KEWENANGAN PELAKSANA HARIAN DAN PELAKSANA TUGAS DALAM ASPEK KEPEGAWAIAN. Mutakbir.Com

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : K.26-30ru.20-3/99

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

[1] PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

2017, No Nasional tentang Tata Cara Pengangkatan Pelaksana Tugas di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 033 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAIANAN

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP. Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.01/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Harian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENJABAT SEKRETARIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 38 TAHUN 2013

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 N

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PERPINDAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI E

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

ISSUE STRATEGIS Manajemen ASN. Rapat Koordinasi Nasional Badan Kepegawaian Negara 2016

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

2011, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 23 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU

TATA NASKAH DINAS UB PERTOR 24/2016. OLEH: AAN EKO WIDIARTO (Pengajar Legislative Drafting FH UB)

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI BELITUNG KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG NOMOR : / 109 /KEP/BKD/2011 TENTANG

dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada di bawah dan

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK, TATA CARA DAN PENJELASAN PENGISIAN SKP ELEKTRONIK (e-logbook) TAHUN 2017

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

-1- REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEWENANGAN PELAKSANA HARIAN DAN PELAKSANA TUGAS DALAM ASPEK KEPEGAWAIAN Mutakbir.Com I. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU No. 30/2014), dinyatakan bahwa Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya. Pejabat Pemerintahan memiliki hak untuk menggunakan kewenangan dalam dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan tersebut, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat berhalangan sementara atau berhalangan tetap, agar penyelenggaraan pemerintahan tetap dapat berjalan dengan baik, undang-undang ini mengatur mengenai pelaksana tugas dan pelaksana harian. Berkenaan dengan kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas dalam dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Badan Kepegawaian Negara telah menetapkan peraturan pelaksanaan melalui Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian (Surat KaBKN No. K.26-30/V.20-3/99). Dalam tulisan hukum ini akan dijelaskan mengenai hal tersebut. 1

II. PERMASALAHAN Berdasarkan pendahuluan diatas, dapat disampaikan permasalahan yaitu bagaimanakah pengertian dan kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas berdasarkan UU No. 30/2014 dan Surat Kepala BKN? III. PEMBAHASAN Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berhalangan sementara atau berhalangan tetap dan penyelenggaraan pemerintahan tetap dapat berjalan dengan baik, UU No. 30/2014 telah mengatur mengenai pelaksana tugas dan pelaksana harian, yang dinyatakan sebagai berikut: Pasal 6 ayat (2) huruf g UU No. 30/2014: g. menunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas untuk melaksanakan tugas apabila pejabat definitif berhalangan; Pasal 14 ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan ayat (7) UU No. 30/2014: (1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Mandat apabila: a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan di atasnya; dan b. merupakan pelaksanaan tugas rutin. (2) Pejabat yang melaksanakan tugas rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. pelaksana harian yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan sementara; dan b. pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap. (4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus menyebutkan atas nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat. (7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Mandat tidak berwenang mengambil Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis yang organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran. Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 30/2014: (2) Apabila Pejabat Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan menjalankan tugasnya, maka Atasan Pejabat yang bersangkutan dapat menunjuk Pejabat Pemerintahan yang memenuhi persyaratan untuk bertindak sebagai pelaksana harian atau pelaksana tugas. (3) Pelaksana harian atau pelaksana tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan tugas serta menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan rutin yang menjadi Wewenang jabatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2

