PENJELASAN PEMERINTAH DALAM PENYAMPAIAN RUU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD, DAN DPRD KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

PERATURAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Re

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

- 4 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAHAN ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DAN OTORITASNYA DALAM PEMAKZULAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PENJELASAN PEMERINTAH DALAM PENYAMPAIAN RUU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD, DAN DPRD KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang a. Ketetapan MPR Rl Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999-2004, pada huruf C Politik angka 1 Politik Dalam Negeri huruf c, dan d antara lain mengamanatkan: 1) Meningkatkan peran MPR, DPR, dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab, mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; 2) Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka, pengembangan kehidupan kepartaian yang menghormati keberagaman aspirasi politik, serta mengembangkan sistem dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dengan menyempurnakan berbagai peraturan perundangundangan di bidang politik; b. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 3, 19, 20A, 22B, dan 22C antara lain menyatakan: 1) Pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota memiliki Dewan Perwakiian Rakyat yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum; 2) Anggota Dewan Perwakiian Rakyat dipilih melalui pemilihan umum, dan susunan Dewan Perwakiian Rakyat diatur dengan Undangundang; 3) Dewan Perwakiian Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan dan ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakiian Rakyat diatur dalam Undang-undang; 4) Anggota Dewan Perwakiian Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, dengan syarat-syarat dan tata cara yang diatur dalam Undang-undang; 5) Anggota Dewan Perwakiian Daerah untuk setiap Provinsi jumlahnya sama dan seluruh anggota Dewan Perwakiian Daerah tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakiian Rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum; c. Ketetapan MPR Rl Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA, pada Sidang

Tahunan MPR 2002, antara lain merekomendasikan kepada Presiden bersama DPR segera menyelesaikan, memprioritaskan serta merevisi Undang-undang Pemilu dan Partai Politik serta menyiapkan Undangundang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD serta Undang-undang Kepresidenan sebagai tindak lanjut dari perubahan Undang-Undang Dasar 1945, 2. Maksud dan Tujuan Maksud: Mewujudkan lembaga permusyawaratan dan lembaga perwakilan yang mampu mencerminkan kedaulatan rakyat serta dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat sesuai dengan tuntutan dan dinamika politik. Tujuan: a. Memantapkan sistem permusyawaratan dan perwakilan rakyat yang memiliki otoritas b. dan legalitas yang tinggi; c. Meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan secara efektif; d. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kepada konstituen dan masyarakat; e. Meningkatkan pemberdayaan badan permusyawaratan/perwakilan rakyat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya; f. Mengembangkan kemitraan dan kesetaraan lembaga legislate dengan lembagai eksekutif. 3. Dasar Hukum a. UUD 1945 beserta Penjelasan b. Ketetapan Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004; c. Ketetapan MPR Rl Nomor VI/MPR/2002 Tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh I Presiden, DPA, DPR, BPK, MA, Pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 2002; d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah; e. Undang-undang Nomor...Tahun...Tentang emilu. II. POKOK-POKOK MATERI 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat. a. Susunan dan Keanggotaan MPR 1) MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum 2) Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden b. Pimpinan MPR

1) Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR; 2) Ketua MPR dipilih dari anggota DPR atau anggota DPD, sedangkan Wakil Ketua MPR terdiri atas seorang dari lembaga DPR dipilih oleh anggota DPR dan seorang dari lembaga DPD dipilih oleh anggota DPD; 3) Pimpinan MPR tidak boleh dirangkap oleh Pimpinan DPR dan Pimpinan DPD; 4) Selama Pimpinan MPR belum terbentuk, MPR dipimpin oleh Pimpinan Sementara MPR; 5) Pimpinan Sementara MPR yaitu Ketua DPR sebagai Ketua Sementara MPR dan Ketua DPD sebagai Wakil Ketua Sementara MPR; 6) Dalam hal Ketua DPR dan/atau Ketua DPD berhalangan, kedudukannya digantikan oleh salah satu Wakil Ketua DPR dan/atau Wakil Ketua DPD; 7) Pimpinan MPR berhenti dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. berhenti atau diberhentikan sebagai anggota DPR dan/atau anggota DPD; d. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Pimpinan MPR; dan e. ditetapkan oleh Badan Kehormatan DPR untuk diberhentikan karena melanggar Kode Etik MPR. c. Kedudukan MPR MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang anggotanya meliputi wakil rakyat dan wakil daerah. d. Tugas dan wewenang 1) mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; 2) melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripurna MPR; 3) memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan di dalam Sidang Paripuma MPR; 4) melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; 5) memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya; 6) memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti

secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya. 7) menetapkan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik MPR. e. Hak anggota MPR 1) mengajukan usul perubahan Undang-Undang Dasar; 2) menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan; 3) protokoler; 4) keuangan dan administratif; f. Kewajiban anggota MPR 1) mengamalkan Pancasila; 2) melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan; 3) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional; 4) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; 5) melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah. g. Sidang dan putusan MPR 1) MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara; 2) Selain sidang sebagaimana butir 1) MPR bersidang untuk melaksanakan tugas dan wewenang 3) Sidang MPR sah apabila dihadiri: a. sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden; b. sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; c. sekurang-kurangnya 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah Anggota MPR untuk selain sidang-sidang sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan b). 4) Putusan sebagaimana dimaksud dalam butir 2) dan butir 3) huruf a) ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR yang hadir; 5) Putusan sebagaimana dimaksud dalam butir 2) dan butir 3) huruf b ditetapkan dengan persetujuan 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari seluruh jumlah Anggota MPR; 6) Putusan sebagaimana dimaksud dalam butir 2) dan butir 3) huruf c ditetapkan dengan suara yang terbanyak; 7) Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak sebagaimana dimaksud pada butir 6) diatas, terlebih dahulu

diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah a. Susunan dan keanggotaan 1) DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu; 2) Jumlah anggota DPR sebanyak 550 orang; 3) Jumlah anggota DPRD Provinsi ditetapkan sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang yang ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah penduduk di Kabupaten/Kota; 4) Jumlah anggota DPRD Kabupaten/Kota ditetapkan sekurangkurangnya 15 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang yang ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah penduduk di Kecamatan. 5) Jumlah anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan, ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). b. Pimpinan DPR 1) Pimpinan DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas seorang Ketua dan 3 (tiga) orang Wakil Ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota dalam sidang Paripurna DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota. 2) Sebelum Pimpinan DPR, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota terbentuk, sidang-sidang dipimpin oleh Pimpinan Sementara yang terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari 2 (dua) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota 3) Pimpinan DPR berhenti dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Pimpinan DPR; d. ditetapkan oleh Badan Kehormatan DPR untuk diberhentikan karena melanggar Kode Etik DPR; dan e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara. 4) Pimpinan DPR diberhentikan sementara dari jabatannya apabila dinyatakan bersalah oleh pengadilan karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara; 5) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPR diberhentikan dari jabatannya, para anggota pimpinan lainnya mengadakan musyawarah untuk menentukan pelaksana tugas sementara sampai

terpilihnya pengganti definitif. c. Kedudukan dan fungsi DPR 1) DPR/DPRD Provinsi/DPRD'Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat yang memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat sebagai badan legislate 2) DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. d. Tugas dan wewenang DPR 1) membentuk Undang-undang bersama Presiden; 2) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD; 3) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-undang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta kebijakan Pemerintah; 4) membahas usulan RUU di bidang tertentu yang diajukan DPD; 5) membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan; 6) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang; 7) membahas hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; 8) memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat; 9) memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi; 10) memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD; 11) memberikan persetujuan calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden; 12) memberikan persetujuan calon anggota Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai anggota Komisi Yudisial oleh Presiden; 13) menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, e. Tugas dan wewenang DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota 1) membentuk peraturan daerah bersama-sama dengan Gubemur/ Bupati/Walikota; 2) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersamasama dengan Gubernur/Bupati/Walikota;

3) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan: a) peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan; b) keputusan Gubemur; c) Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah; d) kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah; e) kerjasama internasional di daerah; 4) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/Wakil Gubemur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (untuk DPRD Provinsi) ; mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Walikota/Wakil Bupati/Wakil Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubemur (untuk DPRD Kabupaten/Kota); 5) memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; 6) meminta keterangan laporan pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi. f. Hak DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota 1) DPR/ DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota mempunyai hak: a) interpelasi (mengajukan pertanyaan); b) angket (mencari dan meminta keterangan); c) menyatakan pendapat. 2) Anggota DPR/ DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota mempunyai hak : a) mengajukan rancangan undang-undang (untuk DPR) dan Rancangan Peraturan Daerah (untuk DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota); b) mengajukan pertanyaan; c) menyampaikan usul dan pendapat; d) imunitas; e) protokoler; f) keuangan dan administratif. g. Kewajiban anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota 1) mengamalkan Pancasila; 2) melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; 3) membina kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; 4) mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 5) menerima dan mengikutsertakan DPD membahas usulan rancangan undang-undang yang disampaikan DPD;

6) memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; 7) menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD; 8) meningkatkan kesejahteraan rakyat. 9) memperhatikan, menyerap, menyalurkan aspirasi masyarakat. 10) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; 11) memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; 12) mentaati Kode Etik dan Peraturan Tata Tertib; dan 13) menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait. 3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) a. Susunan dan keanggotaan 1) DPD terdiri atas wakil-wakil daerah Provinsi yang dipilih melalui pemilu 2) Di setiap Provinsi yang merupakan daerah pemilinan, masingmasing sebanyak 4 (empat) orang, dengan ketentuan jumlah anggota DPD seluruh Indonesia tidak boleh lebih dari 1/3 dari jumlah anggota DPR. b. Pimpinan DPD 1) Pimpinan DPD terdiri atas seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPD dalam sidang paripurna DPD. 2) Selama pimpinan DPD belum terbentuk, DPD dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPD. 3) Pimpinan Sementara DPD terdiri atas seorang Ketua Sementara dan seorang Wakil Ketua Sementara yang diambilkan dari anggota tertua dan anggota termuda usianya. 4) Pimpinan DPD berhenti dari jabatannya karena: a) meninggal dunia; b) mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Pimpinan DPD; d) ditetapkan oleh Badan Kehormatan DPD untuk diberhentikan karena melanggar Kode Etik DPD; atau e) dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara. 5) Pimpinan DPD diberhentikan sementara dari jabatannya apabila

dinyatakan bersalah oleh pengadilan karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara. 6) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPD diberhentikan dari jabatannya, para anggota pimpinan lainnya mengadakan musyawarah untuk menentukan pelaksana tugas sementara sampai terpilihnya pengganti definitif. c. Kedudukan dan fungsi DPD 1) DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah 2) DPD mempunyai fungsi: a. Mengajukan usul, ikut membahas dan memberikan pertimbangan di bidang legislasi tertentu; b. pengawasan atas pelaksanaan legislasi tertentu. d. Tugas dan wewenang 1) DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengeloiaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Usulan RUU tersebut dibahas sebelum DPR membahas RUU dimaksud dengan Pemerintah. 2) DPD ikut membahas bersama DPR atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan Pusat dan Daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengeloiaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang diajukan oleh pemerintah atau hak inisiatif DPR. Untuk itu DPD diundang oleh DPR untuk pembahasan antara DPR dan DPD yang dilakukan sebelum DPR membahas RUU dimaksud dengan pemerintah. 3) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Pertimbangan dimaksud diberikan dalam bentuk tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan pemerintah. Pertimbangan dimaksud dapat menjadi bahan bagi DPR dalam melakukan pembahasan dengan pemerintah. 4) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Pertimbangan dimaksud disampaikan secara tertulis sebelum pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan. 5) DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undangundang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama. Pengawasan dimaksud merupakan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan dampak pelaksanaan undangundang dimaksud. Hasil pengawasan disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. 6) DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari Badan Pemeriksa Keuangan untuk dijadikan bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang RUU yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara. e. Hak DPD 1) DPD mempunyai hak: a) mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR; b) ikut membahas rancangan undang-undang tertentu; c) merencanakan anggaran belanja DPD. 2) Anggota DPD mempunyai hak: a) menyampaikan usul dan pendapat; b) imunitas; c) protokoler; dan d) keuangan dan administratif, f. Kewajiban Anggota DPD 1) mengamalkan Pancasila; 2) melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan. 3) membina demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; 4) mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional; 5) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 6) memperhatikan, menyerap, menyalurkan aspirasi masyarakat dan daerah. 7) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; 8) memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; dan 9) mentaati Kode Etik dan Tata Tertib DPD 10) menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya, 4. Penggantian Antarwaktu a. Penggantian antarwaktu anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota 1) Anggota DPR berhenti antarwaktu karena: a) meninggal dunia; b) mengundurkan diri sebagal anggota atas permintaan sendiri; c) diusulkan oleh Partai Politik yang bersangkutan; dan d) diberhentikan,

