I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Triwulan I Tahun (triliun rupiah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PENGARUH KREDIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI BELIMBING DEWA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

30% Pertanian 0% TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki banyak peran dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa negara, penyediaan pangan dan bahan baku industri, dan penyediaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Tabel 1), kontribusi sektor pertanian termasuk peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap PDB Nasional dari tahun 2010 hingga triwulan I 2011 berkisar antara 13,62 13,23 persen dari total nilai PDB nasional. Walaupun kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDB menurun pada triwulan I tahun 2011, namun angka ini masih cukup besar karena kontribusi pertanian menempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Triwulan I Tahun 2010 2011(triliun rupiah) Lapangan Usaha Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 (diolah) 1 Triwulan I-2010 Persentase Triwulan I-2011 Persentase Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 76,0 13,62 78,6 13,23 Pertambangan dan Penggalian 44,9 8,05 47,0 7,91 Industri Pengolahan 144,1 25,82 151,3 25,47 Listrik, Gas & Air Bersih 4,4 0,79 4,5 0,76 Konstruksi 35,9 6,43 37,8 6,36 Perdagangan, Hotel & Restoran 95,7 17,15 103,2 17,37 Pengangkutan dan Komunikasi 50,7 9,09 57,7 9,71 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 53,9 9,66 57,9 9,75 Jasa-jasa 52,4 9,39 56,0 9,43 Total 558,0 100,00 594,0 100,00 1 Berita Resmi Statistik No. 31/05/Th.XIV, 5 Mei 2011. http://www.bps.go.id/brs_file/pdb- 05mei11.pdf[15 Agustus 2011] 1

Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Salah satu subsektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki keragaman agroklimat sehingga memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis. Subsektor hortikultura memiliki 323 jenis komoditas, yang terdiri atas 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008). Subsektor hortikultura sebagai komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi dapat dilihat dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (berdasarkan harga berlaku) pada tahun 2007 yang mencapai Rp.76.795 miliar dan pada tahun 2008 menjadi Rp. 84.203 miliar dan meningkat ditahun 2009 menjadi Rp. 88.334 miliar (Tabel 2). Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2009 No Kelompok Komoditas Nilai PDB (Milyar rupiah) 2007 2008 2009 % per Tahun 1 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 6,41 2 Sayuran 25.587 28.205 30.506 8,41 3 Tanaman Biofarmaka 4.105 3.853 3.897-2,71 4 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 7,10 Total Hortikultura 76.795 84.203 88.334 6,74 Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura (2010) Diantara komoditas-komoditas yang termasuk dalam subsektor hortikultura, buah-buahan merupakan produk pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional untuk 2

subsektor hortikultura. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi buah-buahan pada tahun 2009 yang mencapai Rp. 48.437 milyar (Tabel 2) Nilai PDB hortikultura nasional komoditas buah-buahan tiap tahun terus mengalami peningkatan dengan laju persen per tahun sebesar 48,3 persen. Hal ini mengindikasikan adanya potensi dalam pengembangan komoditas buah-buahan. Potensi dalam mengembangkan komoditas buah-buahan juga dapat dilihat dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menkonsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Keragaman jenis komoditas hortikultura yang begitu besar dan nilai ekonomis yang tinggi, menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memilih prioritas komoditas yang akan dikembangkan, karena hal tersebut sangat terkait dengan kekuatan pasar serta prioritas kebijakan di Pusat dan Daerah. Untuk pengembangan kawasan komoditas hortikultura, Jawa Barat memiliki kesesuaian lahan dan iklim yang cukup potensial, salah satunya adalah Kota Depok. Kota Depok memiliki kondisi iklim tropis dengan curah hujan rata-rata bulanan sebesar 327 mililiter sehingga dapat mendukung pemanfaatan lahan di Kota Depok sebagai lahan pertanian. Kualitas tanah di wilayah Kota Depok cukup bervariasi dan cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk beberapa jenis tanaman. Dengan kondisi kemiringan lerengnya yang kecil, komoditas pertanian yang dapat dikembangkan diantaranya adalah tanaman buahbuahan dan beberapa jenis sayuran dataran rendah 2. Hal ini menyebabkan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian di Kota Depok menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan. Sektor pertanian di perkotaan memiliki keunggulan spesifik dan prospektif karena jaminan pangsa pasar dan permintaan akan produk pertanian segar dan olahan sangat beragam. 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2008.http://www.depok.go.id/_v4/index2.php?option=com_ content& do_pdf=1&id=13 [15 Mei 2011] 3

Tabel 3. Perkembangan Produksi Hortikultura Unggulan Kota Depok Tahun 2003-2008 Komoditi Tahun (kwintal) % per 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Belimbing 6.062 6.962 50.514 40.373 35.956 42.732 15,52 Jambu Biji 11.503 11.053 35.795 31.766 11.621 33.213-11,19 Pisang 17.064 18.764 20.778 37.546 22.920 12.253-17,49 Pepaya 15.580 17.064 20.788 37.546 23.850 18.934-2,43 Rambutan 28.028 12.762 25.883 12.769 23.007 20.252-28,15 Mangga 2.290 2.291 4.342 1.798 3.780 2.842-14,96 Nangka 16.525 22.537 17.980 6.909 1.168 2.879-118,20 Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2009) Salah satu komoditas yang cukup potensial dan prospektif di Kota Depok adalah buah belimbing. Perkembangan produksi komoditas belimbing meningkat tajam bila dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 15,52 persen bila dibandingkan dengan komoditas lain yang mengalami laju pertumbuhan negatif. Jika dilihat pada Tabel 3, buah belimbing mengalami peningkatan produksi, walaupun pada tahun 2006 dan 2007 produksi belimbing mengalami penurunan. Namun belimbing menempati urutan pertama pada tahun 2008. Saat ini buah belimbing dewa telah menjadi ikon Kota Depok. 1.2. Perumusan Masalah Belimbing dewa merupakan salah satu ikon Kota Depok. Untuk itu Pemerintah Kota Depok terus melakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan produktivitas belimbing dewa sehingga Kota Depok dapat menjadi sentra belimbing dewa. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok antara lain adalah membuat SOP untuk belimbing dewa dan koperasi belimbing pada tahun 2007. Saat ini, salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok adalah dengan memberikan kemudahan kredit yang dapat diakses oleh petani belimbing dewa di Kota Depok. Keterbatasan modal serta sulitnya aksesibilitas petani terhadap kredit merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani belimbing. Keterbatasan pendanaan yang dimiliki 4

Pemerintah dalam mengembangkan hortikultura menuntut perlunya keterpaduan dan fokus pengembangan serta sinergi dari berbagai program dan pendanaan (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008). Untuk memudahkan petani belimbing dewa dalam memperoleh dana kredit tanpa agunan, Dinas Pertanian Kota Depok bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam penyaluran dana kredit melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dana kredit yang berasal dari Pemerintah Kota Depok disalurkan melalui Bank Mandiri untuk kemudian disalurkan kepada petani belimbing di Kota Depok melalui Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). PKPBDD merupakan satu-satunya koperasi belimbing yang ada di Kota Depok yang bergerak dalam bidang pemasaran buah belimbing dewa di Kota Depok, baik buah maupun olahannya. Program ini bertujuan untuk menyejahterakan petani belimbing dewa di Kota Depok sehingga dapat meningkatkan produktivitas petani belimbing dewa di Kota Depok dan dapat menjadikan Kota Depok sebagai sentra produksi buah belimbing dewa. Kredit PKBL yang diberikan oleh Bank Mandiri dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam upaya pengembangan belimbing dewa di Kota Depok. Dengan adanya kredit ini, petani dapat memperoleh tambahan modal yang dapat digunakan untuk biaya produksi Belimbing maupun untuk mengoptimalkan penerapan teknologi agar petani dapat meningkatkan pendapatan serta meningkatkan produktivitasnya. Penggunaan dana yang bersumber dari kredit dapat digunakan untuk menambah modal usaha sehingga dapat merubah atau menambah input produksi yang digunakan dalam budidaya untuk memperoleh hasil produksi yang lebih optimal. Dengan adanya kredit, memungkinkan terjadinya perbaikan produktitas dibandingkan sebelum menggunakan kredit. PKBL Bank Mandiri telah bermitra dengan PKPBDD sejak tahun 2007. Namun pelaksanaan kredit baru dilaksanakan mulai bulan Maret 2008. Dari total 444 petani belimbing di Kota Depok 3, 156 petani diantaranya menerima kredit PKBL. Sampai saat ini, jumlah petani belimbing yang telah menerima kredit PKBL Bank Mandiri berjumlah 156 petani yang terbagi atas 11 kelompok tani 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Penyuluh Pertanian Kota Depok 5

