DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan.

2016, No Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah d


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 D

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kepolisian Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN CATATAN KEPOLISIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; NOMOR 60 TAHUN 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tent

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LAYANAN POLISI 110 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEP

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUBANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Polres Lampung Tengah Di Gunung Sugih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tam

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 33 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

284 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 16/2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Syarat dan Tata Cara Penetapan Pembagian Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4714); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini yang dimaksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 2. Daerah Hukum Polri yang selanjutnya disebut Daerah Hukum Kepolisian adalah wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, wilayah perairan dan wilayah udara dengan batasbatas tertentu dalam rangka melaksanakan fungsi dan peran Kepolisian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kepala Polri yang selanjutnya disebut Kapolri adalah Pimpinan Polri dan penanggung jawab penyelenggara fungsi kepolisian. 4. Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi. 5. Kepala Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut Kapolda adalah pimpinan Polri di daerah Provinsi dan bertanggung jawab kepada Kapolri. 6. Kepolisian Resor yang selanjutnya disebut Polres adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota. 7. Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya disebut Kapolres adalah pimpinan Polri di wilayah kabupaten/ kota dan bertanggung jawab kepada Kapolda.

- 3-8. Kepolisian Sektor yang selanjutnya disebut Polsek adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah kecamatan. 9. Kepala Kepolisian Sektor yang selanjutnya disebut Kapolsek adalah pimpinan Polri di wilayah kecamatan dan bertangung jawab kepada Kapolres. Pasal 2 Pengaturan syarat dan tata cara penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian bertujuan untuk: a. mengoptimalkan pencapaian sasaran fungsi dan peran Polri serta kepentingan pelaksanaan tugas dan kepastian hukum; b. terselenggaranya penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian yang sesuai dan serasi dengan pembagian wilayah berdasarkan administrasi pemerintahan daerah dan/atau sistem peradilan pidana yang terpadu dan/atau menurut kepentingan pelaksanaan tugas Polri; dan c. terwujudnya tertib administrasi dan keteraturan dalam penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian. Pasal 3 Syarat dan tata cara penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian dilaksanakan dengan prinsip: a. prosedural, yaitu dilaksanakan sesuai dengan mekanisme, tata cara, kaidah dan norma yang berlaku dalam suatu organisasi; b. transparan, yaitu proses perencanaan, penetapan pembagian daerah hukum, dilaksanakan secara terbuka dengan mempertimbangkan saran masukan dan pendapat dari internal dan eksternal Polri; c. efektif dan efisien, yaitu dilakukan secara cepat, tepat dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Polri dan masyarakat; d. nesesitas yaitu berdasarkan kebutuhan organisasi dan situasi yang dihadapi; dan

- 4 - e. proporsional yaitu berdasarkan pemenuhan kebutuhan tugas, fungsi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan oleh Polri dan keserasian dengan pemerintahan daerah. Pasal 4 Daerah Hukum Kepolisian meliputi: a. daerah hukum markas besar untuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. daerah hukum Polda untuk wilayah Provinsi; c. daerah hukum Polres untuk wilayah Kabupaten/Kota; dan d. daerah hukum Polsek untuk wilayah Kecamatan. BAB II PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN Bagian Kesatu Pembagian Pasal 5 (1) Pembagian Daerah Hukum Kepolisian dilakukan berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan dan/atau perangkat sistem peradilan pidana terpadu serta berdasarkan kepentingan penyelenggaraan fungsi dan peran kepolisian. (2) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, kemampuan, fungsi dan peran kepolisian, luas wilayah serta keadaan penduduk, Kapolri dapat menentukan Daerah Hukum Kepolisian di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b sampai dengan huruf d. Bagian Kedua Persyaratan Pasal 6 (1) Syarat penetapan pembagian dan perubahan Daerah Hukum Kepolisian:

