Oleh: Daniah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

INSTRUMEN PENILAIAN MAGANG I

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

2015 PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB V PEMBAHASAN. A. Penetapan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku. kepribadian siswa dalam menerapkan pendidikan karakter

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Baik buruknya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan karakter telah menjadi bagian penting dari visi dan misi SMA

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

KEMAMPUAN GURU MI MENGINTEGRASIKAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA MIN MITRA FTK UIN AR-RANIRY

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang mutlak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peneliti akan melakukan analisa data untuk menjelaskan labih lanjut hasil dari

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB II TUJUAN PENDIDIKAN, VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan karakter di SDIT Hidayatullah Daren Nalumsari Jepara Tahun Ajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KELAS TINGGI DI SD NEGERI 1 TANJUNG KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

Transkripsi:

MODEL PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SAINS DI PENDIDIKAN DASAR (Studi Deskriptif di Beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah) Oleh: Daniah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Kekhawatiran terhadap fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan, fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya perilaku kejujuran, menurunnya rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong royong di antara anggota masyarakat. Jauh sebelum munculnya istilah pendidikan karakter, sesungguhnya pendidikan agama Islam sudah merupakan suatu model pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter karena pendidikan agama Islam pada dasarnya merupakan upaya penanaman atau internalisasi nilai-nilai Islam yang berdasar pada ajaran Islam (Al-Qur an dan Al-Sunnah) melalui pendidikan dan pembelajaran. Kondisi pembelajaran Sains masih belum mencapai yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan Nasional. Sebagian besar guru hanya mengajarkan aspek hard skill saja. Belum ditemukan model khusus dari guru Sains di beberapa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah dalam pembinaan karakter religius siswa. Pembinaan karakter religius siswa masih dilaksanakan secara terpisah sehingga terkesan guru seperti belum mampu mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran terutama sekali mata pelajaran Sains. Kata kunci: Pendidikan Karakter, Karakter Religius, Pembelajaran Sains 19

A. Pendahuluan Jauh sebelum munculnya istilah pendidikan karakter, sesungguhnya pendidikan agama Islam sudah merupakan suatu model pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter karena pendidikan agama Islam pada dasarnya merupakan upaya penanaman atau internalisasi nilai-nilai Islam yang berdasar pada ajaran Islam (Al-Qur an dan Al-Sunnah) melalui pendidikan dan pembelajaran. Pencanangan program pemerintah untuk menerapkan kurikulum pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional merupakan peluang strategis untuk mengintregasikan nilai-nilai Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. Integrasi nilai-nilai agama diperlukan dalam kurikulum pendidikan karakter karena agama merupakan acuan utama yang membawa manusia untuk membentuk kehidupan yang bermoral. Meskipun tiap-tiap agama memiliki perbedaan mendasar antara yang satu dengan yang lain namun ada satu kesamaan prinsip bahwa setiap perilaku manusia dalam kehidupan ini akan berdampak atau mendapatkan balasan yang setimpal di masa yang akan datang. 1 Oleh karena itu manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki kewajiban berbuat baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan. 2 Kekhawatiran terhadap fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan, fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya perilaku kejujuran, menurunnya rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong royong di antara anggota masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut Saini dalam Syam mengungkapkan bahwa: perilaku keras, beringas, korupsi, keterpurukan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertanda kekalahan budaya ini. Karakter bangsa dibentuk oleh kreativitas bangsa itu sendiri. Kreativitas akan berkaitan erat dengan kesejahteraan dan kekenyalan bangsa ketika menghadapi persoalan bangsa, bangsa yang kreatiflah yang akan tahan dan kukuh berdiri di tengah-tengah 1 Juono, P. R, Konsep Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pendidikan Karakter, ([Online]. Tersedia: http://juonorp.blogspot.co.id/2014/10/konsep-integrasi-nilai-nilai-islam.html., 2014). 2 Lickona, Thomas, Educating for Character, Terj. Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, (2013). 20

