GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TA1Jf1N 2011 TENTANG GERAKANMASYARAKATHIDUP SEHAT DI PROVINSIJAWA TENGAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

DUKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS TRI DHARMA DI POLTEKKES KEMENKES. Jakarta, 23 Maret 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

G U B E R N U R L A M P U N G

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 09 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

K3 Perkantoran DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 130 TAHUN 2014 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN KEPADA CAMAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU

Transkripsi:

SALINAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 huruf b Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Pemerintah Daerah menyusun dan menetapkan Kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di wilayahnya dengan Peraturan Kepala Daerah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

- 2 - Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1505); 6. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2017 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Nomor 6 Seri E); 7. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 Nomor 1 Seri D); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Pemerintahan Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi.

- 3-6. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se-provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 7. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 8. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Lembaga Negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. 9. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, yang selanjutnya disingkat dengan GERMAS adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa.dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi stakeholder dalam melaksanakan GERMAS serta mempercepat dan mensinergikan upaya promotif dan preventif untuk hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Pasal 3 (1) Tujuan umum Peraturan Gubernur ini untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. (2) Tujuan khusus Peraturan Gubernur ini untuk: a. meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat; b. meningkatkan produktivitas masyarakat; dan c. mengurangi beban biaya kesehatan. BAB III GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT Bagian Kesatu Ruang Lingkup

- 4 - Pasal 4 Ruang lingkup pelaksanaan GERMAS meliputi: a. peningkatan aktivitas fisik; b. peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); c. penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; e. peningkatan kualitas lingkungan; dan f. peningkatan edukasi hidup sehat. Bagian Kedua Peningkatan Aktivitas Fisik Pasal 5 (1) Peningkatan aktivitas fisik dilakukan di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat umum, dan tempat kerja berupa kegiatan senam sehat bugar, gerak barisan, gerak kapiten, senam anak bangsa, dan senam nusantara. (2) Kegiatan peningkatan aktivitas fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran masyarakat. (3) Untuk mendukung pelaksanaan peningkatan aktivitas fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Daerah terkait dapat menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam meningkatkan kampanye gemar berolahraga, memfasilitasi penyelenggaraan olahraga masyarakat, meningkatkan penyediaan fasilitas sarana olahraga masyarakat, meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di sekolah, madrasah, dan satuan pendidikan secara eksternal dan ekstrakurikuler, memfasilitasi penyediaan sarana aktivitas fisik pada kawasan pemukiman dan sarana fasilitas umum, mendorong konektitas antarmoda transportasi massal termasuk penyediaan park and ride untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat. Bagian Ketiga Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

- 5 - Pasal 6 (1) Perilaku Hijau Bersih dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi, dan pemeliharaan kesehatan pada saat berada di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan fasilitas pelayanan kesehatan. (2) Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga mencakup 10 (sepuluh) indikator: a. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; b. memberi bayi ASI Eksklusif; c. menimbang bayi dan balita setiap bulan; d. menggunakan air bersih; e. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; f. menggunakan jamban sehat; g. memberantas jentik di rumah; h. makan sayur dan buah setiap hari; i. me1akukan aktivitas fisik setiap hari; dan j. tidak merokok. (3) Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan institusi pendidikan mencakup 8 (delapan) indikator: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. tidak merokok; f. tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya; g. tidak meludah sembarangan tempat; dan h. memberantas jentik nyamuk. (4) Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan tempat kerja mencakup 8 (delapan) indikator: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. tidak merokok;

- 6 - f. tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya; g. tidak meludah sembarangan tempat; dan h. memberantas jentik nyamuk. (5) Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan tempat umum mencakup 7 (tujuh) indikator: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. menggunakan jamban sehat; c. membuang sampah di tempat sampah; d. tidak merokok; e. tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya; f. tidak meludah sembarangan tempat; dan g. memberantas jentik nyamuk. (6) Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan fasilitas pelayanan kesehatan mencakup 7 (tujuh) indikator: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. tidak merokok; f. tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya; g. tidak meludah sembarangan tempat; dan h. memberantas jentik nyamuk. (7) Dalam mendorong praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6), perlu didukung dengan upaya penyediaan sarana untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir di tempat kerja, institusi pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas umum; penyediaan kantin sehat; penyediaan tempat sampah; peningkatan produksi sayur dan buah dalam negeri; pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam sayur dan buah; penyediaan konsumsi sayur dan buah dalam pertemuan di dalam atau luar kantor; fasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar di tempat kerja, institusi pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas umum; peningkatan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan produk tembakau dan minuman beralkohol; penyediaan sarana ruang menyusui; diseminasi informasi layanan

- 7 - masyarakat, terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; penerapan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok; peningkatan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah. Bagian Keempat Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi Pasal 7 Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi dilakukan melalui upaya pengawasan keamanan dan mutu pangan segar yang tidak memiliki kandungan pestisida berbahaya, pengawasan mutu dan keamanan hasil perikanan, menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar di masyarakat, pengawasan dan intervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), peningkatan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, dan bimbingan kesehatan pranikah untuk mendorong peningkatan status gizi calon pengantin. Bagian Kelima Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Pasal 8 (1) Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit mencakup kegiatan pemeriksaan kesehatan secara rutin. (2) Sasaran pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah setiap penduduk usia >15 tahun. (3) Pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) bertujuan mendorong masyarakat mengenali faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) terkait perilaku dan melakukan upaya pengendalian segera di tingkat individu, keluarga dan masyarakat; mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan sistem rujukan lanjut. (4) Untuk mendukung pelaksanaan pencegahan dan deteksi dini penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) perlu dilakukan upaya peningkatan pelaksanaan deteksi dini penyakit di Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM), serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang

- 8 - bekerjasama dengan Pemerintah Daerah; penyediaaan sarana prasarana skrining PTM; peningkatan pelayanan promotif dan preventif untuk peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) termasuk upaya pencegahan sekunder dan deteksi dini penyakit. Bagian Keenam Peningkatan Kualitas Lingkungan Pasal 9 Peningkatan kualitas lingkungan didukung dengan upaya pengendalian pencemaran badan air, pengendalian penggunaan lahan bekas tambang yang berdampak pada kesehatan, mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank sampah, serta mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan. Bagian Ketujuh Peningkatan Edukasi Hidup Sehat Pasal 10 Peningkatan edukasi hidup sehat mencakup pelaksanaan kampanye gerakan masyarakat hidup sehat, pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian ASI ekslusif, pelaksanaan kampanye gemar berolahraga, peningkatan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah dan madrasah, peningkatan pendidikan keluarga untuk hidup sehat di satuan pendidikan, peningkatan Gerakan Memasyarakatkan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat, peningkatan promosi makanan dan minuman sehat, pengawasan terhadap iklan(tayangan yang tidak mendukung Germas, promosi penggerakkan partisipasi kaum perempuan dalam upaya deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular, peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi GERMAS bagi keluarga, perempuan, dan anak. BAB IV PELAKSANAAN Pasal 11 (1) Penerapan pelaksanaan GERMAS melibatkan seluruh komponen, meliputi: a. Pemerintah Provinsi, Kabupater/Kota, Kecamatan, maupun Desa/Kelurahan;

- 9 - b. dunia Pendidikan; c. swasta dan dunia usaha; d. organisasi kemasyarakatan; dan e. individu, keluarga dan masyarakat. (2) Pelaksanaan GERMAS oleh seluruh pemangku kepentingan dilakukan secara bersinergi. (3) GERMAS dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota se- Provinsi. BAB V KELEMBAGAAN Pasal 12 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan GERMAS, Gubernur membentuk Forum Koordinasi GERMAS sebagai wadah koordinasi pelaksanaan GERMAS yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (2) Keanggotaan Forum Koordinasi GERMAS terdiri dari: a. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi; b. Wakil Ketua : Aseisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi; c. Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi; d. Wakil Sekretaris : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; e. Anggota : Seluruh pelaku/pelaksana GERMAS Pasal 13 (1) Forum Koordinasi GERMAS dalam pelaksanaan tugasnya dapat dibantu oleh Tim Teknis. (2) Forum Koordinasi GERMAS melakukan rapat koordinasi minimal 2 (dua) kali dalam setahun. (3) Tugas Forum Koordinasi GERMAS ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

