2016 PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHAD AP AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI D I SMKN 3 BAND UNG

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuannya

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Salah satu masalah yang sering dihadapi pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pembaharuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan kepribadian. Sebagai suatu proses, pendidikan ini akan berlangsung terus-menerus tanpa dibatasi oleh usia, dengan kata lain pendidikan akan berlangsung seumur hidup. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai moral yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai suatu proses yang tepat dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini termasuk ke dalam tujuan pendidikan nasional di negara kita. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya banyak hal atau cara yang harus dilakukan. Salah satunya adalah dengan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkualitas ditunjukkan dengan hasil belajar yang tinggi dan pengembangan potensi diri seperti kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan. Sebagaimana pernyataan Mulyasa (2012:198) bahwa : Kualitas proses pendidikan karakter dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pendidikan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (85%) peserta didik terlihat aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pendidikan dan pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. 1

2 Sedangkan dari segi hasil, proses pendidikan dan pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (85%). Lebih lanjut proses pendidikan karakter dikatakan berhasil berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan berkarakter tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Guru dan siswa mempunyai peranan yang sangat besar terhadap keberlangsungan proses pembelajaran, karena pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan hubungan sebab akibat antara guru dan siswa. Proses pembelajaran harus berlangsung secara optimal agar hasilnya pun dapat optimal. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran, salah satunya adalah aktivitas siswa. Sardiman (2014 :95-96) menyatakan bahwa aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan faktor yang sangat penting daam proses pembelajaran. Hal senada juga dikemukakan oleh Rusman (2014 :323) yang menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas. Hal ini seharusnya menjadi salah satu fokus utama bagi seorang guru dalam mengajar. Tetapi, dalam kenyataan di lapangan, ini seringkali terlupakan. Sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, aktivitas siswa masih rendah. SMK Negeri 3 Bandung merupakan salah satu SMK terbaik yang ada di Bandung. SMKN 3 Bandung ini sangat menjunjung tinggi keberhasilan pembelajaran sehingga siswa yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan kemajuan zaman. Usaha ke arah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah, seperti pemenuhan sarana dan parasana, guru profesional dan komponen lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Namun sangat disayangkan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran akuntansi, guru masih memakai metode yang biasa digunakan pada umumnya, tanpa dikombinasikan ataupun divariasikan dengan metode-metode yang lain. Metode yang biasa

3 digunakan tersebut merupakan metode yang pembelajarannya terpusat pada guru. komunikasi yang terjadi satu arah yaitu dari guru kepada siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hanya siswa-siswa tertentu saja yang memang berperan aktif selama pembelajaran Akuntansi berlangsung. Hal tersebut sejalan dengan Sanjaya (2010: 92-93) yang menyatakan bahwa masalah yang sering timbul dalam proses belajar mengajar adalah guru hanya menggunakan komunikasi satu arah sehingga guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir. Komunikasi ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan. Sehubungan dengan pembahasan di atas, berikut dapat dilihat persentase aktivitas belajar siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sebagai observasi pra penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 3 Bandung dengan sampel 2 kelas yaitu kelas X Akuntansi 3 dan kelas X Akuntansi 4, dalam mata pelajaran Akuntansi Perusahaan Jasa. Aktivitas Siswa Memperhatikan pada saat guru menerangkan dan mendemonstrasikan materi pelajaran akuntansi Tabel 1.1 Aktivitas Siswa Kelas X Akuntansi 3 dan 4 Frekuensi Persentase Kelas X AK 3 (%) (Siswa) Frekuensi Kelas X AK 4 (Siswa) Persentase (%) 32 86,48% 32 86,89% Mendengarkan penjelasan guru 32 86,48% 32 88,89% Mencatat penjelasan guru 10 27,02% 5 13,89% Mengajukan pertanyaan pada guru/siswa lain jika belum mengerti 1 2,70% 2 5,56% Mengemukakan pendapat,saran kepada guru atau kepada siswa lain 0 0 0 0 Mengerjakan soal latihan akuntansi yang diberikan oleh guru 34 91,89% 33 91,67% Melakukan diskusi kelompok 0 0 0 0 Mengerjakan soal latihan akuntansi secara berkelompok 0 0 0 0 Jumlah siswa 37 38 Rata-rata aktivitas siswa 36,82% 35,86% Sumber : Pra Penelitian di SMKN 3 Bandung Program Studi Akuntansi (Data Dio5lah)

