BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. dimaksud dalam huruf b merupakan tanggung jawab bersama keluarga, satuan pendidikan, dan

KEBIJAKAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membimbing peserta didiknya agar dapat mengembangkan segala potensi yang ada di dalam dirinya, pengertian tersebut sependapat dengan beberapa ahli yang mengemukakan pendapat tentang pendidikan. Menurut Hasbullah (2009:5) pendidikan adalah suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan, dan sebagainya. Aspek-aspek paling dipertimbangkan antara lain yaitu penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, dan perubahan perilaku. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Takdir Ilahi (2012:25) bahwa pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek ruhaniah dan jasmaniah. Berdasarkan penjelasan dari kedua ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan juga merupakan wahana penting untuk membangun bangsa. Pada gilirannya, manusia hasil pendidikan itu menjadi sumber daya pembangunan, karena itu, pendidik dalam melaksanakan tugasnya diharpkan tidak membuat kesalahan-kesalahandalmmendidik 10

11 b. Unsur-unsur pendidikan Unsur-unsur yang ada di dalam prose pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu: peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode pendidikan, serta lingkungan pendidikan (Elfachmi, 2015:15). Peserta didik merupakan subjek yang dibimbing atau dididik. Pendidik adalah orang yang mendidik. Interaktif edukatif adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik, interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal-balik antara peserta didik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan diarahkan sesuai dengan tujuan, materi pendidikan pengaruh yang diberikan dalam bimbingan, alat dan metode cara yang digunakan dalam bimbingan. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan atau diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus, alat dilihat berdasarkan jenisnya, sedangkan metode dilihat berdasarkan efisiensi dan efektivitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif yang kuratif. Lingkungan pendidiakn tempat berlangsungnya peristiwa bimbingan. Lingkungan pendidikan biasa disebut tripusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. c. Tujuan pendidikan Elfachmi (2015:16) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indahuntuk kehidupan, oleh karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi: memberikan arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan sebagai sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

12 Pada praktik pendidikan, khususnya sistem persekolahan, dalam rentang anatara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus, terdapat pula sejumlah tujuan antara yang berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan khusus. Pada umumnya, terdapat empat jenjang tujuan, yaitu: a) tujuan umum merupakan tujuan pendidikan secara nasional. Pancasila merupakan landasan dari tujuan umum pendidikan nasional di Indonesia. b) tujuan institusional merupakan tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya c) tujuan kurikuler merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu bidang studi atau mata pelajaran d) tujuan instruksional merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu materi tertentu-penguasaan materi tertentu. Seperti dijelaskan di atas tujuan pendidikan perlu dirumuskan untuk tiba pada suatu titik yang telah ditetapkan sebelumnya. Titik tujuan pendidikan itu lebih bersifat imajiner daripada nyata. Pendidikan yang dilaksanakan tanpa tujuan akan berakhir dengan kegagalan. Secara normatif tujuan pendidikan di Indonesia diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

13 Danim (2010:41-42) menjelaskan secara akademik, pendidikan memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengoptimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimilki oleh siswa. Kedua, mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi untuk menghindari sebisa mungkin anak-anak tercabut dari akar budaya dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, mengembangkan daya adaptabilitas siswa untuk menghadapi situasi masa depan yang terus berubah, baik intensitas maupun persyaratan yang diperlukan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, meningkatkan dan mengembangkan tanggung jawab moral siswa, berupa kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dengan spirit atau keyakinan untuk memilih dan menegakkannya. Seperti dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk mengubah segala macam kebiasaan buruk yang ada di dalam diri manusia menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama masa hidup, dengan tujuan untuk mpeningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang mampu bersaing dan menjawab berbagai tantangan di masa depan. d. Manfaat pendidikan Manfaat pendidikan menurut Elfachmi (2015:16) adalah sebagai berikut: a) Mendapatkan ilmu yang akan dibutuhkan untuk masa depan b) Belajar diluar sekolah bisa menambah wawasan yang lebih luas c) Dengan mendapatkan ilmu dan wawasan yang lebih luas, kita dapat meraih cita-cita yang kita impikan d) Menjadikan manusia memiliki budi pekerti yang luhur Sesuai dengan pengertian dan tujuan pendidikan, pendidikan sangatlah bermanfaat bagi kehidupan semuanya agar menjadi manusia yang seutuhnya, karena sejatinya pendidikan sabagai alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.