- 10 - BAB VI MEKANISME PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 14 (1) Organisasi Perangkat Daerah, lintas sektor terkait, dunia usaha dan organisasi masyarakat sebagai pelaku/pelaksana GERMAS menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Sekretariat Forum Koordinasi GERMAS setiap 6 (enam) bulan. (2) Ketua Forum Koordinasi GERMAS Kabupateri/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan ke Ketua Forum Koordinasi GERMAS Provinsi setiap 1 (satu) kali dalam setahun. (3) Ketua Forum Koordinasi GERMAS Provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur dengan tembusan ke Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Dalam Negeri setiap 1 (satu) kali dalam setahun. (4) Kegiatan pelaksanaan GERMAS tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB VII PENGANGGARAN Pasal 15 (1) Setiap Perangkat Daerah terkait menyusun perencanaan dan penganggaran untuk mendukung GERMAS sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. (2) Penyusunan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Bappeda. (3) Penganggaran pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; d. Sumber pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

- 11 - BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diundangkan di Pangkalpinang pada tanggal 10 Oktober 2018 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto YAN MEGAWANDI Ditetapkan di Pangkalpinang pada tanggal 10 Oktober 2018 GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto ERZALDI ROSMAN BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 NOMOR 40 SERI E Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto MASKUPAL BAKRI Pembina Utama Tingkat I/IV.b NIP. 19630306 198603 1 015

- 12 - LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEGIATAN PELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH, INSTANSI VERTIKAL TERKAIT, PERGURUAN TINGGI, ORGANISASI PROFESI, ORGANISASI KEMASYARAKATAN, DAN LSM NO PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN KEGIATAN UTAMA INDIKATOR 1. Dinas Kesehatan a. Melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). b. Penguatan partisipasi masyarakat dalam upaya promotif dan preventif melalui UKBM c. Meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian ASI Ekslusif serta aktivitas fisik. d. Meningkatkan pelaksanaan deteksi dini di Puskesmas dan menyusun panduan pelaksanaan deteksi dini di instansi pemerintah dan swasta. 1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan minimal 5 (lima) tema kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 2. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50% (lima puluh persen) sekolah. 1. Persentase posyandu aktif 2. Persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM sesuai dengan NSPK Kesehatan 1. Jumlah petugas kesehatan yang menjadi konselor menyusui. 2. Jumlah kampanye kegiatan ASI Ekslusif. 3. Jumlah kegiatan sosialisasi gemar beraktifitas fisik. Jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun.

