Dalam kaitan kebijaksanaan peningkatan produksi pe- ternakan, perlu ditelaah pola usaha yang sudah ada untuk diketahui kesesuaiannya dengan situasi yang semakin kompetitif. Di masa depan akan dituntut produksi yang semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga se- cara umum diperlukan perubahan motivasi usaha tradisional menjadi usaha komersial dengan penerapan teknologi dan managemen yang profesional, terutama untuk komoditas ekspor. Sasaran pembangunan peternakan secara umum adalah penyediaan protein hewani, peninqkatan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan para petani peternak. Untuk me- menuhi kebutuhan tersebut, tampaknya kurang optimistik bila hanya dipenuhi oleh ternak ruminansia, unggas dan ba- bi, karena ruminansia lambat tingkat reproduksinya. Ung- gas dan babi, mkmpunyai kapasitas reproduksi yang tinggi dan tinqkat pertumbuhan yang cepat, tetapi membutuhkan pakan yang berkompetisi dengan manusia, sehingga perlu dicari jenis ternak yang mempunyai potensi bioloqis tinggi sebagai ternak penghasil daging dengan pemeliharaan yang mudah dan murah. Ternak yang dapat masuk dalam katagori ini antara lain kelinci. 1
Banyak aspek yang menarik pada ternak kelinci, karena mem- punyai kemampuan reproduksi yang tinggi, kemampuan meman- faatkan hijauan dan produk limbah dengan efisien. Daging- nya mengandung protein yang tinggi dengan kadar lemak yang rendah, selain kulit dan kotorannya merupakan sumber uang tunai. Namun demikian untuk pengembangannya banyak ken-, dala yang dihadapi antara lain sulitnya pemasaran. Kesu- litan dalam pemasaran ini banyak diakibatkan oleh kurang populernya daginq kelinci di masyarakat, dan harga jualnya yang tinggi. Salah satu alternatif lain yang dapat dicari adalah melalui pemeliharaan jenis kelinci yang mempunyai nilai tambah tinggi, yaitu kelinci "Rexff. Kel inciffrex", selain penghasil daging, juga penghasil kulit berbulu ("fur") yang halus, tebalnya seragam, memberikan kemewahan serta mempunyai harga jual yang tinqgi. Di Amerika Serikat harga kulit samaknya sekitar $ 8-15 per ekor, sedangkan mantel bulu "medium coat" harganya 3 3000 dan "Long coat" B 8000. Oleh karena itu selain dagingnya dapat dikonsumsi oleh peternak, dalam rangka peningkatan gizi keluarga, juga kulitnya mempunyai harqa jual yang tinggi atau bahkan dapat diekspor. Kebijakan pemerintah menganjurkan penganeka ragaman hasil ternak antara lain kulit. Rataan kebutuhan kulit mentah kering dalam negeri (1984-1989) adalah 5340 ton per
tahun. Permintaan kulit samak ekspor tahun 1988 adalah 7.300 ton, yang pengadaannya terbatas pada kulit sapi, kerbau, domba dan kambing. Daging kelinci, dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk makanan seperti sosis, hamburger, dendenq, abon dan sebagainya, sehingga konsumen tidak segan untuk memakan- nya. Kulitnya dapat diproses melalui penyamakan dan ha- silnya dapat dibuat menjadi berbagai jenis barang sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan. Dalam suatu usaha peternakan, biaya produksi yang terbesar adalah untuk pakan, yaitu hampir 60-80 persen dari. seluruh biaya produksi. Oleh karena itu setiap usaha peternakan akan selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan atau dengan menekan biaya pakan, sehingga akan diperoleh keuntungan yang lebih banyak. Menekan biaya pakan dapat dilakukan antara lain dengan membatasi pemberian pakan. Hal ini akan mempengaruhi pro- duksi kelinci. Kelinci yang diberi pakan yang dibatasi pertumbuhannya akan lebih kecil, dibandinq kelinci yang diberi pakan ad libitum. Selain faktor pakan, umur potong perlu diperhatikan, karena umur menentukan kehalusan dan kerontokan bulu. - Untuk menghasilkan "fur" yang baik perlu ditentukan umur kelinci yang tepat. Kulit yang berasal dari kelinci
muda umumnya mempunyai struktur yang halus dan kompak, berserat halus tetapi kurang kuat dibandinqkan denqan kulit yanq berasal dari kelinci dewasa. Dalam phase produksi, kualitas kulit kelinci dipe- nqaruhi oleh banqsa, pakan, umur, jenis kelamin, dan ling- kungan. Selain faktor-faktor di atas, umur sangat me- nentukan keprimaan kulit kelinci yang erat hubungannya dengan kerontokan dan kematangan pigmentasi bulu. Kelinci betina, diperkirakan memiliki kulit yanq lebih lemas, bulu yang lebih halus dibandinqkan dengan yang jantan, namun sampai sejauh itu belum ada data yang mendukung. Komodi- tas hasil ternak mudah sekali mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh mikroorganisme, karena merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorqanisme, terutama bakteri pembusuk, sehinqga perlu dilakukan penanqanan yang cepat untuk kulit yang akan digunakan membuat produk lain, yang bernilai tinggi, perlu mendapat proses pengawetan, dan di- 7 lan j utkan denqan penyamakan. Untuk mendapatkan informasi tentang hal-ha1 yang di- uraikan di atas, perlu dilaksanakan penelitian mengenai pengaruh pakan, umur dan kelamin terhadap bobot hidup, karkas dan sifat dasar kulit kelinci Rex. Penelitian ini bertu juan untuk mempela jari sampai berapa j auh pengaruh
pakan, umur potonq, dan jenis kelamin terhadap bobot hi- dup, karkas, sifat dasar dan gambaran histologis kulit ke- linci Rex.