14 e. Fungsi pendidikan Pendidikan membawa misi mulia sebagai proses kemanusian dan pemanusiaan, baik alami maupun buatan. Pendidikan nasional dikonsepsikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Danim (2010:45) menjelaskan fungsi pendidikan sesungguhnya adalah memebangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan bermartabat. Beriman mengandung makna bahwa manusia mengakui adanya eksistensi Tuhan dan mengikuti ajaran dan menjauhi larangannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan adalah sebuah mnfaat dari hasil pendidikan yang dapat dirasakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar fungsi pendidikan yaitu mengubah pola pikir manusia untuk menuju kehidupan yang lebih baik. 2. Kewirausahaan a. Pengertian kewirausahaan Kewirausahaan adalah sikap, tindakan atau kemampuan untuk membuat sesuatu yang unik dan bermanfaat bagi orang lain atau diri pribadi. Sikap kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang kreatif, inovatif, dan berdaya guna yang dibuat untuk memperoleh pendapatan dari usaha yang dilakukan. Wiyani (2012:13) menjelaskan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola piker dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada costumers.

15 Kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggung jawab. Menurut Suryana (2014:2) kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian. Pada awalnya kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan yang dilahirkan dari pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Kewirausahaan bukan hanya mengenai urusan lapangan dan bakat bawaan, tetapi juga merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Sejak awal Abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di beberapa negara, misalnya di Belanda dikenal dengan ondernemer dan di Jerman dikenal dengan unternehmer. Selain itu, diberbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tenggung jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal, perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lainlain (Suryana, 2014:3). Upaya mewujudkan lulusan yang memiliki kemampuan berwirausaha maka pendidikan harus berorientasi pada pendidikan yang berwawasan kewirausahaan.

16 Menurut kemendiknas (2010:22), pendidikan yang berwawasan kewirausahaan dapat ditandai dengan adanya proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip kearah pembentukan kecakapan hidup (life skills) pada peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Kecakapan hidup merupakan satu unsur penting dalam pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa dalam jenjang pendidikan apapun. Prabowo dan Nurmaliyah (2010:199) menjelaskan kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan. b. Objek studi kewirausahaan Seperti telah dikemukakan, bahwa kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan, yaitu kemsmpuan merumuskan tujuan hidup, kemampuan memotivasi diri, kemampuan berinisiatif, kemampuan membentuk modal, kemampuan mengatur waktu, dan kemampuan membiasakan diri untuk belajar dari pengalaman. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah kemampuan, sifat-sifat, nilai-nilai, dan kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Suryana (2014:4-5) mengemukakan bahwa objek studi kewirausahaan meliputi kemampuan seseorang dalam hal-hal sebagai berikut: 1) kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya. 2) kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang besar, 3) kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang

17 lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa berinisiatif, 4) kemampuan berinovasi, yeng melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. c. Karakter Kewirausahaan Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu individu. Ciri khas tersebut mengakar pada kepribadian individu tersebut, serta merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang individu bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya. Terkait dengan karakter kewirausahaan, para ahli menjelaskannya dengan konsep yang berbeda-beda. Wiyani (2012:21-22) misalnya mengemukakan karakter kewirausahaan sebagai berikut: 1) percaya diri dan optimis, yaitu memiliki kepercayaan diri yang kuat dan tidak tergantung terhadap orang lain, 2) berorientasi pada tugas dan hasil, yaitu memiliki kebutuhanuntuk berprestasi (needs achievement), berorientasi ke keuntungan, mempunyai motivasi yang kuat, energik, tekun, dan tabah, memiliki tekad keja keras, dan inisiatif, 3) berani mengambil resiko dan menyukai tantangan yang ditunjukkan dengan sikap mampu mengambil resiko yang wajar. Menurut Scarborough dan Zimmener dalam Novan Ardy Wiyani (2012:22-23) mengemukakan delapan karakter kewirausahaan sebagai berikut: 1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memilki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri, 2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari resiko baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi, 3) Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan, 4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu mengehendaki umpan balik dengan segera, 5) High level of energy, yaitu

18 memilki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. Suryana (2014:23-24) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti yang diuraikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan No Nilai-nilai Perilaku 1. Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai 2. Resiko moderat Tidak melakukan tindakan spekulatif, melainkan berdasarkan pada perhitungan yang matang 3. Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin 4. Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata untuk memperoleh kejelasan 5. Umpan balik Menganilisis data kinerja waktu untuk memandu kegiatan 6. Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi berat 7. Uang Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir 8. Manajemen proaktif Mengelola berdasarkan pada perencanaan masa depan Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa karakter kewirausahaan yaitu selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil yang diharapkan, tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya, karena itu harus selalu tekun, ulet, dan pantang menyerah. 3. Pendidikan kewirausahaan