- 5 - a. adanya pembentukan atau pemekaran wilayah administrasi pemerintahan daerah; dan/atau b. kepentingan penyelenggaraan fungsi dan peran kepolisian dan/atau perangkat sistem peradilan pidana terpadu. (2) Penentuan Daerah Hukum Kepolisian di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) tidak wajib memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. Bagian Ketiga Tata Cara Pasal 7 (1) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah hukum Polda: a. Kapolda membentuk kelompok kerja yang diketuai Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda dengan melibatkan satuan fungsi terkait untuk menyusun telaahan staf tentang Penetapan Pembagaian Daerah Hukum Polda; b. Kapolda mengajukan usulan kepada Kapolri dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri; c. berdasarkan arahan Kapolri, Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri: 1. melakukan pengkajian terhadap telaahan staf yang diusulkan; dan 2. membentuk tim studi kelayakan yang diketuai oleh Kepala Biro Kelembagaan dan Tata Laksana Staf Perencanaan Umum dan Anggaran Polri (Karolemtala Srena Polri) dengan melibatkan satuan fungsi terkait; d. hasil studi kelayakan dilaporkan Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri kepada Kapolri untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan penetapan daerah hukum;

- 6 - e. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri mengirimkan kepada Kapolda: 1. surat penolakan, apabila Kapolri menolak usulan penetapan daerah hukum; atau 2. Keputusan Kapolri tentang Penetapan Daerah Hukum, apabila Kapolri menyetujui usulan penetapan daerah hukum; f. Kapolri mengukuhkan daerah hukum Polda. (2) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah hukum Polres: a. Kapolres membentuk kelompok kerja yang diketuai Wakapolres dengan melibatkan satuan fungsi terkait untuk menyusun telaahan staf tentang penetapan pembagaian daerah hukum Polres; b. Kapolres mengusulkan kepada Kapolda tentang Penetapan daerah hukum; c. berdasarkan arahan Kapolda, Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda: 1. melakukan pengkajian terhadap telaahan staf yang diusulkan; dan 2. membentuk Tim studi kelayakan dengan melibatkan satuan fungsi terkait; d. hasil studi kelayakan dilaporkan Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda kepada Kapolda untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan penetapan daerah hukum; e. apabila Kapolda menolak usulan penetapan daerah hukum, Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda mengirimkan surat penolakan kepada Kapolres; f. apabila Kapolda menyetujui usulan penetapan daerah hukum, diajukan kepada Kapolri dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri; g. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri membentuk tim pengkajian untuk melaksanakan studi kelayakan

- 7 - yang diketuai oleh Kepala Biro Kelembagaan dan Tata Laksana Staf Perencanaan Umum dan Anggaran Polri (Karolemtala Srena Polri) dengan melibatkan satuan fungsi terkait dan melaporkan hasilnya kepada Kapolri untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan penetapan daerah hukum; h. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri mengirimkan kepada Kapolda: 1. surat penolakan, apabila Kapolri menolak usulan penetapan daerah hukum; atau 2. Keputusan Kapolri tentang Penetapan Daerah Hukum, apabila Kapolri menyetujui usulan penetapan daerah hukum; i. berdasarkan keputusan Kapolri, Kapolda mengukuhkan daerah hukum Polres dan melaporkan pelaksanaannya kepada Kapolri, dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri. (3) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah hukum Polsek: a. Kapolsek mengusulkan penetapan pembagian daerah hukum kepada Kapolres; b. Kapolres membentuk kelompok kerja penyusunan telaahan staf penetapan daerah hukum yang diketuai Kepala Bagian Perencanaan (Kabagren) dengan melibatkan satuan fungsi terkait; c. Kapolres mengusulkan kepada Kapolda tentang Penetapan Daerah Hukum; d. berdasarkan arahan Kapolda, Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda membentuk tim studi kelayakan dengan melibatkan satuan fungsi terkait; e. Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda melaporkan hasil studi kelayakan kepada Kapolda untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan penetapan daerah hukum;