- 13-2. Dinas Pemuda dan Olahraga 3. Dinas Pendidikan 4. Kanwil Kementerian Agama e. Sanitasi Total Berbasis masyarakat (STBM) dan Menurunkan kebiasaan Buang Air Sembarangan. Meningkatkan kampanye gemar berolahraga, memfasilitasi penyelenggaraan olahraga masyarakat dan meningkatkan penyediaan fasilitas sarana olahraga masyarakat. a. Meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), mendorong sekolah sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan mendorong Sekolah Ramah Anak. b. Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik olahraga di sekolah dan penyediaan sarana sanitasi sekolah. c. Meningkatkan pendidikan keluarga untuk hidup sehat. a. Melaksanakan bimbingan kesehatan pranikah untuk mendorong perilaku hidup sehat dan peningkatan status gizi Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis masyarakat (STBM) dan yang Bebas Open Defecation Free (ODF) / Buang Air Besar Sembarangan (BABS). 1. Jumlah peserta olahraga massal, petualang, tantangan dan wisata. 2. Jumlah fasilitasi penyelenggaraan kejuaraan olahraga rekreasi 3. Jumlah fasilitasi sarana olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. 4. Jumlah fasilitasi kejuaraan olahraga tradisional dan layanan khusus. 1. Jumlah sekolah memiliki UKS sesuai standar pelayanan. 2. Jumlah sekolah menerapkan kebijakan KTR. 3. Jumlah sekolah ramah anak (sekolah yang bebas intimidasi dan kekerasan). 1. Jumlah satuan pendidikan yang memiliki sarana olahraga sekolah. 2. Jumlah satuan pendidikan yang meningkatkan kegiatan aktivitas fisik olahraga di sekolah. 3. Jumlah satuan pendidikan yang memiliki sarana sanitasi sekolah. Jumlah kegiatan pelayanan pendidikan keluarga untuk hidup sehat. 1. Jumlah calon pengantin memperoleh bimbingan kesehatan pranikah. 2. Jumlah rumah ibadah yang bersih dan sehat.

- 14 - calon pengantin serta mendorong pelaksanaan kegiatan rumah ibadah bersih dan sehat. b. Memperkuat fungsi Pos Kesehatan Pesantren dan Usaha Kesehatan Madrasah. c. Meningkatkan kegiatan aktifitas fisik/ olahraga di madrasah dan penyediaan sarana sanitasi masdrasah. d. Melaksanakan bimbingan tentang narkoba untuk mendorong siswa bebas rokok dan narkoba, e. Melaksanakan bimbingan tentang gizi untuk mendorong peningkatan gizi siswa di madrasah. 5. Dinas Pertanian, a. Mengawasi keamanan dan mutu pangan segar yang tidak memiliki kandungan pestisida berbahaya. b. Mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman sayur dan buah. c. Meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan Minum Susu pada masyarakat. 1. Jumlah pesantren menyelenggarakan kegiatan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). 2. Jumlah madrasah yang memiliki standar UKS yang baik. 3. Jumlah madrasah yang menerapkan KTR. 1. Jumlah madrasah yang memiliki sarana olahraga. 2. Jumlah madrasah yang meningkatkan kegiatan aktivitas fisik olahraga di sekolah. 3. Jumlah madrasah yang memiliki sarana sanitasi. 1. Jumlah satgas anti narkoba di madrasah dioptimalkan. 2. Siswa memahami dampak dari mengkonsumsi narkoba. 1. Siswa mendapatkan bimbingan tentang gizi. 2. Pemberian makanan yang bergizi kepada siswa. Jumlah kegiatan pengawasan keamanan dan mutu pangan segar yang efektif. Jumlah desa yang mengembangkan pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayur dan buah. Jumlah konsumsi protein hewani (daging, susu, dan te1ur) Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

- 15 - d. Kampanye produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). 6. Dinas Kelautan dan Perikanan 7. Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Pengelolaan Sumber Daya Air 8. Dinas Perhubungan e. Mengawasi mutu dan keamanan hasil peternakan. a. Meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat. b. Mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan daerah. a. Mendorong/ penyediaan sarana aktivitas fisik pada kawasan permukiman dan sarana fasilitas umum. b. Mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah untuk menyediakan ruang terbuka hijau publik yang memadai di wilayahnya. c. Memfasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar pada fasilitas umum. d. Meningkatkan kualitas rumah menjadi rumah layak huni. a. Mendorong kawasan bebas kendaraan bermotor (car free day) untuk memfasilitasi kegiatan aktivitas fisik masyar akat, Jumlah temuan penyimpangan kasus produk pangan di lapangan. 1. Semakin meningkatnya konsumsi ikan provinsi. 2. Jumlah lokasi pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan. Makan lkan [Gemarikan]. Jumlah lokasi yang diawasi mutu dan keamanan hasil perikanannya dari residu dan bahan berbahaya. Jumlah unit satuan rumah) yang dilengkapi dengan Prasarana dan Sarana Umum pendukungnya yang siap untuk dimanfaatkan. Luas ruang terbuka hijau di perkotaan. Jumlah fasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar pada fasilitas umum. Jumlah rumah sehat bagi keluarga fakir dari Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). a. Jumlah pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan. b. Jumlah pembangunan fasilitas pejalan kaki termasuk jalur pesepeda.