bangsa lain, kita perlu rujukan budaya tradisi yang bernilai dinamis dan positif yang memang terdapat pada semua subkultur bangsa ini. 3 Peluang emas bagi guru untuk turut berkontribusi dalam membina karakter peserta didik dengan memasukkan nilai-nilai religius dalam pembelajaran. Pembinaan karakter religius siswa saat ini bukan lagi sepenuhnya tugas dari guru pendidikan agama semata tetapi sudah seharusnya menjadi perhatian bagi semua guru mata pelajaran, apalagi dengan pencanangan program pemerintah menerapkan kurikulum pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional merupakan peluang strategis untuk membina karakter religius siswa dalam membentuk kehidupan yang bermoral. Kondisi pembelajaran Sains masih belum mencapai yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan Nasional. Sebagian besar guru hanya mengajarkan aspek hard skill saja yang meliputi: kognitif dan psikomotorik, begitu pula dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru dan kepala sekolah di beberapa SD di Kecamatan Pegaseng, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah terungkap bahwa guru sangat jarang bahkan hampir tidak pernah mengintegrasikan nilainilai religius dalam pembelajaran Sains dengan alasan tidak sempat karena keterbatasan waktu, tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk mengintegrasikan nilai-nilai religius tersebut, serta kesulitan dalam mengembangkan instrumennya. Pada umumnya guru menganggap pembinaan karakter religius siswa hanya pantas diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dan guru sangat jarang serta hampir tidak pernah membina karakter religius siswa melalui mata pelajaran lain seperti Sains. Pada kenyataannya dalam pembelajaran Sains juga menyumbangkan pendidikan karakter dengan nilai-nilai religius yang terkandung di dalamnya melalui pendidikan sikap ilmiah dan kerja ilmiah yang merupakan bagian dari metode ilmiah. Hanya saja guru harus pintar di dalam menggali nilai atau karakter dalam pembelajaran Sains. Sains tidak memiliki nilai kehidupan, tetapi dengan mempelajari Sains peserta didik dapat mengambil manfaatnya berupa nilai-nilai kehidupan. 3 Syam, F, Renungan BJ. Habibie Membangun Peradaban Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hal. 285-286. 21

B. Pembahasan 1. Model Pembinaan Karakter Religius Siswa SD Di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah Penelitian ini berhasil menemukan berbagai model dan program yang dikembangkan oleh sekolah dalam pembinaan karakter religius siswa. Program pembinaan karakter religius siswa yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah berpijak dari visi dan misi yang dikembangkan oleh sekolah. Berikut ini merupakan visi dan misi dari beberapa sekolah: Tabel 4. 1. Visi dan misi beberapa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah Nama Sekolah Visi Misi SD Negeri 8 Pegasing Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar. 1. Menyiapkan generasi yang memiliki potensi di bidang imtaq dan iptek. 2. Membangun citra sekolah sebagai mitra SD Negeri 9 Pegasing Terciptanya sekolah ramah, anak unggul dalam prestasi, berkarakter, berakar pada budaya dan berwawasan lingkungan berlandaskan imtaq dan imtek. terpercaya. 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif dan kreatif. 2. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 3. Membudayakan kegiatan 6S, yaitu: senyum, salam, sapa, sopan, santun, semangat, dan sepenuh hati pada seluruh warga sekolah. 4. Menumbuhkan dan melestarikan budaya lokal. 5. Mengembangkan mutu kelembagaan dan manajemen. 22

Sekolah-sekolah yang menjadi sampel penelitian mencantumkan secara langsung atau pun tidak langsung pengembangan karakter tersebut pada visi dan misi sekolah. Dari visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam berbagai program untuk menunjang keberhasilan program pendidikan karakter. Visi dan misi yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah biasanya secara struktural akan memiliki keterkaitan dengan rencana strategis yang dikembangkan oleh instansi vertikal tempat sekolah tersebut bernaung. Untuk sekolah-sekolah negeri akan sejalan dengan rencana strategis yang dikembangkan oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota. Program-program yang dijabarkan dari visi dan misi yang dikembangkan sekolah dapat berupa aturan atau tata tertib yang dibuat sekolah dalam rangka mencapai tujuan pengembangan pendidikan karakter. Peraturan yang dibuat oleh sekolah menjadi acuan para siswa dalam melakukan tindakan atau bersikap. Pemahaman secara baik terhadap visi dan misi sekolah menjadi hal penting yang harus mendapat perhatian sekolah. Semua civitas sekolah harus memahami betul visi dan misi yang dikembangkan sekolah. Berikut merupakan model pembinaan karakter religius siswa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah: Tabel 4. 2. Model pembinaan karakter religius siswa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah Nama Sekolah SD Negeri 8 Pegasing SD Negeri 9 Pegasing Model Pembinaan Karakter Religius 1. Senin : Upacara (pembacaan ayat suci Al- Qur an dan do a untuk para pahlawan) 2. Selasa : Setelah selesai senam (membaca ayatayat pendek) 3. Rabu : Setelah selesai senam (membaca asmaul husna) 4. Kamis : Setelah selesai senam (praktek shalat lima waktu) 5. Jumat : Setelah selesai senam (membaca surat yasin) 6. Pesantren kilat (di bulan ramadhan) 7. Pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) dan BTA (Baca Tulis Al-Qur an) 1. Membaca surat yasin 2. Membaca asmaul husna 23

