BAB I PENDAHULUAN. dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence bisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di negara-negara maju dan berkembang setiap tahunnya, sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes


BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Depresi semakin banyak terjadi pada pasien yang mengalami kondisi kronik menahun seperti stroke, diabetes, kanker serta gangguan nyeri yang kronis. Banyak orang yang masih memandang diabetes hanya dari segi klinisnya saja, namun diabetes dan depresi dapat saling memicu sehingga pendertita diabetes mellitus resiko tinggi mengalami depresi. Faktor pencetus terjadinya depresi pada penderita diabetes milletus tipe 2 dikarenakan kurangnya dukungan sosial, ketidakterimaan akan keadaan yang dialaminya. Hal ini yang memunculkan rasa depresi pada penderita diabetes milletus tipe 2 sebagai respon rasa kehilangan dan duka yang dialaminya, sebaliknya diabetes mellitus tipe 2 meningkatkan resiko depresi pada seseorang atau bahkan membuat lebih parah yang telah menderita depresi. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa depresi akan menjadi penyakit dengan beban global kedua terbesar di dunia setelah penyakit jantung iskemik pada tahun 2020. Prevelensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence bisa mencapai dua kali lipatnya. Hasil survey di 14 negara pada tahun 1990 menunjukkan depresi merupakan masalah kesehatan dengan urutan ke-4 terbesar di dunia yang mengakibatkan bebas sosial dan sekitar 20% wanita dan 12% pria pada waktu kehidupannya pernah mengalami 1

2 depresi. (Soddock, 2010) International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011 menunjukkan bahwa prevelensi depresi pada pasien diabetes mellitus mencapai 60%, terdapat 329 juta orang didunia menderita diabetes mellitus Tipe 2 dan menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 6,6 juta orang dan pada tahun 2030 diproyeksikan menempati posisi kesembilan dengan perkiraan sebanyak 10,6 juta orang dengan kematian mencapai 4,6 juta orang (IDF, 2011). Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada pasien kronis seperti diabetes mellitus sebesar 11,6% yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, didapatkan data nasional tentang angka kejadian gangguan jiwa berat (skizofrenia) di Jawa Timur sebesar 1,4% dan Surabaya tercatat sebanyak 0,2%. Penelitian epidemiologis yang telah dilakukan di Indonesia menunjukkan prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi diabetes meelitus 6,1%. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makasar dan kota-kota lain di Indonesia membuktikan adanya kenaikan prevalensi dari tahun ke tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4% akan didapatkan 7 juta

3 pasien diabetes mellitus (Shahab, 2006). Depresi dengan diabetes mellitus tipe 2 dapat mempengeruhi satu sama yang lain. Penderita diabetes Mellitus tipe 2 memiliki resiko sedikit lebih besar (15%) menderita depresi dibandingkan dengan orang tanpa diabetes mellitus. Sementara ini orang dengan depresi memiliki 60% resiko lebih besar menderita diabetes mellitus tipe 2 (Katon, 2009). Sedangkan menurut Pengurus Persatuan Diabetes Indonesia (Persedia) di Jawa Timur jumal penderita Diabetes Mellitus 6% atau 2.248.605 orang dari jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 37.476.757 orang (Sensus Penduduk, 2010). Sedangkan gangguan mental emosional (seperti kecemasan, depresi, dll) sebesar 35% dan di Surabaya tercatat 18,8%. Menurut data dari Rekam Medis tahun 2017 di RSUD Dr. Harjono Ponorogo terdapat 2238 kasus pasien diabetes mellitus tipe 2. Fenomena dimasyarakat seperti kemajuan dibidang teknologi menyebabkan perubahan pada gaya hidup didalam masyarakat tersebut seperti tersedianya berbagai produk teknologi yang memberikan kemudahan sehingga aktivitas manusia menjadi berkurang. Diabetes mellitus tipe 2 dapat menyebabkan pola hidup berubah, kelemahan fisik, masalah penglihatan, faktor sosial demografi dan perilaku pribadi seperti status keluarga, kekuatan, kebiasan merokok, makan yang terlalu berlebihan, kurangnya beraktivitas dan indikasi masa tubuh serta berpotensi terhadap kematian. Wanita dengan diabetes mellitus menunjukkan persentase yang lebih tinggi terhadap kecemasan dan depresi dibandingkan degan pria. Orang dengan depresi juga umumnya