19 Pendidikan kewirausahaan adalah satu program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik, dengan aspek kewirausahaan tersebut anak didik dapat menjalani kehidupannya. Pendidikan kewirausahaan ini diharapkan dapat mejadi nilai tambah bagi anak didik terkait dengan peranannya dalam kehidupan (Saroni, 2012:45). Nilai tambah dalam kehidupan merupakan aspek penting sebab dalam setiap kegiatan hidup kita dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab. Setiap tugas dan tanggung jawab kehidupan adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan dan pembelajaran selama ini memang diorientasikan untuk memberikan bekal pengetahuan maksimal untuk anak didik sehingga aspek kecerdasan dan kepandaian atau intelektualitas menjadi garapan utama, akan tetapi dalam kenyataannya hal tersebut merupakan kesalahan terbesar dalam proses pendidikan dan pembelajarn di negeri imi. Pendidikan kewirausahaan memungkinkan terjadinya proses kerja sama banyak pihak terkait dalam proses. Pada akhirnya, proses pendidikan dan pembelajaran memberikan kondisi yang baik bagi anak didik atau peserta didik. Anak didik atau peserta didik tidak hanya mampu secara intelektual, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan hidup. Dalam program pendidikan dan pembelajaran aspek kewirausahaan ini, kita tidak cukup hanya memberikan bekal teori atau konsep kewirausahaan semata. Selama proses pendidikan dan pembelajaran kewirausahaan, anak didik atau peserta didik diberikan bernagai pelatihan aplikatif yang menggarap aspek kewirausahaan yang aplikatif dalam kehidupan.

20 Keterampilan kewirausahaan ini merupakan bentuk pendidikan yang menggarap aspek keterampilan aplikatif yang dapat menjadi identitas diri anak didik. Sementara itu pendidikan belum bisa dikatakan berhasil jika belum membentuk manusia yang dapat menciptakan kerja sendiri dengan berwirausaha. Jiwa entrepreneur bangsa masih rendah. Akibatnya lapangan kerja makin sempit, ditunjang lagi para pemilik modal lebih menyukai penggunaan mesin-mesin daripada produk yang padat karya. Upaya untuk memberikan bekal keterampilan bagi anak didik sehingga tidak kesulitan saat menghadapi kehidupan di masyarakat, keterampilan kewirausahaan ini menjadi trade mark bagi setiap sekolah di mata masyarakat. Hal ini tentunya berkaitan dengan respons masyarakat terhadap keberadaan sekolah sebagai institusi pendidikan, pembelajaran, dan pelatihan bagi anak didik. Masyarakat tentunya akan memberikan penilaian khusus kepada sekolah-sekolah yang mempunyai kemampuan untuk menjadikan sekolah sebagai institusi penyelenggara kegiatan keterampilan berwirausaha.

21 4. Pendidikan karakter a. Pengertian pendidikan karakter Istilah pendidikan karakter muncul ke permukaan pada akhir-akhir ini, setelah terjadi degradasi moral yang melanda bamgsa Indonesia. Pendidikan karakter, terambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini mempunyai makna sendiri-sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan tersebut, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik. Pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, yang kata dasarmya educate atau bahasa latinnya educo. Educo berarti mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Menurut konsep ini pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun diri orang lain (Fadillah dan Khorida, 2013:16-17). Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan. Pendidikan berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, rasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik, dan daya-daya seni. Seperti hal nya yang dikemukakan oleh Zaenul Fitri (2012:20-21) karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku

22 manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter juga dapat diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti sehingga karatkter bangsa sama dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Pendidikan karakter di Amerika Serikat sejalan dengan pendidikan kecakapan hidup (life skills). Pada tahun 2000-an di Amerika Serikat pakar pendidikan melihat adanya krisis kecakapan hidup yang esensinya sebetulnya kriris karakter. Terdapat sejumlah nilai budaya yang dapat dijadikan karakter, yaitu ketakwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni, kemandirian, kepedulian, kerukunan, ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan, kedisiplinan, dan keteladanan. Dengan demikian, dapat disimpulkna bahwa keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh konsistensi perilaku seseorang yang sesuai dengan apa yang diucapkan dan harus didasari atas ilmu dan pengetahuan dari sumber-sumber nilai yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Tujuan pendidikan karakter Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter adalah usaha sadar

23 yang dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Zaenul Fitri, 2012:22) Tujuan pendidikan karakter secara substansif adalah membimbing dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik). Tujuan pendidikan karakter yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang dan tujuan khusus pembelajaran. Tujuan berjenjang mencakup tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan umum pembelajaran. Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain: 1) Mengembangkan potensi nurani atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan mengembangkan

