Veronicawaty Sinaga dan Juniar Hutahaean Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

Fatima Hannum dan Nurdin Bukit Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

Ida Wahyuni 1) dan Siti Maysarah 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Fitria Sakinah dan Purwanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 16 MEDAN

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Nita Pani dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Inna Sakinah Manik dan Nurdin Bukit Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Makmur Sirait dan Euodia Siaen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ema Yesha Sinaga dan Abd. Hakim Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRACT

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI I PERCUT SEI TUAN

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Julianti Saragih dan Ida Wahyuni Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

The Effects of Inquiry Training Learning Model Assisted Mind Map for Conceptual Knowledge and Science Process Skills

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

Fadhli dan Togi Tampubolon Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE INKUIRI DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

Fernando Lumban Batu dan Nurdin Siregar Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed ABSTRAK

Nora Hawari Daulay dan Usler Simarmata Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA FISIKA SMP

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

ABSTRAK. PBL (Problem Based Learning), Gerak lurus, Media peta pikiran, Hasil belajar siswa. ABSTRACT

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS PADA SISWA SMA

ABSTRAK

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPOSITORY BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 21 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Septi Lilis Suryani dan Eko Hariyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya. Key Words : academic skill, guided discovery, learning output, heat

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Jonny Haratua Panggabean dan Ira Kesuma Sari Tampubolon

KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 10 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELEJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Jurnal Saintech Vol. 08 No.03 September 2016 ISSN No

The Effect Model Problem Based Learning on Learning Outcomes Biology Class X SMAN 1 Palembayan. ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH OBSERVASI GEJALA FISIS BERBANTUAN LKS TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA DALAM PELAJARAN FISIKA DI KELAS X SMAN 3 PADANG

Rizki Andriani dan Sahyar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

RIDA BAKTI PRATIWI K

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS SEMESTER II SMA NEGERI 1 SUNGGAL T. P.2015/2016 Veronicawaty Sinaga dan Juniar Hutahaean Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed veronicasinarjoy@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor Kelas X Semester II di SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini terdiri dari 6 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Sampel terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara acak yaitu kelas X MIA-6 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA-4 sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 33 orang. Instrumen yang digunakan merupakan tes hasil belajar keterampilan proses sains dalam bentuk uraian dengan 9 soal yang telah divalidasi dan lembar observasi keterampilan proses sains yang dianalisis secara deskriptif dan diamati oleh lima observer. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes dan postes untuk kelas eksperimen masing-masing adalah 49,0 dan 75,3 sedangkan nilai rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol masing-masing adalah 48,0 dan 67,0. Hasil observasi aktivitas belajar siswa dari pertemuan I sampai pertemuan III, mengalami peningkatan, pada pertemuan I sebesar 47,3% (kurang baik), pertemuan sebesar II 57,4% (cukup baik) dan pada pertemuan sebesar III 78,4% (baik). Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh bahwa ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016. Kata Kunci : inquiry training, keterampilan proses sains, suhu dan kalor ABSTRACT This research is purposed to determine the effect of inquiry training model toscience process skills in subject Temperature and Heat in second semester X grade student of SMAN 1 Sunggal in academic year 2015/2016.This research is a quasi-experimental. The population is 6 classes and sampling by cluster random sampling. The samples consist of treatment class and control class that were randomlyselectedis class X MIA-6 as an experimental class and a class X MIA-4 as a control class that each33 people. The instrument used is the achievement test science process skills in narrative form with 9 questions that have been validated and science process skills observation sheet were analyzed descriptively and observed by five observers.the research showed the average value of pretest and posttest for the experimental class was 49.0 and 75.3, while the average value for the pretest and posttest control group was 48.0 and 67.0. The observation of 1

learning activities of students from the first meeting to the third meeting, student learning activities for use inquiry training model increases, in the first meeting is 47.3% (less good), meeting is II 57.4% (good) and at meetings is III 78.4% (good). Based on test results obtained by the hypothesis that there is effect of inquiry training model on science process skills to students in the subject of Temperature and Heat in second semester X grade student of SMAN 1 Sunggal in academic year 2015/2016. Keywords: inquiry training, science process skills, temperature and heat PENDAHULUAN Pemerintah telah menyelenggarakan perbaikanperbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Fakta dilapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah positif, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersamasama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Usman dalam Soeryabrata (2002:19) mengatakan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari pembelajaran yang diberikan oleh guru adalah agar siswa memahami konsep yang diberikan dengan baik, dengan cara yang paling mudah diterima oleh siswanya, kemudian diakhiri dengan evaluasi. Fisika memegang peranan penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika dalam penerapannya sangat bermanfaat dalam berbagai kehidupan, sehingga fisika perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari pihak pendidik, artinya keberhasilan dalam proses pembelajaran fisika tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan peserta didik dan kesiapan pengajar (guru). Banyak di antara guru yang belum dilengkapi dengan kemampuan menguasai alat praktikum sehingga siswa kurang mampu menerima umpan balik bahan pelajaran Fisika yang disajikan. Banyak guru menganggap (sadar atau tidak sadar) siswa semata-mata sebagai objek 2

belajar bukan sebagai subjek belajar yang memiliki potensi intelektual dan personalitas yang perlu dimanifestasikan semaksimal mungkin mewujudkan diri menjadi manusia yaitu ketepatan seseorang di dalam menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam dirinya (self-actualized person) menuju ke pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person). Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari tentang semua peristiwa dan gejala fisis yang terjadi di alam. Pengetahuan Fisika diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan oleh fisikawan dalam mencari jawaban pertanyaan apa, mengapa, bagaimana dari gejalagejala alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari yang melibatkan keterampilan fisis dan penalaran.fakta yang terlihat di lapangan pada pembelajaran fisika, pembelajaran masih bersifat verbal, siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah masih terpusat pada guru (teacher centered). Sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan Praktek Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Swasta Methodist Lubuk Pakam, banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran fisika itu merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung menganggap pelajaran fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah untuk diingat. Guru lebih sering mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Metode mengajar dengan praktikum sangat jarang digunakan oleh guru karena saat itu terhambat oleh sarana dan prasarana serta pengelolaan siswa yang kurang baik. Persentasi guru menggunakan metode praktikum dalam kelas hanyalah 10%. Guru di tempat penelitian yang belum pernah menggunakan model pembelajaran inquiry mengakibatkan kemampuan siswa seperti melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa menjadi tidak tampak. Kenyataan tersebut juga dijelaskan berdasarkan observasi yang telah dilakiukan di SMA Negeri 1 Sunggalbahwa nilai ulangan harian siswa masih rendah yaitu kurang dari 60 dari KKM yaitu 70. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah seorang guru fisika SMA Negeri 1 Sunggal, beliau menyatakan bahwa hasil ulangan harian Fisika masih jauh dari yang diharapkan. Hanya beberapa orang saja yang mampu mencapai nilai di atas KKM dan selebihnya masih di bawah KKM. Observasi peneliti kepada guru di sekolah diperoleh siswa yang tertarik belajar Fisika sekitar 45, kurang menyukai Fisika 30, dan 25 ragu-ragu dari jumlah seluruh siswa kelas X yaitu 240 orang. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional, dan juga menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak membekali siswa pada 4

