BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

09. Mata Pelajaran Matematika

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

B. Tujuan Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PERTANYAAN-PERTANYAAN INOVATIF PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN (PTK

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi manusia, suatu cara yang menggunakan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan setiap jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif, didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (In am, 2012). Matematika juga merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain, dan merupakan mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar sampai tingkat sekolah menengah yang ada diindonesia. Manfaat dan kegunaan pelajaran matematika sendiri dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi para siswa. Dengan belajar matematika siswa akan lebih mudah memahami pelajaran seperti fisika, kimia, dan pelajaran lainya. Ini berarti matematika mampu membuat siswa berfikir logis, kreatif, analitis, dan sistematis dalam mengelola dan memanfaatkan informasi yang didapat. Kemampuan ini sangat penting artinya bagi siswa untuk masa depannya dalam bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan bersaing. Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan komunikasi pada saat ini dilandasi oleh perkembangan matematika khususnya dibidang teori bilangan, analisis, teori peluang, matematika diskrit dan aljabar. Untuk dapat menguasai teknologi masa depan diperlukan penguasaan matematika yang baik sejak dini. Tujuan diberikannya pelajaran matematika kepada siswa tercantum dalam permendiknas No.22 tahun 2006 (Depdiknas, 2006) sebagai berikut: a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, d) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 1

dan, e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Namun masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit bahkan menakutkan, sehingga walaupun bahan ajar yang disampaikan oleh guru sudah tepat atau baik akan tetap susah dipahami oleh siswa, jika materi dasar tersebut belum dipahami oleh siswa maka akan berpengaruh pada materi selanjutnya atau yang berkaitan. Selain itu, siswa juga menganggap konsep matematika itu konsep yang abstrak, kesalahan dalam memahami konsep ini akan berakibat pada kesalahan prosedur dalam menyelesaikan soal matematika. Rahmawati (2014) menyatakan bahwa pemahaman konsep yang tidak didukung oleh pemahaman prosedur akan mengakibatkan siswa mempunyai intuisi yang baik tentang suatu konsep tetapi tidak mampu menyelesaikan suatu masalah. Sebaliknya, pemahaman prosedur yang tidak didukung oleh pemahaman konsep akan mengakibatkan siswa mahir memanipulasi simbol-simbol tetapi tidak memahami dan mengetahui makna dari simbol tersebut. Kondisi seperti ini membuat para siswa memberikan jawaban jawaban spontan atau tanpa konsep, dan itu sudah pasti akan berakibat juga terhadap prosedur dalam mengerjakan soal-soal matematika tanpa memahami apa yang mereka lakukan. Pernyataan ini juga dibenarkan oleh Akhmad Syahwanul Karim, S.Pd yang merupakan salah-satu guru di SMP Bahrul Maghfiroh Malang pada waktu observasi awal pada tanggal 14 Desember 2017. Beliau mengatakan bahwa siswa seringkali mengalami kesalahan konsep serta presedur dalam mengerjakan soal-soal matematika. Selain itu, siswa cenderung menuliskan jawaban yang tidak mereka pahami. Sehingga ketika ditanya siswa menjawab dengan jawaban yang tidak benar. Hal ini terbukti dari hasil pengerjaan ulangan harian materi Persamaan Linear Satu Variabel yang rata-rata siswa mengalami banyak kesalahan pada konsep dan prosedur. Namun, beliau belum pernah melakukan analisis pada kesalahan-kesalahan tersebut. Sehimgga, peneliti tertarik untuk melakukan analisis kesalahan konseptual dan prosedural pada sekolah ini. 2

Menurut Jihad (2010:149) indikator pemahaman konsep sebagai berikut: (1) kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep yang dipelajari, (2) kemampuan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, (3) kemampuan menyebutkan contoh dan non-contoh dari konsep, (4) kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, (6) kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, dan (7) kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Menurut Kilpatrick (Gruves, 2001:121) pemahaman prosedural mengacu pada pengetahuan tentang prosedur, kapan dan bagaimana menggunakannya dengan tepat, dan keterampilan dalam melakukan perhitungan yang fleksibel, akurat, dan efisien. Beberapa peneliti sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian yang berkaitan dengan analisis kesalahan konseptual dan prosedural. Prasetya (2016) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Konseptual dan Prosedural Siswa Kelas VIII SMP A isyiyah Muhammadiyah 3 Malang Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Sebagian besar siswa yang melakukan kesalahan dalam memahami konsep pemangkatan pada bentuk aljabar. Namun ada juga salah satu dari siswa yang melakukan kesalahan karena kurang cermat dalam membaca soal, hal ini terlihat pada lembar jawab dimana pada soal meminta pengurangan tetapi siswa mengerjakannya dengan penjumlahan sehingga siswa salah dalam prosedur menyelesaikan soal. Penelitian lain juga dilakukan oleh Imdat (2016) dengan judul Analisis Kemampuan Pemahaman Konseptual dan Prosedural pada Siswa Kelas XII MIA 3 SMAN 1 Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa kategori tinggi mempunyai pemahaman konsep yang baik pada keempat aspek mengenai sifat-sifat turunan dan turunan dengan definisi limit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut telah memahami konsep dari materi turunan matematika. Siswa kategori sedang, sebagaian kecil mengalami sedikit kesulitan dalam menyebutkan unsur-unsur yang 3