Penjelasan Pasal 14 ayat (7) Ayat (7) Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang memiliki dampak besar seperti penetapan perubahan rencana strategis dan rencana kerja pemerintah. Yang dimaksud dengan perubahan status hukum organisasi adalah menetapkan perubahan struktur organisasi. Yang dimaksud dengan perubahan status hukum kepegawaian adalah melakukan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. Yang dimaksud dengan perubahan alokasi anggaran adalah melakukan perubahan anggaran yang sudah ditetapkan alokasinya. Mengenai pengaturan dalam undang-undang diatas, dapat diketahui hal sebagai berikut: 1. Pelaksana Harian adalah Pejabat Pemerintahan yang memenuhi persyaratan untuk dapat bertindak sebagai pelaksana harian dan ditunjuk oleh pejabat definitif yang berhalangan sementara, untuk melaksanakan tugas serta menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan rutin yang menjadi menjadi Wewenang jabatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. Pelaksana Tugas adalah Pejabat Pemerintahan yang memenuhi persyaratan untuk dapat bertindak sebagai pelaksana tugas dan ditunjuk oleh pejabat definitif yang berhalangan tetap, untuk melaksanakan tugas serta menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan rutin yang menjadi Wewenang jabatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembatasan yang diberikan kepada Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas yaitu dalam pelaksanaan wewenang dilakukan dengan menyebutkan atas nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Mandat 1, dan tidak berwenang mengambil Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran. Untuk mempertegas pengaturan mengenai pelaksana harian dan pelaksana tugas dalam UU No. 30/2014, Badan Kepegawaian Negara menetapkan Surat KaBKN No. K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian, yang mencabut Surat Kepala BKN No. K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember Tahun 2001 perihal Tata Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Sebagai Pelaksana Tugas dan Surat Kepala BKN 1 Mandat adalah pelimpahan kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yg lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat yg lebih rendah dengan tanggungjawab tetap berada pada pemberi mandat. 3

No. K.26-3/V.5-10/99 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penunjukan Pejabat Pelaksana Harian. Berikut adalah tabel kewenangan pelaksana harian dan pelaksana tugas dalam aspek kepegawaian: Pejabat definitif berhalangan No Uraian Pelaksana Tugas Pelaksana Harian 1 Syarat dapat Pejabat definitif berhalangan diangkatnya tetap. 2 sementara. 3 Plt. atau Plh. Apabila terdapat pejabat yang tidak dapat melaksanakan tugas paling kurang 7 (tujuh) hari kerja, untuk tetap menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, Pejabat Pemerintahan di atasnya menunjuk pejabat lain di lingkungannya sebagai Plh. 4 2 Batasan PNS atau Pejabat yang dapat diperintahkan menjadi Plt. Atau Plh. a. PNS atau Pejabat yang menduduki jabatan pimpinan atau jabatan pengawas hanya dapat diperintahkan sebagai Plt. dalam jabatan pimpinan atau jabatan pengawas yang sama atau setingkat lebih tinggi di lingkungan unit kerjanya. 5 b. PNS yang menduduki jabatan pelaksana atau jabatan fungsional hanya dapat diperintahkan sebagai Plt. dalam jabatan pengawas. 6 3 Penetapan Penunjukan PNS sebagai Plt. tidak perlu ditetapkan dengan keputusan melainkan cukup dengan Surat Perintah dari Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat. 9 4 Pelantikan PNS yang diperintahkan sebagai Plt. tidak perlu dilantik atau diambil sumpahnya. 11 a. PNS atau Pejabat yang menduduki jabatan pimpinan atau jabatan pengawas hanya dapat diperintahkan sebagai Plh. dalam jabatan pimpinan atau jabatan pengawas yang sama atau setingkat lebih tinggi di lingkungan unit kerjanya. 7 b. PNS yang menduduki jabatan pelaksana atau jabatan fungsional hanya dapat diperintahkan Plh. dalam jabatan pengawas. 8 Penunjukan PNS sebagai Plh. tidak perlu ditetapkan dengan keputusan melainkan cukup dengan Surat Perintah dari Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat. 10 PNS yang diperintahkan sebagai Plh. tidak perlu dilantik atau diambil sumpahnya. 12 2 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Pasal 14 ayat (2) huruf b. 3 Ibid, Pasal 14 ayat (2) huruf a. 4 Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian, Angka 3 huruf a. 5 Ibid, Angka 9. 6 Ibid, Angka 10. 7 Ibid, Angka 9. 8 Ibid, Angka 10. 9 Ibid, Angka 5. 10 Ibid. 11 Ibid, Angka 4. 12 Ibid. 4