- 8 - f. Kapolda mengusulkan penetapan pembagian daerah hukum kepada Kapolri dengan tembusan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri dan para Asisten Kapolri; g. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri melakukan pengkajian dengan melibatkan satuan fungsi terkait dan melaporkan hasilnya kepada Kapolri untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan penetapan daerah hukum; h. berdasarkan persetujuan Kapolri, Kapolda menetapkan daerah hukum Polsek dengan Keputusan Kapolda; dan i. berdasarkan Keputusan Kapolda, Kapolres mengukuhkan daerah hukum Polsek dan melaporkan pelaksanaannya kepada Kapolda. (4) Format telaahan staf penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kapolri ini. Pasal 8 (1) Tim Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c angka 2, ayat (2) huruf c angka 2 dan ayat (3) huruf d melakukan kegiatan: a. audiensi dengan pejabat Polri dan/atau pejabat Pemda setempat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), aparat penegak hukum, instansi terkait dan tokoh masyarakat; b. pengkajian dan penilaian untuk mencocokkan data awal dalam telaahan staf dengan kondisi riil di daerah/lokasi yang dituangkan dalam formulir studi kelayakan; c. peninjauan dan pengkajian lapangan tentang lokasi, lingkungan dan tingkat kerawanan, keamanan dan ketertiban masyarakat;

- 9 - d. pelaporan hasil studi kelayakan dengan melampirkan dokumentasi; dan e. membuat rekomendasi penetapan pembagian daerah hukum. (2) Format Laporan hasil studi kelayakan dan formulir studi kelayakan penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kapolri ini. Pasal 9 (1) Administrasi yang dilampirkan dalam usulan penetapan daerah hukum: a. Polda: 1. peraturan perundang-undangan yang menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah administrasi pemerintahan daerah provinsi, kecuali untuk penetapan daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2); 2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang Penetapan Daerah Hukum Polda; dan 3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah Provinsi, dan DPRD; b. Polres: 1. peraturan perundang-undangan yang menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah administrasi pemerintahan daerah kabupaten/kota, kecuali untuk penetapan daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2); 2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang Penetapan Daerah Hukum Polres; dan 3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

- 10 - c. Polsek: 1. peraturan perundang-undangan yang menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah administrasi kecamatan, kecuali untuk penetapan daerah hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2); 2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan serta hasil pengkajian tentang Penetapan Daerah Hukum Polsek; dan 3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). (2) Format formulir laporan hasil koordinasi tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Kapolri ini. BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Pada saat berlakunya Peraturan Kapolri ini, daerah hukum Polda, Polres Metro, Polres Kota Besar, Polres Kota, Polres dan Polsek masih tetap berlaku sampai diadakan perubahan. Pasal 11 Pada saat Peraturan Kapolri ini mulai berlaku, Surat Keputusan Kapolri Nomor: Skep/616/XII/2009 tentang Panduan Implementasi Penetapan Daerah Hukum Kesatuan Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

- 11 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kapolri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

- 12 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA FORMAT TELAAHAN STAF TENTANG PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN KOPSTUK TELAAHAN STAF Nomor: R/TS/.../.../.../... tentang (PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN POLDA/POLRES/POLSEK/KAWASAN *) I. PERMASALAHAN A. bahwa dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Polri dan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut diusahakan harmonis, sesuai dan serasi dengan pembagian wilayah administrasi pemerintahan daerah dan perangkat sistem peradilan pidana terpadu; B. searah dengan kebijakan pembentukan atau pemekaran wilayah dan otonomi daerah, sejak telah dibentuk Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kecamatan.. di wilayah Provinsi, serta mempertimbangkan kepentingan pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian, kemampuan Polri, luas wilayah serta karakteristik daerah; C. ditinjau...