2) Anggota DPR diberhentikan karena: a) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota DPR. b) tidak lagi memenuhi syarat-syarat calon anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum; c) dinyatakan melanggar sumpah/janji dan/atau Kode Etik DPR; d) melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan; e) tidak melaksanakan fungsi sebagai wakil rakyat. f) dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melanggar tindak pidana dengan ancaman pidana serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara; g) berhenti atau diberhentikan sebagai anggota Partai Politik oleh Pimpinan Partai Politik yang bersangkutan setelah diputuskan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Politik yang bersangkutan. 3) Anggota DPR yang dianggap telah memenuhi ketentuan butir 2) diajukan oleh anggota DPR/Pengurus Partai Politik/Masyarakat/ Pemilih kepada Badan Kehormatan DPR untuk dilakukan penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan. b. Penggantian antarwaktu anggota DPD 1) Anggota DPD berhenti antarwaktu karena: a) meninggal dunia; b) mengundurkan diri sebagai anggota atas permintaan sendiri; c) diberhentikan. 2) Anggota DPD diberhentikan karena: a) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota DPD. b) tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagai anggota lembaga perwakilan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Pemilu; c) dinyatakan melanggar sumpah/janji dan/atau Kode Etik DPD; d) melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan; e) tidak melaksanakan fungsi sebagai wakil daerah. f) dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena mejanggar tindak pidana dengan ancaman pidana serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara; 3) Anggota DPD dapat diajukan dan diusulkan untuk berhenti, diajukan oleh masyarakat kepada DPRD Provinsi sesuai domisili yang

bersangkutan; 4) DPRD Provinsi mengadakan penyelidikan dan verifikasi serta meminta kiarifikasi yang bersangkutan dan mengadakan sidang paripurna untuk mengambil keputusan dan yang hasilnya disampaikan kepada Pimpinan DPD dan Pimpinan MPR; 5) Badan Kehormatan DPD melakukan penelitian atas usul DPRD Provinsi dan memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPD untuk diambil keputusan. 5. Alat Kelengkapan, Protokoler, Keuangan dan Peraturan Tata Tertib. a. Alat kelengkapan MPR terdiri atas Pimpinan dan Panitia Ad Hoc. b. Alat kelengkapan DPR terdiri atas Pimpinan, Komisi dan Sub Komisi, Badan Musyawarah, Badan legislasi, Badan Kerjasama Antar-Parlemen, Badan Kehormatan dan Panitia Anggaran dan Alat kelengkapan lain yang diperlukan; c. Alat kelengkapan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota terdiri atas Pimpinan, Komisi, Badan Kehormatan, Panitia Anggaran, dan Alat kelengkapan lain yang diperlukan; d. Alat kelengkapan DPD terdiri atas Pimpinan dan Badan Kehormatan. e. Dalam membantu kelancaran tugas anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota, diangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan dan berada dibawah koordinasi Sekretariat MPR, DPR, DPD, dan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota; f. Kedudukan protokoler dan keuangan Pimpinan dan anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota diatur oleh setiap lembaga tersebut bersama-sama Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; g. Peraturan Tata Tertib MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota diatur oleh setiap lembaga tersebut dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan dan kepentingan umum. 6. Kekebalan, larangan, dan penyidikan terhadap anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota a. Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dapat dituntut di hadapan Pengadilan karena pemyataan dan/atau pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, baik terbuka maupun tertutup apabila yang bersangkutan mengumumkan atau memberi keterangan apa yang sudah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman Rahasia Negara dalam Buku Kedua BAB I KUHP dan membuat pemyataan yang melanggar kode etik masing-masing lembaga yang bersangkutan. b. Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tidak dapat diganti antarwaktu karena pemyataan dan/atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, kecuali jika melakukan perbuatan melanggar hukum

yang dapat dikenai sanksi pidana. c. Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tidak boleh merangkap: 1) jabatan kenegaraan lainnya; 2) hakim pada badan peradilan; 3) Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/PoIri, Pegawai pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau Badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD. d. Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/pengacara, notaris,, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. e. Anggota MPR, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. f. Dalam hal anggota MPR, DPR, DPD diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Presiden, g. Dalam hal seorang anggota DPRD Provinsi diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden. h. Dalam hal seorang anggota DPRD Kabupaten/Kota diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Gubernur atas nama Presiden. III. PENUTUP Demikianlah penjelasan pokok-pokok atas Rancangan Undang-undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD yang terdiri dari 12 Bab dan diuraikan dalam 105 pasal. Sesuai dengan ketetapan MPR No VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Utusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, BPK, MA pada sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002 yang merekomendasikan kepada Presiden bersama DPR agar segera menyelesaikan, memprioritaskan serta merevisi Undang-undang tentang Pemilu dan Undang-undang tentang Partai Politik serta menyiapkan Rancangan Undang-undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, serta Rancangan Undang-undang tentang Kepresidenan sebagai tindak lanjut dari perubahan UUD 1945, maka pemerintah berharap pembahasan materi Rancangan Undang-undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD diharapkan dapat segera dibahas. JAKARTA, Nopember2002