(Tabel 4). Kelompok tani yang memperoleh dana pinjaman terbesar adalah Kelompok Tani Sarijaya dengan total perolehan pinjaman sebesar Rp. 566,5 juta dengan jumlah petani yang menerima kredit sebanyak 61 orang. Kelompok Tani Sarijaya berada di Kecamatan Pancoran Mas yang merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra buah Belimbing Dewa di Kota Depok. Tabel 4. Daftar Kelompok Tani Belimbing Dewa Peminjam Kredit PKBL di Kota Depok Tahun 2010 Jumlah Petani Jumlah No Nama Kecamatan yang Menerima Pinjaman Kelompok Tani Kredit (orang) (rupiah) 1 Sarijaya Pancoran Mas 61 566.500.000 2 Kali Licin Pancoran Mas 12 167.000.000 3 Keramat Burung Pancoran Mas 12 149.500.000 4 Rangkapan Jaya Pancoran Mas 13 110.000.000 Baru 5 Layung Sari Cipayung 9 98.000.000 6 Mekar Sari Beji 4 48.000.000 7 Laris Jaya II Pancoran Mas 11 77.500.000 8 Subur Makmur Beji 14 95.000.000 9 Tunas Mekar I Limo 16 132.000.000 10 Tunas Mekar II Limo 1 5.000.000 11 Mekar Sejahtera Sawangan 3 15.000.000 Total 156 1.436.500.000 Sumber: Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (2011) (diolah) Kehadiran kredit PKBL Bank Mandiri sebagai salah satu sumber modal usahatani belimbing dewa di Kota Depok dapat mempengaruhi produksi serta pendapatan petani belimbing dewa. Penambahan modal usahatani belimbing dewa dapat meningkatkan penggunaan input produksi maupun penggunaan teknologi yang lebih baik, sehingga akan mampu meningkatkan produksi belimbing dewa setelah menerima kredit. Peningkatan jumlah produksi belimbing dewa dapat meningkatkan pendapatan petani belimbing dewa. Namun, pengaruh kredit PKBL tidak selalu meningkatkan produksi dan pendapatan belimbing dewa. Hal ini 6

bergantung kepada penggunaan kredit yang dilakukan oleh petani untuk usahatani belimbing dewa serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan petani belimbing dewa. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah untuk penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh penggunaan kredit terhadap tingkat pendapatan petani belimbing dewa sebelum menerima dan sesudah menerima kredit di Kota Depok? 2. Bagaimana pengaruh penggunaan kredit terhadap penggunaan faktor-faktor produksi usahatani belimbing dewa di Kota Depok? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh penggunaan kredit terhadap tingkat pendapatan petani belimbing dewa sebelum menerima dan sesudah menerima kredit di Kota Depok 2. Menganalisis pengaruh penggunaan kredit terhadap penggunaan faktorfaktor produksi usahatani belimbing dewa di Kota Depok 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Tersedianya informasi bagi pihak Pemerintah Kota Depok dan Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok mengenai pengaruh kredit PKBL terhadap pendapatan dan produktivitas petani belimbing di Kota Depok sehingga dapat digunakan dalam mengambil kebijakan selanjutnya untuk pengembangan buah belimbing dewa di Kota Depok. 2. Dapat berguna sebagai informasi mengenai peran kredit terhadap usahatani 3. Dapat menjadi bahan rujukan dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya. 7