- 13-2 C. ditinjau dari berbagai aspek, penetapan pembagian daerah hukum kepolisian Kesatuan Kewilayahan pada Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan... tersebut, sangat strategis karena: a....; b....dst; D. seiring dengan perkembangan tersebut, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepolisian kepada masyarakat diperlukan adanya penetapan pembagian daerah hukum pada kesatuan kewilayahan...; E....dst. II. PRA ANGGAPAN Tanpa adanya penetapan pembagian daerah hukum kepolisian pada kesatuan Polres/Polsek. tersebut maka, dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam proses penegakan hukum serta menjadikan kendala pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian dalam proses peradilan tindak pidana dan pelayanan kepada masyarakat. III. FAKTA A. Provinsi. membawahi.. Kota dan.. Kabupaten, yaitu: 1. Kota..(sudah ada Polres); 2. Kota..(sudah ada Polres); 3. Kota...(belum ada Polres); 4..dst; B. Provinsi/Kota/Kabupaten/Kecamatan.. dibentuk berdasarkan... tanggal dan telah berfungsi sejak.; C. luas wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan.. adalah km 2, yang terdiri atas daerah perkotaan, pantai, pinggiran, pedesaan,. dst; D. batas wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan.. sebagai berikut: 1. sebelah utara ; 2. sebelah timur ; 3. sebelah selatan.; 4. sebelah barat.; E. Kecamatan...

- 14-3 E. Kecamatan yang ada di wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten tersebut adalah sebagai berikut: 1. ; 2...dst; F. jumlah penduduk. jiwa, terdiri dari: 1. jenis kelamin: a) laki-laki :. ; b) perempuan :. ; 2. suku/etnis: a) ; b)..dst; 3. pekerjaan: a) ; b)..dst; G. di wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan. terdapat antara lain: 1. Pemerintah Daerah: a) Kantor Gubernur.. ; b) Kantor Walikota/Bupati.; c) Kantor/Dinas. ; d)...dst; 2. Instansi samping: a) Kejaksaan; b) Pengadilan; c) Lembaga pemasyarakatan (LP); d)..dst; 3. Kesatuan TNI: a) ; b) ; 4. Kesatuan Polri: a) Polda...; b).dst; 5. objek vital: a) Bank ; b)... dst;...

- 15-3 b).dst; H. gangguan Kamtibmas: 1. kriminalitas yang dilaporkan dan diselesaikan (3 tahun terakhir) ; 2. lalu lintas (3 tahun terakhir). ; 3. ancaman dan gangguan lainnya: a) unjuk rasa; b) bencana alam; c).. dst; I. kesiapan penetapan pembagian daerah hukum kepolisian pada Kesatuan Kewilayahan: 1. dukungan Pemda : ; 2. dukungan masyarakat : ; 3..dst. IV. DISKUSI A. kondisi kesatuan kewilayahan tingkat Polda/Polres/Polsek, Pemerintah daerah, DPRD, instansi samping yang ada serta masyarakat sangat mendukung adanya penetapan pembagian daerah hukum kepolisian.; B. dilihat dari data gangguan Kamtibmas yang terjadi pada 3 tahun terakhir di wilayah tersebut, dikaitkan dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pembangunan, serta sistem peradilan pidana terpadu dan pelayanan kepolisian, maka penetapan pembagian daerah hukum pada Polda/Polres/Polsek/Kawasan.. adalah merupakan suatu kebutuhan Polri dalam rangka meningkatkan pelayanan Kepolisian; C. dst. V. KESIMPULAN A...; B.. dst. VI. SARAN...

- 16-4 VI. SARAN A. dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian pada kesatuan kewilayahan tingkat Polda/ Polres / Polsek / Kawasan seiring dengan pengembangan wilayah administrasi pemerintahan daerah Provinsi/Kota/Kabupaten..., sekaligus dalam rangka terwujudnya keserasian dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana terpadu serta pemerintahan sesuai aspirasi Pemerintah Daerah dan masyarakat, maka Polda/Polres/Polsek/Kawasan tersebut perlu ditetapkan pembagian daerah hukum kepolisian; B... dst. Demikian Telaahan Staf ini dibuat sebagai bahan masukan bagi pimpinan guna menentukan kebijaksanaan selanjutnya. Dikeluarkan di:.. pada tanggal :.. KEPALA KEPOLISIAN... Lampiran: 1. 2..... CATATAN: *) coret yang tidak perlu

- 17 - LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA FORMAT LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN KOPSTUK LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN A. PENDAHULUAN 1. Umum:... 2. Maksud dan Tujuan:... 3. Dasar a.... b.... 4. Ruang Lingkup:... 5. Tata Urut :... B. TUGAS YANG DILAKSANAKAN...... C. HASIL...

