BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Paradigma pendidikan tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional sesuai yang dirumuskan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan diharapkan akan membuat peserta didik menjadi manusia yang berilmu dan dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Akan tetapi masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, khususnya dibidang literasi. Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara (Utama dkk, 2016:2). Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang 1
2 berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan membaca harus dikuasai peserta didik sejak dini. Ada banyak cara untuk meningkatkan keterampilan membaca peserta didik, salah satunya adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dari guru, peserta didik, orang tua/wali murid dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Menurut (Utama, 2016:2) GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Dalam hal ini Gerakan Literasi Sekolah juga memperkuat penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya yaitu mengenai kegiatan membaca buku non pelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai sebagaimana yang dituangkan dalam peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik lagi. Peneliti melakukan penelitian di SDN Punten 1 Batu yang telah melaksanakan GLS. Sekolah tersebut telah melaksanakan GLS sejak tahun 2009 tetapi hanya kegiatan membaca saja dan sekolah mulai meningkatkan kegiatan dan sarana prasarana sejak tahun 2014. Sekolah tersebut melengkapi sarana seperti taman baca, sudut baca kelas, dan menambah koleksi buku yang ada dengan cara bekerja sama dengan perpustakaan keliling yang ada di Kota Batu. Tidak hanya
3 sarana dan prasarana saja yang ditingkatkan tetapi juga keterampilan guru dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini dilakukan pada semua peserta didik, pelaksanaan pada peserta didik kelas tinggi dirasa sudah cukup baik karena peserta didik sudah sangat memiliki semangat dalam membaca. Hal ini dapat dilihat dari setiap kegiatan membaca peserta didik memilih buku yang diminati, selain itu membuat cerita pendek dari buku yang sudah dibaca dan hasilnya juga dimuat dalam majalah sekolah, sedangkan pada kelas rendah peserta didik masih banyak yang kurang memiliki minat dalam membaca, misalnya beberapa peserta didik masih ada yang kurang memperhatikan dalam setiap kegiatan membaca dan pada kelas rendah juga masih belum ada peserta didik yang berani untuk menuliskan cerita sehingga tidak ada yang dimuat dalam majalah sekolah. Hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan pada tanggal 30 Januari 2017 pada kepala sekolah di SDN Punten 1 Batu mengatakan bahwa sejumlah guru dan anggota staf perpustakaan masih mengalami kesulitan dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) khususnya pada peserta didik kelas rendah. Kendala-kendala yang dihadapi guru dan staf perpustakaan dalam pelaksanaan GLS ini adalah beberapa peserta didik masih ada yang bergurau dan berbicara sendiri pada saat kegiatan membaca, area perpustakaan yang masih kurang luas dan pemanfaatan sarana dan prasarana lingkungan kaya literasi untuk pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) setiap harinya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu? 3. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendiskripsikan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu. 2. Mendiskripsikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu. 3. Mendiskripsikan upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu.
5 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritik dan praktis. Adapun manfaat secara teoritik adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dapat mendiskripsikan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu. 2. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pengembangan penelitianpenelitian selanjutnya yang berkenaan dengan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) khususnya pada kelas rendah. Adapun manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Sekolah, untuk lebih meningkatkan kualitas sekolah agar menarik minat peserta didik baru dan menaikkan akreditasi sekolah. 2. Bagi Guru, untuk membantu meningkatkan proses pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang membuat kualitas guru semakin baik. 3. Bagi Peneliti berikutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam merancang penelitian pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah. E. Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas pada penelitian yang berjudul Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada kelas rendah di SDN Punten 1 Batu, maka peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian ini. Penelitian dilakukan hanya pada kelas rendah dikarenakan peserta didik pada kelas rendah berada pada tahap operasional konkret sehingga membutuhkan pembiasaan
6 budaya membaca 15 menit yang nantinya dapat menumbuhkan kebiasaan membaca pada tingkat selanjutnya. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dianalisis adalah proses layanan yang dilakukan guru meliputi analisis pelaksanaan tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk menunjang kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). F. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadi kesalahan dalam menafsirkan penelitian ini, maka dianggap perlu dikemukakan tentang definisi istilah : 1. Pelaksanaan adalah proses atau usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan keputusan yang telah dirumuskan. 2. Literasi merupakan kemampuan individu untuk membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. 3. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat dengan pembiasaan membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran berlangsung. 4. Kelas Rendah merupakan jengjang kelas disekolah dasar yang meliputi kelas 1, 2 dan 3 yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik.