perubahan materi menggunakan model pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains. 4. Konten sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains merujuk kepada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan 9

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2006). Konten sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifat fisika, sifat kimia, perubahan fisika, dan perubahan kimia. 5. Proses sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains, yang mengandung pengertian proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (PISA, 2006). Proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. 6. Konteks aplikasi sains merupakan salah satu dimensi dari literasi sains dengan pengertian situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains (PISA, 2006). Konteks aplikasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sampah yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, sampah yang berhubungan dengan komponen biotik dan abiotik, tape singkong, bahan bakar kendaraan, dan balok kayu. 10