II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki klasifikasi sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai mempunyai akar yang terdiri dari akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar rambut yang dapat membentuk bintil akar dan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

PENAMPILAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L. Merrill) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE VEGETATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Kedelai Hitam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, dkk (2005) tanaman kedelai termasuk ke dalam,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (2005) klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fachrudin (2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman kedelai

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI DAN ANALISIS LINTAS KOMPONEN-KOMPONEN HASIL KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 7 HASIL PERSILANGAN WILIS x B3570 (Skripsi)

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kedelai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

Transkripsi:

11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi kedelai Tanaman kedelai memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotylidonae Ordo : Rosales Famili : Papilionacceae Genus : Glycine Species : Glycine max [L.] Merrill Secara umum tanaman kedelai yang dibudidayakan memiliki kedekatan spesies dengan kedelai liar, misalnya G. cladestina dan G. usuriesnsis. Indonesia mengenal kedelai dengan beberapa nama lokal yaitu, kedele, kacang jepung, kacang bulu, gadela, dan demokam (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Kedelai adalah tanaman terna tegak, bersemak, dan berdaun lebat. Menurut Phoelman (1959), kedelai mampu membentuk cabang yang banyak bila ruang tumbuh memadai. Komponen kedelai yang dibudidayakan di Indonesia umumnya memiliki tinggi 40-90 cm, bercabang, daun bertiga, bulu pada daun tidak banyak, dan berumur 72-90 hari (Adie dan Krisnawati, 2007).

12 2.1.2 Morfologi Tanaman Kedelai Akar Akar kedelai adalah akar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat mencapai kedalaman 150 cm. Pada tanah yang mengandung Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam. Perakaran tanaman kedelai mempunyai kemampuan membentuk bintil-bintil (nodula-nodula) akar. Bintilbintil akar bentuknya bulat atau tidak beraturan yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Batang Kedelai termasuk golongan tanaman semak yang memiliki batang setinggi 30-100 cm. Batang kedelai memiliki ruas-ruas dan percabangan 3-6 cm cabang. Tipe pertumbuhan kedelai terdiri atas tiga macam yaitu determinate, semi-determinate, dan indeterminate (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Daun Kedelai memiliki ciri-ciri daun yang khas yaitu helai daun (lamina) berbentuk oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliolatus). Daun ini berfungsi sebagai alat untuk proses asimilasi, respirasi, dan transpirasi (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

13 Bunga Tanaman kedelai adalah tanaman yang memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yaitu pada tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan (benang sari). Penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri (self pollinated). Buah kedelai disebut polong yang tersusun tiap rangkaian buah (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Buah Buah tanaman kedelai disebut polong yang tersusun tiap rangkaian buah. Tiap polong kedelai berisi 1-4 biji. Jumlah polong per tanaman tergantung dari varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada tanah subur umumnya dapat menghasilkan 100-200 polong/pohon (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Biji Perkembangan biji kedelai dimulai sekitar 5 hari setelah pembuahan dan mencapai maksimum setelah 15-20 hari. Biji merupakan komponen kedelai yang bernilai ekonomis. Setiap polong kedelai memiliki 1-5 biji, umumnya yang ada dipasaran berkisar 2-3 biji per polong. Menurut Phoelman (1959), ukuran biji kedelai sangat beragam mulai dari 5-35 gram. Pengelompokan ukuran biji kedelai di Indonesia dibagi tiga, yaitu ukuran besar (bobot>14 g/100 butir), sedang (10-14 g/100 butir), dan kecil (bobot<10 g/100 butir) (Adie dan Krisnawati, 2007).