digunakan untuk mewakili konsep turunan dan memanipulasi ide tentang penggunaan turunan dengan definisi limit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa terbatas pada penggunaan sifat-sifat turunan dan kurang dapat memahami konsep dari turunan dengan definisi limit, selain itu kesulitan yang sering dihadapi siswa mengenai konsep turunan yang membutuhkan pemahaman antarkonsep. Berdasarkan kedua penelitian diatas, terdapat kesamaan variabel penelitian yaitu pada kemampuan matematis siswa. Uraian diatas menjadi landasan untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan judul Analisis Kesalahan Konseptual dan Prosedural Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Malang dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya dan Imdat. Penelitian yang dilakukan ini ditujukan untuk siswa dari sekolah berbasis pesantren yang baru berdiri 5 tahun yang lalu dengan semua siswanya adalah laki-laki serta memanfaatkan materi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu Persamaan Linear Satu Variabel. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa terkait dengan pemahaman konsep pada materi kelas VII pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di SMP Bahrul Maghfiroh Malang? b. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa terkait dengan pemahaman prosedur pada materi kelas VII pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di SMP Bahrul Maghfiroh Malang? c. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa kelas VII di SMP Bahrul Maghfiroh Malang melakukan kesalahan dalam 4

memahami konsep dan prosedur materi dengan pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel melalui penyelesaian soal-soal? 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas dalam pemahaman konsep dan prosedur dalam penelitian bidang matematika ini. Serta memudahkan pembahasan pada pemahaman konsep dan prosedur sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah, antara lain: a. Kesalahan yang diteliti adalah kesalahan subyek penelitian dalam mengerjakan soal-soal matematika yaitu terbatas pada kesalahan konsep dan kesalahan prosedur. b. Pokok bahasan yang digunakan untuk acuan pembuatan soal dalam penelitian ini hanya terfokus pada Persamaan Linear Satu Variabel c. Subyek penelitian yang digunakan hanya kelas VII B SMP Bahrul Maghfiroh Malang 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : a. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa terkait dengan pemahaman konsep pada materi kelas VII pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di SMP Bahrul Maghfiroh Malang b. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa terkait dengan pemahaman prosedur pada materi kelas VII pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel di SMP Bahrul Maghfiroh Malang c. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas VII di SMP Bahrul Maghfiroh Malang melakukan kesalahan dalam memahami konsep materi dengan pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel melalui penyelesaian soal-soal 1.5 Manfaat Penelitian Pada latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan yang sudah dikemukakan, maka ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari analisis kesalahan pemahaman konsep dan prosedur pada materi Pesamaan 5

Linear Satu Variabel yang dilakukan di SMP Bahrul Maghfiroh Malang. Pemahaman konsep dan prosedur dalam pembelajaran ini dapat bermanfaat baik teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Secara umum, studi ini memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada layanan peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan prosedur siswa dalam pembelajaran matematika. Jika pemahaman konsep dan prosedur siswa dapat ditingkatkan maka kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika bisa dikurangi. Penyampaian materi pelajaran yang menarik akan membuat siswa menjadi tertarik dengan kegiatan belajar mengajar. b. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya dalam memberikan informasi tentang perbaikan pembelajaran yang tengah disajikan pada siswa. Selain itu juga dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembelajaran yang inovatif dan dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan prosedur serta kemampuan dalam bidang matematika maupun mengatasi permasalahan dalam hidup. 1.6 Definisi Operasional Agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengertian dan penafsiran terhadap judul skripsi yaitu Analisis Kesalahan Konseptual dan Prosedural Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Malang dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel, maka perlu adanya batasan dan definisi operasional sebagai berikut: a. Analisis kesalahan adalah pendeskripsian jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dan alasan-alasan tentang penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan. 6

b. Kesalahan konseptual adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istilah, konsep dan prinsip dalam menyelesaikan soal matematika. Termasuk juga kurang tepat dalam menggunakan rumus atau teorema dan tidak menuliskan atau kurang tepat dalam menuliskan rumus atau teorema. c. Kesalahan prosedural adalah kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyusun langkah-langkah yang bertahap, berurutan dan teratur untuk menjawab suatu masalah. 7