- 16-9. Dinas Lingkungan Hidup 10. Dinas Perdagangan b. Mendorong konektivitas antarmoda transportasi publik termasuk penyediaan "park and ride" untuk meningkatkan aktivitas fisik masyarakat. c. Mendorong dan mengurangi pengguna kendaraan pribadi dan sepeda motor dengan angkutan massal untuk mengurangi polusi udara dan efisiensi ruang jalan. a. Mengendalikan pencemaran badan air. b. Mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank sampah untuk mengurangi timbunan sampah. c. Mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan. a. Meningkatkan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, penjualan tembakau minuman serta berbahaya sering disalahgunakan dalam Jumlah fasilitas antarmoda angkutan transportasi massal yang terkoneksi dengan jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Peningkatan pelayanan dengan kendaraan umum berkapasitas besar dan ramah lingkungan. Terbangunnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik dan IPAL Usaha Skala Kecil (USK) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas. Jumlah timbunan sampah yang terkurangi melalui pembangunan bank sampah, penerapan Extended Producer Responsibility (EPR) oleh produsen dan retail, pusat daur ulang sampah kapasitas 1 ton/hari, penghargaan adipura, dan urban farmning. Jumlah komunitas penyelamat Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan pada kawasan DAS, danau/mata air, rawa, gambut, pesisir, laut, dan pulau keci!, komunitas sekitar kawasan industri dan pemukiman, serta komunitas cinta alam pada kawasan konservasi yang turut serta dalam perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. Jumlah kegiatan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan produk tembakau, minuman beralkohol, dan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan.

- 17 - pangan. 11. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Dinas Komunikasi dan lnformatika b. Meningkatkan promosi makanan dan minuman sehat termasuk sayur dan buah produksi dalam negeri. a. Sosialisasi kepada perusahaan untuk me1aksanakan pemeriksaan kesehatan/deteksi dini penyakit pada pekerja. b. Sosialisasi kepada perusahaan tentang pentingnya penyediaan ruang ASI, sarana olahraga, dan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. a. Melakukan diseminasi informasi layanan masyarakat terkait pola hidup sehat b. Melakukan pengamatan terhadap iklan/tayangan yang tidak mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Jumlah kegiatan promosi makanan dan minuman sehat termasuk sayur dan buah produksi dalam negeri. Jumlah perusahaan yang melaksanakan pemeriksaan kesehatari/deteksi dini penyakit kepada tenaga kerja. 1. Jumlah perusahaan yang melaksanakan kegiatan olahraga. 2. Jumlah perusahaan yang menyediakan sarana ruang menyusui. 3. Jumlah perusahaan yang menerapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di area kerjanya. Jumlah pesan perilaku hidup bersih dan sehat yang mudah dipahami oleh masyarakat. Jumlah iklan tayangan yang diamati tidak mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 13. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana. a. Meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KlE) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat bagi keluarga, perempuan, dan anak.. b. Koordinasi Program Keluarga Berencana. Jumlah kegiatan KIE Gerakan Masyarakat Sehat. Meningkatnya jumlah akseptor Keluarga Berencana. 14. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Mendorong pemanfaatan dana desa untuk mendukung pelaksanaan GERMAS di setiap desa (seperti kegiatan olahraga senam bersama di desa, Jumlah dana desa yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan GERMAS di setiap desa.