14 2.1.3 Syarat tumbuh kedelai Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Kondisi iklim yang paling cocok yaitu daerah-daerah yang mempunyai suhu sekitar 25 sampai dengan 27 C; kelembaban udara (RH) rata-rata 65%; penyinaran matahari 13,5 jam/hari atau minimal 10 jam/hari dan curah paling optimum 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai memilki daya adaptasi yang luas pada berbagai jenis tanah. Hal yang paling penting dalam pemilihan lokasi dan lahan untuk penanaman kedelai adalah tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) tanahnya baik, bebas dari kandungan wabah nematode, dan ph tanah yang sesuai yaitu 5,0-7,0 (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). 2.2 Produksi Tanaman Kedelai di Indonesia Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan yang kaya kandungan gizi, kedelai dalam 100 gramnya mengandung 310 kalori, 35% protein, 18% lemak, 35 karbohidrat, dan 8% air. Pada biji kedelai juga mengandung asam amino yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya (Muhuria, 2006 dikutip Jamroni, 2013). Selain itu, kedelai menjadi pilihan karena kandungan gizi yang tinggi, terutama protein, yang mencapai 35-38%; hampir mendekati protein susu sapi. Menurut Handayani (2010), kelebihan lainnya adalah kandungan senyawa fenolik dan asam lemak tak jenuh yang dapat mencegah kanker. Produksi kedelai di Indonesia masih sangat rendah. Pada tahun 2012 produksi kedelai di Indonesia mencapai 851.647 ton, produksi mengalami penurunan

15 sebesar 4,2% pada tahun 2013 menjadi 807.568 ton. Ada beberapa penyebab rendahnya rata-rata produksi kedelai nasional, adalah kekeringan dan kebanjiran, serangan hama, dan penyakit, persaingan dengan gulma, luas lahan yang fluktuatif, waktu tanam yang kurang tepat, dan penggunaan varietas berdaya hasil rendah. Selain itu banyak petani masih menganggap tanaman kedelai sebagai tanaman kedua (secondary crop) sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk tanaman kedelai (Arshad dkk., 2007). Produksi kedelai memang sulit mencapai maksimum, karena karakteristik kedelai yang berasal dari China memang merupakan tanaman subtropis. Salah satu cara agar kedelai mampu berproduksi maksimal, yaitu menemukan varietas kedelai yang sesuai dengan daerah tropis dan memiliki produksi tinggi melalui kegiatan pemuliaan tanaman yang terarah dan terencana (Barmawi, 1988). 2.3 Pemuliaan Tanaman Kedelai Metode pemuliaan tanaman kedelai memiliki prosedur standar yang sama untuk pemuliaan tanaman secara umum. Salah satu cara pemuliaan kedelai melalui persilangan tetua. Persilangan tetua merupakan upaya memperoleh genotipe unggul untuk membentuk kultivar hibrida dan memperluas varians genetik. Dengan persilangan buatan diharapkan gen-gen baik dari kedua tetua yang disilangkan dapat bergabung (Darlina dkk., 1992). Hasil persilangan yang memiliki keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan pada pemulia untuk melakukan seleksi dengan lebih efektif (Barmawi, 2007). Selain itu keefektifan solusi juga ditentukan oleh kemampuan pemulia dan metode seleksi yang digunakan.

16 Pemuliaan tanaman kedelai sebenarnya sudah banyak dilakukan di Indonesia. Pemuliaan kedelai sudah dimulai sejak tahun 1918 hingga saat ini sudah ada setidaknya 78 varietas unggul baru dari hasil pemuliaan tanaman kedelai yang telah dirilis (BALITKABI, 2012). Universitas Lampung juga telah banyak melakukan pemuliaan tanaman kedelai. Salah satu peneliti kedelai yang merupakan salah satu pemulia di Fakultas Pertanian Universitas Lampung adalah Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S. Penelitian ini adalah Penelitian Strategis Nasional (STRANAS) Perakitan Varietas Kedelai yang Tahan terhadap Soybean Mosaic Virus (SMV) yang dilakukan oleh Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., Dr. Ir. Nyimas Sa diyah, M.P., dan Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.S. Penelitian ini dilakukan sebagai dasar untuk membentuk varietas unggul baru. Persilangan tetua yang dilakukan adalah persilangan Wilis X B 3570. Program penelitian ini diawali dengan persilangan tetua Wilis dan B 3570 yang dilakukan pada kegiatan praktikum pemuliaan tanaman. Penelitian ini telah dilakukan sejak tahun 2011 dari generasi F 1, F 2, F 3, F 4, F 5, dan F 6. Selanjutnya pemaparan lebih rici dapat dilihat pada skema penelitian dan silsilah persilangan Wilis X B 3570 pada subbab selanjutnya. 2.4 Skema Perakitan Varietas Kedelai Tahan Soybean Mosaic Virus (SMV) Skema perakitan varietas unggul dari tetua Wilis (Rentan SMV) dengan tetua B 3570 (Tahan SMV) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skema perakitan varietas unggul dari tetua Wilis (Rentan SMV) dengan tetua B 3570 (Tahan SMV). Tahun Kegiatan