keterampilan berpraktikum yang menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS) siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih KPS adalah model inquiry training. Tahapan model inquiry training, guru memberikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan sendiri dimana siswa akan diberikan waktu untuk mencari jawaban melalui pengamatan, melakukan praktek sendiri atau membaca buku yang relevan. Model ini membantu menciptakan proses belajar mengajar yang akan merangsang minat dan keinginan siswa untuk mempelajari suatu hal dengan berusaha menemukan jawaban. Hasil pembelajaran utama dari model inquiry training adalah keterampilan proses sains yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Sintaks dari model inquiry training menawarkan pembelajaran yang aktif dan otonom. Siswa juga akan menjadi lebih terampil dalam ekspresi verbal seperti dalam mendengarkan pendapat orang lain dan mengingat apa yang telah diutarakan. Sistem sosial model pembelajaran inquiry training bersifat kooperatif dan ketat dan dapat dirancang dengan baik dimana guru mengontrol interaksi dan meresapkan prosedur-prosedur penelitian. Standar penilaian adalah kerja sama, kebebasan intelektual, dan keseimbangan. Interaksi antara siswa seharusnya juga didorong. Lingkungan intelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan (Joyce, dkk 2011:209) Penelitian tentang penerapan model pembelajaran inquiry training ini telah dilakukan oleh Lumban Gaol dan Sirait (2014) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMA dimana untuk kelas eksperimen nilai rata-rata hasil belajarnya 71,50 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas kontrol adalah 61,75. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan model inquiry terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 9,75%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan proses sains siswa. Menurut Joyce dkk (2011:200) menyatakan, bahwa model pembelajaran inquiry training sebenarnya telah dikembangkan oleh Richard Suchman untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini melibatkan siswa dalam versi-versi kecil tentang jenisjenis prosedur yang digunakan oleh para sarjana untuk mengolah pengetahuan dan menghasilkan prinsip-prinsip. Didasarkan pada konsepsi metode ilmiah, model ini mencoba mengajarkan siswa beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah. Model pembelajaran inquiry training banyak dipengaruhi oleh aliran kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Teori lain yang mendasarinya adalah teori belajar konstruktivis, teori ini dikembangkan 5

oleh Piaget. Menurut piaget pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema tersebut terus-menerus diperbaharui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Untuk pengembangan skema tersebut adalah tugas guru untuk mengembangkannya (Sanjaya 2014:196). Model pembelajaran yang ditempuh para konstruktivis utamanya adalah model discovery atau inquiry dan eksplorasi. Hal ini selaras dengan pembelajaran yang dimulai dengan pengajuan masalah. Membahas perkembangan kognitif, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Belajar dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan alternatif-alternatif berupa aktivasi, pemeliharaan, dan pengarahan. Teori ini menekankan tentang penemuanyang sesuai dengan tujuan peneliti Menurut Ausabel dalam Dahar (1989:111), Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi baru yang diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna.vygotsky berpendapat bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa berupa memori, atensi, persepsi, stimulus-respondan faktor sosial fungsi mental yang lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan (Trianto, 2007:26-27). Teori pembelajaran Vygotsky menekankan pada pembelajaran tingkat tinggi untuk fungsi mental yang lebih tinggi yang muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu dalam suatu kelompok (diskusi kelompok). Pembelajaran inquiry training perlu mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang terdapat pada kognitif. Tokoh-tokoh aliran konstruktivisme dan kognitif di atas dapat penulis simpulkan bahwa secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar, baik oleh piaget yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang untuk melakukan penyelidikan berupa aktivasi, pemeliharaan, dan pengarahan. Ausabel menyatakan bahwa struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep serta generalisasi yang dihubungkan atau dikaitkan dengan informasi baru yang diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa berupa memori, atensi, persepsi, stimulus-respondan faktor sosial fungsi mental yang lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan. Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Pengaruhnya adalah bahwa model pembelajaran inquiry training 6