- 18 - pemanfaatan Posbindu untuk deteksi PTM, penyediaan air bersih, jamban sehat, dan lainlain). 15. Dinas Pangan a. Mengawasi keamanan dan mutu pangan. b. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan di masyarakat. c. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan ke1uarga. d. Pengembangan desa pangan aman. 16. Dinas Sosial a. Meningkatkan kegiatan aktivitas fisikjolahraga di tempat rehabilitasi sosial dan penyediaan sarana sanitasi. b. Mendukung penyediaan rumah sehat bagi keluarga fakir mela!ui kegiatan rehabilitasi sosia! Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). c. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan sosial kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial untuk dapat hidup sehat. Jumlah lokasi pengawasan keamanan dan mutu pangan. Jumlah Kabupaten/Kota yang terbina dalam rangka peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan di masyarakat. Jumlah Kabupaten/Kota yang tersosialisasi peningkatan gizi pangan keluarga. Jumlah desa aman pangan yang terbina. 1. Jumlah rehabilitasi sosial yang meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga. 2. Jumlah rehabilitasi sosial yang memiliki sarana sanitasi. Jumlah rumah sehat bagi keluarga fakir melalui kegiatan rehabilitasi sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima pelayanan kesehatan Program Indonesia Sehat (PIS). 17. Balai Pengawas Obat dan Makanan a. Menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar di masyarakat. 1. Jumlah Desa Pangan Aman. 2. Jumlah Pasar aman (Paman) yang diintervensi. 3. Jumlah Pasar aman dari bahan berbahaya yang diintervensi.

- 19-18. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) 19. Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappppeda) 20. Sekretariat Daerah b. Memperkuat dan memperluas pengawasan dan intervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif untuk peserta termasuk upaya pencegahan sekunder dan deteksi dini penyakit. a. Melaksanakan koordinasi perencanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. b. Mengukur indikator keberhasilan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. a. Mendorong instansi pemerintah daerah untuk menyediakan sarana aktivitas fisik dan melaksanakan olahraga serta deteksi dini penyakit secara rutin. b. Mendorong semua instansi pemerintah untuk menyediakan sarana ruang ASI, menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), serta konsumsi sayur dan buah dalam pertemuan di dalam atau luar kantor. Jum1ah sekolah yang diintervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). 1. Jumlah pelayanan promotif dan preventif dalam paket Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) termasuk upaya pencegahan sekunder dan deteksi dini penyakit. 2. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Capaian Indikator Keberhasilan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 1. Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang menyediakan sarana aktivitas fisik dan melaksanakan olahraga. 2. Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang melakukan deteksi dini penyakit secara rutin. 1. Jumlah instansi Pemerintah daerah yang menyediakan sarana ruang ASI. 2. Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 3. Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang menerapkan konsumsi sayur dan buah dalam pertemuan di dalam atau luar kantor.

- 20-21. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah c. Meningkatkan Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat (Trias UKS/M) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mendorong pelaksanaan GERMAS di daerah melalui dukungan kebijakan publik berwawasan kesehatan. 1. Jumlah Tim Pembina UKS/M (TP UKS/M) Kabupaten/Kota yang terbina untuk melaksanakan pembinaan di Kecamatan pada wilayah kerjanya. 2. Jumlah sekolah yang sudah melaksanakan Program UKS/M di Kabupaten/Kota. 3. Jumlah sekolah yang melaksanakan senam UKS/M di Kabupaten/ Kota. 4. Jumlah sekolah yang menerapkan 8 indikator PHBS sekolah. Jumlah kebijakan di daerah yang mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 22. Perguruan Tinggi Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat yang mendukung Program GERMAS. 1. Jumlah publikasi hasil penelitian yang mendukung Program GERMAS. 2. Jumlah desa binaan yang mendukung Program GERMAS. 3. Frekuensi pengabdian masyarakat yang dilaksanakan untuk mendukung Program GERMAS 23. Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan, dan LSM Kegiatan pemberdayaan masyarakat. Jumlah kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan untuk mendukung GERMAS. GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, dto ERZALDI ROESMAN