4 Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa berdasarkan hasil observasi tersebut, di bawah ini adalah tabel kriteria persentase keaktifan siswa. Tabel 1.2 Kriteria Persentase Keaktifan Siswa Skala keaktifan Kategori 76-99 % Sangat banyak melakukan 51-75 % Banyak melakukan 26-50 % Sedikit melakukan 1-25 % Sedikit sekali melakukan Sumber : Dimyati dan Mudjiono (2009:125) Dari tabel 1.3 tentang kriteria persentase di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas siswa dikatakan baik atau aktif apabila persentasenya berkisar 51-75% dengan kategori banyak melakukan. Sedangkan apabila persentasenya dibawah 51%, maka aktivitas siswa belum dikatakan baik atau siswa kurang aktif/pasif. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, terlihat bahwa aktivitas memperhatikan guru pada saat menerangkan, mendengarkan penjelasan guru serta mengerjakan soal latihan yang dilakukan oleh siswa kelas X Akuntansi 3 dan kelas X Akuntansi 4 termasuk dalam kriteria banyak melakukan. Untuk aktivitas mencatat penjelasan guru, dari 37 siswa kelas X Akuntansi 3 hanya 10 siswa saja yang mencatat dan dari 36 siswa kelas X Akuntansi 4 hanya 5 siswa saja yang melakukan aktivitas tersebut. Sedangkan untuk aktivitas mengajukan pertanyaan pada guru/siswa lain jika belum mengerti, hanya ada 1 siswa yang mengajukan pertanyaan di kelas X Akuntansi 3, sementara di kelas X Akuntansi 4 hanya ada 2 siswa yang melakukan aktivitas tersebut yaitu mengajukan pertanyaan pada guru. Untuk aktivitas memberikan pendapat tidak ada satu siswa pun di kelas X Akuntansi 3 yang melakukannya, sedangkan di kelas X Akuntansi 4 hanya 1 siswa. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru saja tidak cukup menunjukkan tingkat aktivitas belajar siswa yang tinggi. Selain memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, siswa perlu menunjukkan aktivitas lainnya sebagai respon terhadap pembelajaran yaitu aktivitas lisan seperti bertanya, aktivitas menulis misalnya mencatat, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Dengan

5 demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih terbilang rendah. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat akuntansi sendiri merupakan mata pelajaran yang tidak hanya memerlukan pemahaman konsep akuntansi tetapi juga memerlukan keterampilan. Dimana pemahaman ini tidak akan didapatkan hanya dengan mendengarkan, tetapi siswa harus benar- benar terlibat aktif didalamnya. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Oktaviani (2012 :31), bahwa : Materi akuntansi di SMK merupakan materi pembelajaran jenis konsep dan praktik keterampilan (Vocational Skills) yaitu segala sesuatu yang berwujud pengertian-pengertian baru yang timbul sebagai hasil pemikiran meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, isi dan sebagainya, serta penerapan konsep yang telah didapat di kelas dengan menjalankan praktikum. Hal serupa juga dikemukakan oleh Muawanah (2008 :34) bahwa karakteristik pembelajaran akuntansi tidak hanya informasi dan konsep, tapi juga keterampilan. Dalam pembelajaran akuntansi, diperlukan keterampilan kognitif tingkat tinggi atau keterampilan intelektual. Dalam pembelajaran akuntansi, pengembangan keterampilan intelektual merupakan kelanjutan dari proses pengajaran pengetahuan dan pemahaman. Keterampilan intelektual akan bertambah baik fungsinya apabila diikuti dengan latihan, dalam hal ini untuk pembelajaran akuntansi adalah latihan studi kasus seperti pembuatan jurnal, posting, pembuatan laporan keuangan dan sebagainya. Sehubungan dengan pendapat di atas, maka aktivitas siswa yang rendah tidak bisa dibiarkan begitu saja. Diperlukan adanya suatu alternatif yang mampu mengoptimalkan aktivitas siswa. Jika masalah tersebut dibiarkan, maka akan berdampak pada hasil dan kompetensi siswa itu sendiri. Proses pembelajaran sebisa mungkin menuntut siswa untuk turut berpartisipasi aktif agar pembelajaran berlangsung secara optimal sehingga benar-benar bisa memberikan hasil yang diharapkan.