SD Negeri 10 Pegasing 3. Praktek shalat sunat 4. Bershalawat 5. Membiasakan menyalami guru 1. Setiap pagi guru membimbing anak-anak membaca do a dan mengajar cara shalat 2. Setiap hari jumat anak-anak dibimbing membaca surat yasin, dll. 3. Melatih dan praktek shalat serta menghafal ayatayat pendek Dari model pembinaan karakter religius siswa di beberapa sekolah belum ditemukan model khusus atau belum ada pengembangan dari model pembinaan karakter religius yang sudah ada tersebut, pada umumnya hampir sama dengan sekolah lainnya. Setiap sekolah dengan program-program yang strategis untuk membangun karakter mulia pastinya sudah dibuat secara rinci melalui peraturan dan tata tertib sekolah. Tata tertib ini menjadi dasar bagi para siswa dan seluruh civitas sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, dan siapa pun) dalam beraktivitas sehari-hari di sekolah. Terkadang visi dan misi sekolah hanya merupakan jargon atau slogan yang menjadi penghias sekolah bagi masyarakat di luar sekolah. Membangun karakter sekolah memerlukan waktu yang relatif lama. Budaya salam, senyum, sapa, jabat tangan, dan ucapan selamat harus selalu dilestarikan atau diupayakan dan tidak hanya berhenti sampai batas waktu tertentu. Bersamaan dengan pembinaan karakter religius siswa alangkah baiknya dibudayakan juga nilai-nilai kebaikan seperti disiplin, kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, empati, dan nilai-nilai lainnya di sekolah. 2. Model Pembinaan Karakter Religius Siswa SD Di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah Oleh Guru Sains Belum ditemukan model khusus dari guru Sains dalam pembinaan karakter religius siswa. Pembinaan karakter religius siswa masih dilaksanakan secara terpisah sehingga terkesan guru seperti belum mampu mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran terutama sekali mata pelajaran Sains. Padahal dalam pembelajaran Sains juga menyumbangkan pendidikan karakter dengan nilai-nilai 24

religius yang terkandung di dalamnya melalui pendidikan sikap ilmiah dan kerja ilmiah yang merupakan bagian dari metode ilmiah. Hanya saja guru harus pintar di dalam menggali nilai atau karakter dalam pembelajaran Sains. Sains tidak memiliki nilai kehidupan, tetapi dengan mempelajari Sains peserta didik dapat mengambil manfaatnya berupa nilai-nilai kehidupan. Sebagian besar tenaga pendidik masih belum paham dalam memanfaatkan perangkat pembelajaran salah satunya adalah instrumen penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran Sains dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan instrumennya. Pembinaan karakter religius siswa yang dilaksanakan adalah dalam aktivitas keagamaan di mana hal ini sudah menjadi kebijakan umum di setiap sekolah yang mana aktivitas keagamaan harus dibudidayakan agar peserta didik dapat menjadi insan yang religius. Selama ini pembinaan karakter religius siswa memang dilaksanakan oleh semua guru dengan sistem piket dalam aktivitas keagamaan saja, namun belum mampu membinanya melalui pengintegrasian ke dalam mata pelajaran Sains, begitu pula dengan mata pelajaran lainnya selain mata pelajaran agama. 3. Faktor Penghambat Keberhasilan Guru Sains Dalam Pembinaan Karakter Religius Siswa SD Di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah Faktor penghambat bagi guru terutama sekali guru Sains dalam pembinaan karakter religius siswa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah, diantaranya tidak semua civitas sekolah mengetahui dan memahami betul visi dan misi yang dikembangkan sekolah, masih kurangnya kebersamaan civitas sekolah dalam mengembangkan program-program sekolah terhadap pembinaan karakter religius siswa, guru belum mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter religius ke dalam mata pelajaran terutama sekali mata pelajaran Sains (apalagi guru yang memiliki wawasan keislaman yang kurang akan sulit melakukan upaya integrasi ini), kurangnya sarana dan prasarana (terutama sekali dana) yang mendukung, tidak adanya tim khusus yang dibentuk sekolah yang akan bertanggung jawab penuh dalam pembinaan karakter religius siswa, masih ada sebagian orang tua siswa yang kurang berpartisipasi atau kurang mendukung, kurangnya seminar-seminar 25

