BAB 1 PENDAHULUAN. manusia memerlukan adanya orang lain, manusia selalu berhubungan satu sama lain, untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Oleh

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini. Dalam rangka menuju

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan media dan barang yang tidak

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB I PENDAHULUAN. membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum Mudhârabah dan

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan horizontal antar makhluk (mu amalah). Manusia memiliki kebutuhan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk pandangan hidup manusia. Islam hadir dalam bentuk

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB II LADASAN TEORI. Rahn secara etimologis, berarti tsubut (tetap) dan dawam (kekal,terus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurutnya hubungan manusia sebagai makhluk sosial ini dalam Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

PEMBIAYAAN MULTI JASA

Bab 1 PENDAHULUAN. QS. Al-Baqarah ayat 282 berkenaan dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi:

BAB II LANDASAN TEORI

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berkodrat hidup dalam masyarakat, kehidupan manusia memerlukan adanya orang lain, manusia selalu berhubungan satu sama lain, untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dan hidup bermasyarakat harus tercipta hubungan yang baik dengan orang lain, agar adanya kesadaran untuk saling tolong menolong, saling menerima dan saling memberi. Manusia dari segi fitrahnya, diciptakan dengan beragam tuntunan dan kebutuhan hidup. Kita memiliki kebutuhan untuk berpikir, tumbuh dan berkembang besar. Konsekuensi logis dari saling membutuhkan satu sama lain tersebut maka akan melahirkan suatu perhubungan hukum yang berupa hak dan kewajiban di antara mereka. Dengan demikian hubungan sesama manusia itu berakibat adanya timbal balik yang saling mempengaruhi dan akan menimbulkan keterkaitan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam masyarakat. 1 Kebutuhan masyarakat selalu meningkat, apalagi dengan kenaikan bahan pokok, bahan pangan, bbm dan lain-lain yang menjadikan pengeluaranpun ikut meningkat. Banyak orang yang terpaksa meminjam materi kepada pihak lain dan utang piutangpun tidak dapat dihindari. Pada jaman modern ini banyak muncul fenomena ketidak percayaan diantara manusia sehingga meminta jaminan benda atau barang berharga dalam meminjamkan hartanya. 1 M Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2007), hlm. 13.

Pinjam meminjam atau utang piutang tidak termasuk meminta yang di cela dalam agama islam, karena orang yang meminjam menerima uang atau barang dari orang lain untuk dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum tercukupi dengan bermaksud menggantikannya pada waktu yang akan datang. Pinjam meminjam sudah menjadi suatu hal yang sangat di perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Islam pun mengajarkan kepada semua umatnya agar saling membantu dalam segala sesuatu yang baik, seperti memberi bantuan pinjaman kepada orang-orang yang betul-betul memerlukannya dengan tidak di bebani tambahan sekecil apapun. Membantu orang lain dengan memberikan pinjaman uang atau barang yang di perlukannya, yang mengandung nilai kebaikan dan merupakan ibadah yang berpahala di sisi Allah SWT, serta mengandung nilai sosial yang sangat tinggi. 2 Islam membolehkan pinjam-meminjam, baik melalui individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga itu berupa Lembaga Keuangan Syariah (LKS), baik lembaga Bank maupun non-bank. Salah satu produk lembaga keuangan syariah adalah pembiayaan, di mana dalam hukum Islam kepentingan kreditur sangat diperhatikan, jangan sampai dirugikan. Karenanya dibolehkan meminta barang dari debitur sebagai jaminan hutangnya. Dalam dunia finansial, barang jaminan ini biasa dikenal dengan objek kolateral atau barang gadai dalam gadai syariah. lembaga keuangan syariah adalah badan usaha yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Serta menawarkan jasa keuangan lain seperti: simpanan, asuransi, investasi, pembiayaan, dan lain-lain. Berdasarkan prinsip syariah dan tidak menyalahi dewan syariah nasional. 2 Ahmad A. Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Yogyakarta: UII Press, 2000), Hlm. 35.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip prinsip syariah ataupun muamalah islam. BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, tetapi BPR Syariah operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil. Produk Rahn emas di BPRS HIK Parahyangan hadir sebagai solusi keuangan terbaik bagi nasabah ketika membutuhkan uang tunai tanpa harus kehilangan emas sebagai investasi berharga nasabah. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. 3 Rahn adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas utang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki 3 Adriaan Sutedi, Hukum Gadai Syariah (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), hlm. 1.

nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 4 Rahn Emas adalah produk qard beragun emas dimana bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada nasabah dengan agunan berupa emas perhiasan atau logam mulia dari nasabah yang bersangkutan dengan mengikuti prinsip qard dan rahn. Barang emas dimaksud ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan bank dan atas pemeliharaan tersebut bank mengenakan biaya sewa atas dasar prinsip ijarah. Al-Qardh adalah pemberian atau meminjamkan harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali sebanyak yang dipinjamkan. Dalam qardh tidak ada imbalan atau tambahan nilai pengembalian. 5 Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. 6 Ketentuan umum mengenai produk rahn emas di BPR Syariah HIK Parahyangan meliputi: pertama, peruntukkan untuk perorangan. Kedua, obyek rahn emas berupa perhiasan atau logam mulia. Ketiga, jangka waktu satu sampai dengan tiga bulan dan dapat digadaikan ulang sebanyak dua kali perpanjangan. Keempat, maksimal pembiayaan 80% dari taksiran. Selain ketentuan-ketentuan umum itu, masih ada ketentuan-ketentuan lainnya yang bersifat procedural, diantaranya: pertama, membuka rekening tabungan di BPR Syariah HIK Parahyangan. Kedua, Mengisi formulir aplikasi Rahn Emas. Ketiga, Menyerahkan Fotocopy identitas diri yang masih berlaku. 4 Ibid. 5 Atang Abd. Hakim, Fiqih Perbankan Syariah (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), Hlm. 266. 6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam - Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2004), Hlm. 138.

Di BPR Syariah HIK Parahyangan dalam melaksanakan pembiayaan produk Rahn Emas mengacu pada fatwa DSN MUI No.25 tentang Rahn, Fatwa DSN MUI No.26 tentang Rahn Emas, Fatwa DSN MUI No.19 tentang Qardh, dan Fatwa DSN MUI No.9 tentang ijarah. Bank selaku murtahin (penerima barang) mendapatkan ujrah (upah) dari biaya sewa menyimpan emas yang digadaikan. ketentuan besarnya ujrah tidak boleh menggunakan prosentase melainkan harus dalam bentuk nominal. Sedangkan dalam praktik Rahn Emas di BPRS HIK Parahyangan menetapkan biaya jasa penitipan menggunakan prosentase. Untuk itu maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis hukum ekonomi syariah mengenai prosedur dan penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung menetapkan biaya ujrah pada produk rahn emas menggunakan Prosentase, sedangkan dalam fatwa DSN MUI No. 44 tentang multi jasa menyebutkan bahwa penetapan ujrah harus menggunakan nominal bukan prosentase. Bertolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dalam pelaksanaan penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPR Syariah HIK Parahyangan Cileunyi maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pembiayaan dan penetapan ujrah pada produk Rahn Emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung?; dan. 2. Bagaimana Analisis Hukum Ekonomi Syariah Mengenai Penetapan Ujrah Pada Produk Rahn Emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka deskripsi hasil penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan dan penetapan ujrah pada produk Rahn Emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. b. Untuk mengetahui analisis hukum ekonomi syariah mengenai penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. 2. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini ternyata mempunyai manfaat-manfaat yang sekiranya dapat menambah kegunaan penelitian ini, baik untuk peneliti, civitas akademika dan lembaga keuangan syariah. a. Bagi peneliti\ Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. b. Bagi Civitas Akademika Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh civitas akademika khususnya yang berada di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang memiliki konsentrasi di dalam perbankan syariah sehingga ini menjadi bekal bagi para akademisi di dalam memberikan sikap dan pendapat mengenai praktek di perbankan syariah. c. Bagi Lembaga Keuangan Syariah

Bagi lembaga keuangan syariah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu acuan atau pedoman di dalam meningkatkan produk-produk yang ditawarkan di dalam bank syariah dalam Penetapan ujrah. D. Kerangka Pemikiran Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas pembiayaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Dan pembiayaan konsumtif yaitu, pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. 7 Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. 8 Gadai (rahn) merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang piutang, yangmana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang berhutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah ada sejak jaman Rasulullah s.a.w dan Rasulullah sendiri pernah 7 Muhammad Syafi`i Antonio, Bank Islam - dari teori ke praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 50. 8 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: ekonisia, 2005), Hlm. 17.