6 B. Identifikasi Masalah Sardiman (2014:38) mengemukakan bahwa belajar menurut teori konstruktivisme adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuaannya. Subjek juga belajar mencari makna dari sesuatu yang dipelajari. Hal serupa juga dikemukakan oleh Trianto (2012 :11) bahwa: Pendekatan konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Dari kedua teori di atas dapat dilihat bagaimana pentingnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena salah satu ciri proses pembelajaran yang berhasil dapat dilihat dari aktivitas siswa. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Purwanto (2011 : 102) faktor-faktor tersebut diantaranya : 1. Faktor internal yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar, baik aspek fisiologis (fisik) maupun aspek psikologis (psikhis). 2. Faktor eksternal yang terdiri atas : a) Keadaan keluarga, b) Guru dan cara mengajar c) Alat-alat pelajaran d) Motivasi sosial e) Lingkungan serta kesempatan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar adalah guru dan cara mengajar. Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah bahwa penyebab rendahnya aktivitas belajar akuntansi di SMK N 3 Bandung adalah karena guru yang cara mengajarnya masih menggunakan metode yang biasa digunakan pada umumnya, dimana interaksi terjadi hanya satu arah, kondisi seperti ini cenderung membuat siswa tidak antusias mengikuti pembelajaran akuntansi bahkan menganggap akuntansi menjadi pelajaran yang membosankan. Oleh karena itu perlu adanya perubahan agar pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) tapi berpusat pada siswa (student centered). Perubahan itu dapat dilakukan dengan cara mengganti metode yang biasa digunakan tersebut dengan

7 metode yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga aktivitas belajar pun dapat berlangsung secara optimal. Dalam pembelajaran, kita mengenal istilah pendekatan, metode, teknik, dan model pembelajaran. Sehubungan dengan masalah ini, penulis menilai bahwa model pembelajaran merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat suasana belajar di kelas lebih hidup. Model pembelajaran adalah alternatif yang bisa digunakan membuat komunikasi yang terjadi selama proses pembelajaran tidak lagi satu arah tapi multiarah sehingga siswa pun dapat ikut berpartisipasi aktif didalamnya. Komalasari (2010 :57) menyatakan bahwa : Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sedangkan menurut Aunurrahman (2013: 146) : Model pembelajaran sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bentuk rekayasa interaksi dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi aktivitas siswa di kelas. Oleh karena itu model pembelajaran yang digunakan haruslah model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Seperti yang dikemukakan oleh Isjoni (2012:16) bahwa : Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented) terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

8 Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa salah satu model yang bisa menumbuhkan aktivitas siswa adalah dengan Cooperative Learning. Model pembelajaran kooperatif sendiri banyak macamnya salah satunya adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).. Model Teams Games Tournament (TGT) ini merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatan interaksi sehingga tidak lagi satu arah dan membuat suasana belajar tidak membosankan. Tanireja (dalam Susan, 2015: 21) mengemukakan bahwa salah satu diantara kelebihan model Teams Games Tournament (TGT) adalah kebebasan mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada pada diri siswa serta meningkatkan kerjasama dengan siswa lain sehingga interaksi belajar mengajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Irfan Dwi Jayanto (2013) dengan judul Penerapan Pembelajaran TGT Dengan Akuntapoli Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntansi Siswa MAN Yogyakarta III, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan dalam belajar akuntansi dari siklus I ke siklus II. Penelitian lain yaitu dilakukan oleh Susan Mardiana (2014) dengan judul Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan permainan ludo akuntansi untuk meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas x ak 2 SMK Negeri 1 Godean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 19,29% dari 69,35% di siklus I menjadi 88,64% pada siklus II. Berdasarkan uraian di atas bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat membantu guru dalam mengajar terutama yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu maka aktivitas belajar siswa akan meningkat seiring dengan penerapan model Teams Games Tournament (TGT) tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Aktivitas Belajar Akuntansi di SMKN 3 Bandung.

9 C. Rumusan Masalah Penelitian Berikut ini adalah rumusan masalah penelitian yang penulis rumuskan : Apakah terdapat perbedaan aktivitas siswa dalam pembelajaran akuntansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). D. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). E. Kegunaan Penelitian Manfaat yang akan diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atas sumbangan dalam kajian pendidikan akuntansi khususnya yang berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme dan Teams Games Tournament (TGT). 2. Secara praktis, manfaat dari penelitian diharapkan dapat dirasakan oleh banyak pihak, diantaranya: a. Bagi guru Akuntansi 1) Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan mengajar materi akuntansi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) secara memadai. 2) Meningkatkan profesionalitas guru akuntansi sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

10 b. Bagi siswa Memberikan pemahaman materi akuntansi dalam proses pembelajaran yang optimal sehingga siswa mampu melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran. c. Bagi sekolah 1) Mampu mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai rujukan bagi sekolah lain 2) Mendukung terwujudnya pembelajaran yang bermakna sebagai upaya terwujudnya sekolah yang berkualitas.