(latihan penelitian) akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilanketerampilan dalam memperoleh dan menganalisis informasi, latihan ini seefisien metode pengulangan dan pengajaran yang dibarengi dengan pengalaman-pengalaman laboratorium. Hal ini dilakukan sesuai pendapat Bruner dalam Dahar (1988), bahwa selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna sesuatu yang dipelajari. Siswa perlu diberikan kesempatan berperan memecahkan masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, agar mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasanya sendiri. Tujuan umum model pembelajaran inquiry training adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan untuk meningkatkan pertanyaanpertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan siswa. (Alberta,L., (2004: 14), Model pembelajaran inquiry training memiliki lima tahap (Joyce, dkk, 2009:210) seperti ditulis pada tabel 1 Tabel 1. Tahap-tahap model inquiry training Tahap Inquiry Training Tahap 1. Menghadapkan pada masalah Tahap 2. Mengumpulkan data verifikasi Perilaku Menjelaskan prosedur-prosedur penelitian. Menjelaskan perbedaanperbedaan. Memverifikasi hakikat objek dan kondisinya. Memverifikasi peristiwa dari keadaan Tahap Inquiry Training Tahap 3. Mengumpulkan data eksperimentasi Tahap 4. Mengorganisasikan, memformulasikan suatu penjelasan. Tahap 5. Analisis proses inquiry Perilaku permasalahan. Memisahkan variabel yang relevan. Menghipotesiskan (serta menguji) kausal Memformulasikan aturan dan penjelasan Menganalisis pola penelitian dan mengembangkan yang paling efektif Sumber: (Joyce, dkk, 2009:210) METODE Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sunggal yang beralamat di jalan Sei Mencirim, Sei Semayang Kec. Sunggal. Penelitian ini dilaksanakan semester II T.P2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 240 siswa.pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas (cluster random sampling). Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang terdiri dari satu kelas eksperimen yakni kelas X MIA-6 dengan 33siswa yang menerapkan model pembelajaran inquiry training dan satu kelas kontrol yakni kelas X MIA-4 dengan 33siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan two group pretest and postes. Metode quasi eksperimen, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subjek yaitu siswa. Pelaksanaan penelitian, melibatkan 7

perlakuan yang berbeda. Masingmasing kelas diajarkan dengan materi yang sama dengan pengajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen yang diajar dengan pembelajaran inquiry training (T) dan kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional (O). Rancangan penelitian yang digunakan adalah two group pretest and postest design seperti ditulis pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Two Group Pre-test and Post- test Design Kelas Pretes Perlakuan Postes Eksperimen X1E T X2E Kontrol X1K O X2K Sumber: (Noor, 2011:107) Keterangan: X1E = Pemberian tes awal (pretes) kelas eksperimen X1K = Pemberian tes awal (pretes) kelas kontrol X2E= Pemberian tes akhir (postes) kelas eksperimen X2K=Pemberian tes akhir (postes) kelas kontrol T =Perlakuan dengan model pembelajaran inquiry training O =Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional Tes hasil belajar yang mencakup keterampilan proses sains (KPS). Pada penelitian ini diberikan pretes dan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan cara siswa melakukan praktikum atau percobaan dan mengisi LKS yang disediakan untuk dapat mengamati keterampilan proses sains dari siswa. Keterampilan proses sains yang dinilai adalah keterampilan membuat hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan mengolah data, mengamati, merumuskan penjelasan dan mengidentifikasi hubungan antar variabel, dan juga keterampilan menyimpulkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa yang berjumlah 9 soal dalam bentuk essay. Penelitian ini mengggunakan validitasisi.validitas merupakan kadar ketelitian tes untuk dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan aspek yang diukur dengan tepat dan teliti. Tes dikatakan valid jika tes ini dapat dengan tepat mengukur cakupan isi yang hendak diukur yang meliputi materi, kontruksi, bahasa dan penilaian umum perangkat soal. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Awal penelitian kedua kelas diberikan pretes (tes kemampuan awal) yang bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa kedua kelas sama atau tidak. Hasil pretes pada kelas eksperimen dalam rentang nilai 0-100. Berdasarkan data hasil penelitian pretes pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 37, nilai tertinggi 56, nilai rata-rata 48 dan simpangan baku 4,6. Sedangkan di kelas eksperimen diperoleh nilai terendah 38, nilai tertinggi 55, nilai rata-rata 49 dan simpangan baku 4,0. Hasilnya dapat ditunjukkan pada Gambar 1. 8