2011 Persilangan 2012 Uji Zuriat F 1, F 2, BC 1, dan BC 2 2012-2013 Uji Zuriat F 3, 50 Genotipe terpilih 2013 Uji Zuriat F 4, 25 Genotipe terpilih 2013-2014 Uji Zuriat F 5, 15 Genotipe terpilih 2014 Uji Zuriat F 6, 10 Genotipe terpilih 2014-2015 Uji Zuriat F 7 untuk mendapatkan galur yang tahan SMV dan memiliki produksi tinggi. 17

18 2.5 Silsilah persilangan Wilis dan B 3570 Silsilah persilangan Wilis dan B 3570 dapat dilihat pada Gambar 1. Wilis X B 3570 Persilangan Wilis dengan B 3570 dilakukan pada kegiatan Praktikum Pemuliaan Tanaman. Benih F 1 Didapatkan 4 benih hasil persilangan. Tanaman F 1 Dari 4 benih berhasil ditanam 2 tanaman F 1 Benih F 2 Didapatkan 146 benih Tanaman F 2 Ditanam 146 tanaman, dengan nomor urut 1 146 (Lindiana, 2012) Benih F 3 Dipilih secara acak 300 benih dari tanaman No. 142 (peringkat 1) dari tanaman F 2 Tanaman F 3 Ditanam 300 tanaman dengan nomor urut 1 300 (Wantini, 2013) Benih F 4 Dipilih 25 nomor terbaik yaitu, 5, 174, 48, 161, 140, 20, 32, 244, 17, 130, 111, 268, 10, 152, 66, 181, 263, 102, 235, 177, 159, 131, 151, 262, 99. Tanaman F 4 Ditanam 20 tanaman per nomor dari benih F 4 (Barmawi dkk., tidak dipublikasi) Benih F 5 Dipilih 15 nomor terbaik yaitu, 235-2, 140-1, 163-1, 130-2, 159-5, 159-1, 151-1, 102-3, 102-4, 152-4, 102-5, 181-5,66-1, 151-3. Tanaman F 5 Ditanam 20 tanaman per nomor tanaman (Meydina, 2014) Benih F 6 Dipilih 10 nomor terbaik yaitu, 159-1-14, 159-5-1, 102-3-15, 102-4-6, 159-5-2, 159-1-16, 102-4-1, 163-1-1, 163-1-16, dan 140-1-5. Tanaman F 6 Ditanam 20 tanaman per nomor harapan dengan penulisan nomor memuat semua nomor harapan dari generasi F 2, F 3, F 4, dan F 5 secara berurutan yaitu, 142-159-1-14, 142-159-5-1, 142-102-3-15, 142-102-4-6, 142-159-5-2, 142-159-1-16, 142-102-4-1, 142-163-1-1, 142-163-1-16, dan 142-140-1-5. Gambar 1. Silsilah generasi persilangan Wilis X B 3570.