No Uraian Pelaksana Tugas Pelaksana Harian 5 Tunjangan jabatan struktural 6 Tidak Berwenang Plt. bukan jabatan definitif, oleh karena itu PNS yang diperintahkan sebagai Plt. tidak diberikan tunjangan jabatan struktural, sehingga dalam surat perintah tidak perlu dicantumkan besarnya tunjangan jabatan. 13 a. Plt. tidak berwenang dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang kepegawaian. 15 Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang memiliki dampak besar seperti penetapan perubahan rencana strategis dan rencana kerja Pemerintah. 16 Yang dimaksud dengan perubahan status hukum kepegawaian adalah melakukan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. 17 b. Plt. tidak berwenang dan/atau tindakan dalam aspek kepegawaian yang meliputi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. 18 7 Kewenangan a. Plt. memiliki kewenangan dan/atau tindakan selain keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis dan kepegawaian. 21 Plh. bukan jabatan definitif, oleh karena itu PNS yang diperintahkan sebagai Plh. tidak diberikan tunjangan jabatan struktural, sehingga dalam surat perintah tidak perlu dicantumkan besarnya tunjangan jabatan. 14 a. Plh. tidak berwenang dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang kepegawaian. 19 b. Plh. tidak berwenang dan/atau tindakan dalam aspek kepegawaian yang meliputi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. 20 a. Plh. memiliki kewenangan dan/atau tindakan selain keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis dan kepegawaian. 23 13 Ibid, Angka 7. 14 Ibid. 15 Ibid, Angka 3 huruf b. 16 Op. Cit., Penjelasan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014, Pasal 14 ayat (7). 17 Ibid. 18 Op.Cit., Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016, Angka 3 huruf c. 19 Ibid, Angka 3 huruf b. 20 Ibid, Angka 3 huruf c. 21 Ibid, Angka 3 huruf d. 5

No Uraian Pelaksana Tugas Pelaksana Harian b. Adapun kewenangan Plt. b. Adapun kewenangan Plh. antara lain meliputi: 22 1) menetapkan sasaran kerja antara lain meliputi: 24 1) menetapkan sasaran kerja pegawai dan penilaian pegawai dan penilaian prestasi kerja; 2) menetapkan kenaikan gaji berkala; 3) menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN); 4) menetapkan surat penugasan pegawai; 5) menyampaikan usul mutasi prestasi kerja; 2) menetapkan kenaikan gaji berkala; 3) menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN); 4) menetapkan surat penugasan pegawai; 5) menyampaikan usul mutasi 8 Larangan dalam pengangkatan Plt. Atau Plh. 8 Keputusan dan/atau tindakan IV. KESIMPULAN kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; dan 6) memberikan izin belajar, izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi, dan izin tidak masuk kerja. Pengangkatan sebagai Plt. tidak boleh menyebabkan yang bersangkutan dibebaskan dari jabatan definitifnya, dan tunjangan jabatannya tetap dibayarkan sesuai dengan jabatan definitifnya. 25 Plt. dalam menetapkan Keputusan dan/atau tindakan, harus menyebutkan atas nama Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat. 27 kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; dan 6) memberikan izin belajar, izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi, dan izin tidak masuk kerja. Pengangkatan sebagai Plh. tidak boleh menyebabkan yang bersangkutan dibebaskan dari jabatan definitifnya, dan tunjangan jabatannya tetap dibayarkan sesuai dengan jabatan definitifnya. 26 Plh. dalam menetapkan Keputusan dan/atau tindakan, harus menyebutkan atas nama Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat. 28 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat berhalangan sementara atau berhalangan tetap, agar penyelenggaraan pemerintahan tetap dapat berjalan dengan baik, dalam UU No. 30/2014 diatur mengenai Plt. Dan Plh., untuk mempertegas pengaturan mengenai pelaksana harian dan pelaksana 23 Ibid, Angka 3 huruf c. 22 Ibid, Angka 3 huruf e. 24 Ibid. 25 Ibid, Angka 8. 26 Ibid. 27 Ibid, Angka 11. 28 Ibid. 6

tugas dalam UU No. 30/2014, Badan Kepegawaian Negara menetapkan Surat KaBKN No. K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian. 2. Surat KaBKN No. K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian Uraian mempertegas pengaturan mengenai syarat dapat diangkatnya Plt. atau Plh., batasan PNS atau Pejabat yang dapat diperintahkan menjadi Plt. Atau Plh., penetapan, pelantikan, tunjangan jabatan struktural, hal yang menjadi kewenangan dan tidak berwenangnya Plt. Atau Plh. Dalam menetapkan suatu keputusan dan/atau tindakan, larangan dalam pengangkatan Plt. atau Plh., penandatangan keputusan dan/atau tindakan oleh Plt. atau Plh. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 tanggal 5 Februari 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas Dalam Aspek Kepegawaian. Disclaimer : Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi 7