F r e k u e n s i Kelas Kontrol 3 1 4 4 9 8 12 12 7 6 37-40 41-44 45-48 49-52 53-56 Rentang Nilai Kelas Eksperimen Gambar 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control Data pretes memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kesamaan pretes (uji t). Hasil pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai ratarata masing-masing secara berurutan sebesar 48,0 dan 49,0. sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Selama proses pembelajaran, pengamatan aktivitas siswa dilakukan tiga kali pertemuan setelah pretes. Aspek aktivitas yang dinilai sesuai dengan sintaks inquiry training yaitu merumuskan masalah, mengumpulkan data-verifikasi, mengumpulkan data-eksperimen, menganalisis data percobaan, dan merumuskan kesimpulan. Hasil penilaian aktivitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Gambar 2 100 80 60 40 20 0 47,3 Pertemuan I Kelas Eksperimen 57,4 Pertemuan II 78,4 Pertemuan III Gambar 2. Aktivitas Kelas Eksperimen Setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda dimana kelas eksperimen diterapkan model inquiry training sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Diakhir penelitian pada kedua kelas diberikan postes untuk melihat keterampilan proses sains yang di peroleh siswa. Berdasarkan data hasil penelitian postespada kelas kontrol yaitu kelas XMIA-4 yang diajarkan pembelajaran konvensional diperoleh nilai terendah 56, nilai tertinggi 74, nilai rata-rata 67,0, dan simpangan baku 4,7. Sedangkan pada kelas eksperimenyaitu kelas X MIA- 6, diperoleh nilai terendah 68 dan nilai tertinggi 83 dengan nilai ratarata 75,3 dan simpangan baku 5,0. Hasil postes ditunjukkan pada Gambar 3. 9

Kelas Kontrol F r e k u e n s i 3 6 0 0 Kelas Eksperimen 16 8 7 7 12 0 0 7 seluruh siswa dalam berpraktikum dalam untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa terlihat dari hasil observasi siswa termaksud dalam kategori aktif. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu Lumban Gaol dan Sirait (2012) dan Indahwati, dkk (2010) hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry training. 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 Rentang NIlai Gambar 3. Data Nilai Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen Kelas eksperimen yang diajarkan dengan model inquiry training memperoleh nilai rata-rata keterampilan proses sains 75,3dan kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memperoleh keterampilan proses sains dengan rata-rata 67,0. Data hasilpenelitian menunjukkan bahwa thitung> ttabel (6,91> 1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa lebih baik akibat pengaruh model inquiry training pada materi pokok suhu dan kalor kelas X Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P. 2015/2016. PEMBAHASAN Penerapan model pembelajaran inquiry training ini didasarkan pada tujuannya yaitu membantu meningkatkan keterampilan proses sains siswa untuk materi Suhu dan Kalor. Kelebihan model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan KESIMPULAN Pengaruh model inquiry training lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses sains pada materi Suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Sunggal T.P 2015/2016. SARAN Sebaiknya dalam menerapkan model inquiry training agar mampu menyampaikan kepada siswa jenis pertanyaan puzzeling eventyang digunakan dalam belajar untuk memancing siswa mengutarakan pendapatnya. Dan dalam penerapan model inquiry training harus mengalokasikan waktu dengan baik agar langkah-langkahnya dapat terlaksana semuanya. DAFTAR PUSTAKA Alberta,L., (2004), Focus on inquiry: a teacher s guide toimplementing inquiry-based learning, Learning and Teaching Resources Branch,Canada.http://education. alberta.ca/media/313361/focuso ninquiry.pdf(diakses Desember 2012) 10

Dahar, R. W., (1988), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta Indahwati, T. S. J., Sunarno,w., Sajidan.,(2010),Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik PetaKonsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori Jurnal InkiuriISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 258-265) Trianto,(2007),Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, Kencana, Jakarta Lumban Gaol, D.K., Sirait, M., (2014) Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry TrainingMenggunakan Media Powerpoint TerhadapHasil Belajar Siswa, Jurnal Inpafi, Vol. 2, No. 2, Mei 2014 30 Joyce, B.,Wheil, M., Calhoun, Emily., (1996), Models of Teaching, Fifth Edition, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Joyce, B., Wheil, M., Calhoun, Emily., (2009),Model-model Pembelajaran, Edisi Delapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Noor, J., (2011),Metodologi Penelitian, Kencana, Jakarta Sanjaya, W., (2010),Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta Soeryabrata, (2002), Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo,Yogyakarta Sudjana, (2005),Metode Statistika,Tarsito, Bandung 11