19 2.6 Korelasi Komponen-komponen hasil pada tanaman saling berhubungan satu sama lain. Pendugaan korelasi fenotipik antarsifat perlu dipertimbangkan agar seleksi dapat dilakukan berdasarkan dua atau lebih sifat secara bersamaan (Suwelo, 1983 dikutip Barmawi, 1988). Pengetahuan tentang adanya korelasi antarkarakter merupakan hal yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman. Adanya korelasi antarkarakter dapat digunakan untuk seleksi tidak langsung agar lebih efisien (Chozin dkk., 1993). Estimasi nilai korelasi diperlukan dalam kegiatan pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan persilangan tetua. Penyilangan tetua dapat dipengaruhi oleh korelasi antarkomponen hasil yang memengaruhi hasil tanaman. Hasil kedelai ditentukan oleh pengaruh masing-masing komponen yang dapat saling memengaruhi satu sama lain, yang disebut korelasi (Rachmadi, 2000; Hapsari dan Adie, 2007). Korelasi antarkomponen positif bila kenaikan satu sifat membuat peningkatan pada sifat yang lain dan korelasi antarkomponen negatif bila peningkatan satu sifat membuat penurunan sifat yang lain. Korelasi menjadi tidak efektif, bila jumlah komponen yang saling bergantung meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan kesulitan pemulia membedakan komponen mana yang berpengaruh langsung terhadap hasil. Oleh karena itu untuk mengetahui hubungan antara komponen hasil dan hasil, serta menjawab masalah di atas dalam penelitian ini digunakan analisis lintas (Barmawi, 1988; Miftahorrachman, 2010).

20 2.7 Metode Analisis Lintas Analisis lintas pertama kali diperkenalkan oleh Wright pada tahun 1921 untuk membantu menjelaskan hubungan antarkomponen dengan menguraikan korelasi menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Pemisahan pengaruh langsung dan tidak langsung dapat memperlihatkan sejauh mana pengaruh komponen hasil terhadap sifat utama tanaman (Barmawi, 1988; Surek dan Beser, 2003; Samudin, 2005; Arshad dkk., 2007). Estimasi korelasi dan analisis lintas adalah dasar untuk seleksi tidak langsung dalam pemuliaan tanaman yang dilakukan dengan persilangan tetua. Seleksi tidak langsung dapat dilakukan dengan menentukan karakter seleksi untuk mendapatkan sifat yang diinginkan (Rachmadi, 2000). Penafsiran koefesien lintas dan korelasi melalui pedoman Singh dan Chaudary pada akhirnya akan menentukan karakter seleksi yang akan memberikan respon yang cepat terhadap usaha seleksi. Penggunaan metode analisis lintas telah banyak dilakukan dalam penelitian tentang komponen yang berhubungan dengan hasil. Dengan metode ini, Raffi dan Nath (2004) menyatakan bahwa hasil kacang merah dipengaruhi oleh jumlah polong per tanaman, panjang polong, jumlah biji/tanaman, dan bobot 20 biji. Pada tanaman lentil, Younis dkk. (2008) menyatakan bahwa umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang utama, hasil, indeks panen, dan bobot 100 butir ber-pengaruh langsung terhadap hasil. Miftahorrachman (2010) mengemukakan bahwa jumlah bunga, bobot polen, dan jumlah spikelet memiliki pengaruh terhadap produksi buah pinang.

21 Pengujian kedelai dengan analisis lintas juga telah banyak dilakukan, diantaranya Barmawi (1988) yang menyatakan bahwa hasil seleksi langsung terhadap hasil itu sendiri dapat dilakukan untuk mendapatkan kedelai berhasil tinggi. Dengan analisis lintas pula hasil penelitian Bizeti dkk. (2004), Wirnas dkk. (2006), dan Siagian (2014) menyatakan bahwa karakter total jumlah polong dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan kedelai dengan bobot biji per tanaman yang berat. Dengan metode analisis lintas akan meningkatkan kemampuan pemulia untuk memilih karakter seleksi yang tepat, sehingga seleksi menjadi efektif.