- 18-2 C. HASIL YANG DICAPAI 6.... D. KESIMPULAN DAN SARAN 7. Kesimpulan... 8. Saran... E. PENUTUP 9.... Jakarta, 2017 KEPALA KEPOLISIAN......... *) melampirkan dokumentasi, Sertifikat tanah serta dokumen-dokumen usulan yang diperlukan

- 19 - LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA FORMULIR STUDI KELAYAKAN PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN KOPSTUK FORMULIR STUDI KELAYAKAN DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NO. PERTANYAAN JAWABAN KETERANGAN 1 2 3 4 1. Sejauh mana tingkat diperlukannya penetapan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut. Sangat perlu/ perlu/kurang perlu coret yang tidak tepat 2. Latar belakang/pertimbangan pengusulan penetapan pembagian daerah hukum kepolisian. 3. Masalah mendasar sehingga diperlukan penetapan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut. 4. Data awal: a. dasar pembentukan/ pemekaran wilayah Provinsi/Kota/ Kabupaten/Kecamatan a. b..dst. a.... b..dst. UU No. Thn.. tentang.. b. luas wilayah. km 2 c. jumlah penduduk. jiwa d. objek vital/proyek vital a.... b....dst. e. sumber daya yang tersedia a.... (alam dan buatan) b....dst.

- 20-2 5. Gangguan Kamtibmas (3 Tahun terakhir) a. kriminalitas b. lalu lintas c. ancaman/kerawanan lainnya a.. b.. c.. 6. Karakteristik wilayah. a.. b.. 7. Berapa Km jarak antara: a. lokasi Polres dengan Polres terdekat b. lokasi Polres dengan Polda c. lokasi polsek dengan polsek terdekat d. lokasi polsek dengan Polres 8. Dukungan Pemda dan DPRD a.... b.... c.... d.... yang dilaporkan dan diselesaikan 9. Wujud dukungan masyarakat. a. Surat...No... tanggal... b.... 10. Jumlah kesatuan jajaran dibawahnya. 11. Langkah-langkah dan upaya Kesatuan Kewilayahan untuk menindaklanjuti pengusulan penetapan pembagian daerah hukum kepolisian 12. Kendala/hambatan/permasala han yang ada. a. Polres:... b. Polsek:... c. Polsubsektor:.. a.... b.... a.... b.... 13. Adakah dampak negatif bila tidak disetujui penetapan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut 14. Alternatif lainnya bila usulan penetapan pembagian daerah hukum tidak disetujui a.... b.... a.... b.... 15. Saran/Rekomendasi c.... d....

- 21-3 Dikeluarkan di :.. pada tanggal :.. KEPALA KEPOLISIAN CATATAN: Daftar pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dikaitkan dengan situasi dan kondisi wilayah.

- 22 - LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA FORMAT LAPORAN HASIL KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN KOPSTUK LAPORAN HASIL KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN A. PENDAHULUAN 1. Umum:... 2. Maksud dan Tujuan:... 3. Dasar a.... b.... 4. Ruang Lingkup:... 5. Tata Urut :... B. TUGAS YANG DILAKSANAKAN...... C. HASIL...

- 23-2 C. HASIL YANG DICAPAI 6.... D. KESIMPULAN DAN SARAN 7. Kesimpulan... 8. Saran... E. PENUTUP 9.... Jakarta, 2017 KEPALA KEPOLISIAN......