melakukannya. Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-menolong. 9 Rahn emas adalah salah satu produk pembiayaan di BPR Syariah HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. Rahn Emas adalah produk qard beragun emas dimana bank memberikan fasilitas pembiayaan kepada nasabah dengan agunan berupa emas perhiasan atau logam mulia dari nasabah yang bersangkutan dengan mengikuti prinsip qard dan rahn. Barang emas dimaksud ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan bank dan atas pemeliharaan tersebut bank mengenakan biaya sewa atas dasar prinsip ijarah. Dasar Hukum tentang Rahn terdapat dalam Al-qur`an dan Hadist yang telah memberikan aturan-aturan ataupun tuntunan-tuntunannya. Pada surat al-baqarah ayat 283 Allah berfirman : ا ن ك ى ت م ع ل س ف ز ل م ت ج ذ ا ك ا ت ب ا ف ز ه م م ب ض ت ف ا ن ا م ه ب ع ض ك م ب ع ض ا ف ل إ د ال ذ اؤ ت م ه ا م ا و ت ب ال ت ك ت م ا الش اد ة م ه ك ت م ا ف ا ل ل ب للا ب م ا ت ع م ل ن ع ل م و اث م ل ت ك للا ر Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah : 283) 10 9 Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hlm. 2. 10 Departemen Agama, Mushaf Al-Azhar: Al-qur`an dan Terjemah (Bandung: Jabal, 2010), Hlm. 49.

Hadis Nabi riwayat al-bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a., ia berkata: ا ن الى ب ص ل ع ل س ل م اش ت ز ط ع ام ا م ه د ئ ل أ ج ل ر ى د ر ع ا م ه ح ذ ذ Artinya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya. Dasar Hukum tentang Ijarah terdapat dalam Al-qur`an dan Hadist yang telah memberikan aturan-aturan ataupun tuntunan-tuntunannya. Dalam surat al-zukhruf ayat 32 Allah berfirman : للا ا م م س م ن ر ح م ت ر ب ك و ح ه ل س م ى ا ب ى م م ع ش ت م ف ال ح ة الذ و ا ر ف ع ى ا ب ع ض م ف ق ب ع ض د ر ج ت ل ت خ ذ ب ع ض م ب ع ض ا س خ ز ا ر ح م ت ر ب ك خ ز م م ا ج م ع ن. Artinya: apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. 11 Hadis riwayat `Abd Ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa`id al-khudri, Nabi s.a.w. Bersabda: م ه اس ت أ ج ز أ ج ز ا ف ل ع ل م أ ج ز ي. Artinya: barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya. Adapun fatwa yang mengatur mengenai pemberian ujrah adalah pada fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa ayat 5 yang mengatur ketentuan, Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase. 11 Departemen Agama, Mushaf Al-Azhar: Al-qur`an dan Terjemah (Bandung: Jabal, 2010), Hlm. 491.

E. Metodologi dan Langkah-langkah Penelitian Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni mendeskripsikan suatu satuan analisis secara utuh, sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi. Menurut Cik Hasan Bisri 12, tipe dari penelitian seperti ini merupakan metode studi kasus, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, seperti Penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPRS HIK Parahyangan Cilleunyi Kabupaten Bandung. 2. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dimana sekumpulan data yang diperoleh dari penelitian merupakan jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan terhadap masalah yang didentifikasi pada tujuan yang telah ditetapkan. Masalah yang dibahas disini yaitu mengenai penetapan ujrah pada produk rahn emas di BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung. 3. Sumber Data Penentuan sumber data dalam penelitian ini terbagi kepada dua bagian yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder 13. a. Sumber data primer 12 Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmu Agama (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2003), Hlm. 57. 13 Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmu Agama (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2003), Hlm. 57.

Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan karyawan BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung mengenai prosedur rahn emas dan penetapan ujrah pada produk rahn emas. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai literature yang berhubungan dengan masalah penelitian, yakni mengenai konsep, teori dan prosedur rahn emas dan penetapan ujrah pada produk rahn emas. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung terhadap objek penelitian. b. Wawancara Dalam hal ini penulis mempersiapkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah agar memperoleh data yang pasti dan akurat. Adapun yang diwawancarai ialah karyawan yang berwenang dalam produk rahn emas pada BPRS HIK Parahyangan Cileunyi Kabupaten Bandung yaitu Ibu Rani. c. Studi kepustakaan Studi kepustakaan digunakan sebagai sarana untuk pengumpulan data yang bersifat kualitatif dengan cara mencari data dari buku-buku, artikel-artikel, kitab dan sumber-sumber tertulis lainnya. Hasil dari studi kepustakaan ini dapat dijadikan landasan atau sumber data pelengkap mengenai konsep, teori dan praktik pembiayaan Rahn Emas.

5. Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data secara kualitatif dengan cara mengumpulkan data untuk kemudian ditafsirkan dan diambil kesimpulan. Dalam pelaksanaannya analisis data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menginventarisasi data yang terkumpul dari berbagai sumber, baik sebagai data primer maupun sumber data sekunder; b. Mengklarifikasi data kedalam satuan-satuan sesuai dengan variabel masalah penelitian; c. Menghubungkan data antara teori dengan praktik sebagaimana disusun dalam kerangka pemikiran; d. Menganalisis seluruh data secara deduktif dan induktif; Penarikan kesimpulan.