4 disebabkan karena memiliki penyakit penyerta somatik (comborbid somatic diseases). Resiko depresi pada penderita diabetes mellitus dapat disebabkan oleh stressor psikologi kronik karena mengidap penyakit kronik, sebaliknya depresi dapat menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Penigkatan sitokin pro-inflamasi IL-1, IL-6, dan TNF alfa ditemukan pasa sebagian besar pasien dengan depresi dan hampir ditemukan pada pasien diabetes mellitus dengan tipe 2. Sitokin proinflamasi tersebut berkaitan dengan kemunculan gejala depresi akibat gangguan neural (Charney, 2013). Mereka yang memiliki depresi dibandingkan dengan mereka tanpa depresi umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan kurang aktifitas secara fisik. Depresi pada orang dengan diabetes mellitus berkaitan dengan kontrol glikemik dan metabolik yang lebih buruk, percepatan timbulnya komplikasi yang lebih cepat, dan resiko morbidatis dua kali lebih besar dibandingkan dengan penderita diabetes mellitus tanpa depresi (Roy, 2012). Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan dampak negatif pada orang yang mengalaminya, yaitu berdampak pada kondisi gangguan fisik seperti gagal ginjal, kebutaan, stroke, serta amputasi bagian tubuh dan psikologis yang negatif diantaraya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat dan depresi serta dukungan sosial dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dengan aspek kepribadian.

5 Keluarga dan perawat di haruskan mampu mengatasi depresi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2, salah satu peran perawat yaitu memberikan motivasi pada pasien dan keluargnya, serta dukungan yang dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologi kepada individu. Dukungan sosial ini yang sifatnya membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan materi dan penilaian yang positif pada individu dalam menghadapi permasalahannya. Dengan dukungan sosial tersebut berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis (Cohen & Syme, 1985, dalam Ika, 2008). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Tingkat Depresi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut bagaimanakah tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Diharapkan peneliti ini dapat diberguna untuk bahan referensi untuk data serta pengembangan ilmu pengetahuan dan mengetahui tingkat depresi pasa pasien Diabetes Mellitus tipe 2. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakan atau responden Di harapkan apat memberi informasi kepada masyarakat khusunya pasien Diabetes Mellitus tipe 2 agar dapat lebih memperhatikan timbulnya depesi. Di harapkan bagi responden dapat menegtahui tentang tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus serta dapat memberikan ilmu kepada masyarakat, dan diharapkan masyarakat dapat megubah pola kehidupan sehari-hari agar dapat mengurangi prevalensi Diabetes Mellitus. 2. Bagi tempat penelitian Di harapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat depresi pasien Diabetes Melletus, sehingga Rumah Sakit dapat menjalani kerjasama dengan Puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan penyuluhan kesehatan ke masyarakat atau lembaga lainny. Dan sebagai masukan terhadap Rumah Sakit untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dalam penurunan tingkat depresi.

7 3. Bagi penelitian selanjutnya Di harapkan sebagai bahan informasi serta untuk referensi dan pegembangan penelitian selanjutnya terkait dengan tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus. 4. Bagi institusi pendidikan Dapat memberika masukan sebagai acuan bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain : 1. Muhammad Ilham Ramdani (2016). Gambaran Tingkat Depresi Pada Pasien Diabetes Milletus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Karinah Kota Tegal. Responden penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sampel yang digunakan adalah aksedental sampling dengan 79 responden. Persamaan dari penelitian saya yaitu sama-sama meneliti Tentang Tingkat Depresi Pada Pasien Diabetes Mellitua Tipe 2 perbedaan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik aksidental sampling sedangkan penelitian saya menggunakan Quota Sampling. 2. Atyanti Iswaroro dan Saryono (2010). Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Sragen. Jenis penelitian ini menggunakan teknik Analitic Correlation yang digunakan untuk digunakan untuk meneliti hubungan depresi, dukungan keluarga dan

8 kada gula darah. Sampel diambil secara Purposive Sampling di Poli Penyakit Dalam RSUD Sreagen. Persamaan dari penelitian saya yaitu sama-sama meneliti depresi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 perbedaannya pada jenis penelitian adalah menggunakan pendekatananalitic Correlation sedangkan jenis menelitian saya menggunakan deskriptis dengan menggunakan teknik Quota Sampling.