yang berhubungan dengan Islamisasi pengetahuan atau sains Islami, perbedaan individu siswa, dan adanya sistem sentralisasi. C. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari model pembinaan karakter religius siswa di beberapa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah belum ditemukan model khusus atau belum ada pengembangan dari model pembinaan karakter religius. Pembinaan karakter religius siswa yang dilaksanakan adalah dalam aktivitas keagamaan di mana hal ini sudah menjadi kebijakan umum di setiap sekolah yang mana aktivitas keagamaan harus dibudidayakan agar peserta didik dapat menjadi insan yang religius. 2. Belum ditemukan model khusus dari guru Sains di beberapa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah dalam pembinaan karakter religius siswa. Pembinaan karakter religius siswa masih dilaksanakan secara terpisah sehingga terkesan guru seperti belum mampu mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran terutama sekali mata pelajaran Sains. 3. Faktor penghambat bagi guru terutama sekali guru Sains dalam pembinaan karakter religius siswa di beberapa SD di Kecamatan Pegaseng Aceh Tengah, diantaranya tidak semua civitas sekolah mengetahui dan memahami betul visi dan misi yang dikembangkan sekolah, masih kurangnya kebersamaan civitas sekolah dalam mengembangkan program-program sekolah terhadap pembinaan karakter religius siswa, guru belum mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter religius ke dalam mata pelajaran terutama sekali mata pelajaran Sains (apalagi guru yang memiliki wawasan keislaman yang kurang akan sulit melakukan upaya integrasi ini), kurangnya sarana dan prasarana (terutama sekali dana) yang mendukung, tidak adanya tim khusus yang dibentuk sekolah yang akan bertanggung jawab penuh dalam pembinaan karakter religius siswa, masih ada sebagian orang tua siswa yang kurang berpartisipasi atau kurang mendukung, kurangnya seminar-seminar yang 26

berhubungan dengan Islamisasi pengetahuan atau sains Islami, perbedaan individu siswa, dan adanya sistem sentralisasi. D. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Visi dan misi sekolah bukan hanya merupakan jargon atau slogan yang menjadi penghias sekolah bagi masyarakat tetapi harus mampu menerapkan serta mengembangkan program-program yang dijabarkan dari visi dan misi sekolah tersebut. 2. Pembinaan karakter religius siswa tidak hanya harus dilakukan oleh civitas akademika saja, namun juga bekerjasama dengan stake holder, dalam hal ini orang tua dan masyarakat. 3. Guru harus terus meningkatkan kompetensinya melalui peran aktif dalam pelatihan-pelatihan dan seminar sehingga akan melahirkan guru-guru yang kreatif, inovatif dan mampu menghadapi tuntutan perkembangan dunia pendidikan yang sangat dinamis. 4. Membangun karakter mulia tidak cukup hanya dengan melalui mata pelajaran tertentu tetapi lebih baik lagi diintegrasikan dalam semua mata pelajaran di sekolah. 27

DAFTAR PUSTAKA Juono, P. R, Konsep Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pendidikan Karakter, ([Online]. Tersedia: http://juonorp.blogspot.co.id/2014/10/konsep-integrasi-nilai-nilaiislam.html., 2014). Lickona, Thomas, Educating for Character, Terj. Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, (2013). Syam, F, Renungan BJ. Habibie Membangun Peradaban Indonesia, (Jakarta: Gema Insani, 2009) 28