24 nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat. c. Prinsip dan pendekatan pendidikan karakter Pengembangan budaya dan karakter bangsa pada prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa kedalam Kurikulum, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Pengembangan pendidikan karakter, menurut Zaenul Fitri (2012:30-31), perlu memahami prinsip-prinsip dasarnya sebagai berikut: 1) Karakter ditentukan oleh apa yang dilakukan, bukan apa yang dikatakan atau diyakini. Prinsip ini ingin memberikan verifikasi konkret tentang karakter seorang individu dengan memberikan prioritas pada unsur psikomotor yang menggerakkan seseorang untuk bertindak, 2) Setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi orang macam apa. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya, 3) Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik akan memiliki cara-cara yang baik bagi pembentukan dirinya. Dengan pertimbangan dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religious, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Atas dasar pertimbangan, Presiden Indonesia telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017

25 tentang penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Peraturan Presiden disebutkan, penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuatkarakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah piker, dan olah raga dengan melibatkan dan kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religious, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Penguatan Pendidikan Karakter menurut Peraturan Presiden memiliki tujuan: a) membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan, b) mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan public yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia, dan c) merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK. B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

26 Kajian penelitian yang relevan ini dimaksudkan untuk mencari informasiinformasi yang berhubungan dengan masalah yang dipilih sebelum melaksanakan penelitian Beberapa penelitian yang relevan dalam dalam penelitian ini antara lain: Penelitian pertama yang dilakukan oleh Leonita Siwiyanti dan Din Azwar Uswatun (2016) yang berjudul Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pembelajaran IPA Di SD, menunjukkan bahwa pembelajaran IPA atau Sains di SD merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya banyak menekankan perilaku kewirausahaan yang biasa dalam pembelajaran sains disebut sikap ilmiah. Siswa diajarkan untuk peka terhadap lingkungan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi mereka sendiri dan guru berfungsi sebagai pengarah dan pemotivasi dalam hal yang dilakukan oleh anak. Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang pendidikan kewirausahaan di jenjang Sekolah Dasar. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah fokus penelitiannya. Peneliti memfokuskan pendidikan kewirausahaan yang dilakukan oleh kelas tinggi yaitu kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 dan juga terdapat perbedaan lainnya penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih menyeluruh pada semua mata pelajaran tidak terfokuskan pada satu mata pelajaran saja dan juga membahas tentang pendidikan karakter yang ada di dalam program kewirausahaan. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Laksmi Dewi, Ahmad Yani, dan Asep Dudi Suhardini (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Model Pendidikan Karakter dan Kewirausahaan Berbasis Etnopedagogis di Sekolah Dasar Kampung Cikondang. Penelitian ini menganilisis tentang mengembangkan model

27 pendidikan karakter dan kewirausahaan yang berbasis etnopedagogis di sekolah dasar. Hasil penelitian yang diperoleh proses adaptasi nilai-nilai karakter dan kewirausahaan yang terdapat di kampong adat secra umum cukup banyak memilki nilai-nilai budaya yang dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran. Nilai-nilai seperti nilai mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, dan kerja keras terlihat pada setiap aspek aktivitas yang dilaksanakan oleh warga yang ada dikampung adat. Mengembangkan nilai-nilai karakter dan kewirausahaan yang semakin kuat, maka peserta didik dapat pula mengenal nilai-nilai kearifan lokalnya. Persamaan penelitian yang sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang kewirausahaan pada ruang lingkup sekolah dasar. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah fokus penelitiannya, peneliti memfokuskan pendidikan kewirausahaan yang dilakukan oleh kelas tinggi dan penelitian sebelumnya menganilisis tentang model pendidikan karakter dan kewirausahaan yang berbasis kearifan lokal dan pada penelitian sebelumnnya metode yang digunakan adalah penelitian pengembangan.

28 C. KERANGKA PIKIR Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi Ideal : Melalui kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang memasukkan kurikulum pendidikan kewirausahaan di lembaga pendidikan Kondisi Lapang: Di SDN Kauman 1 Malang pendidikan kewirausahaan sudah dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2016/2017 bersama dengan pelaksanaan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Rumusan Masalah: 1. Bagaimana penerapan pendidikan kewirausahaan di SDN Kauman 1 Malang dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan siswa? 2. Bagaimana kendala dari pendidikan kewirausahaan di SDN Kauman 1 Malang dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan siswa? 3. Bagaimana upaya mengatasi kendala dari pendidikan kewirausahaan di SDN Kauman 1 Malang dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan siswa? 4. Bagaimana hasil dari pendidikan kewirausahaan di SDN Kauman 1 Malang dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan siswa? Jenis penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif, lokasi penelitian di SDN Kauman 1 Malang Hasil: mengetahui penerapan, kendala, upaya mengatasi kedala, dan mengetahui hasl dari pendidikan kewirausahaan untuk menumbuhkan karakter kewirausahaan siswa Gambar2.1 kerangka pikir tentang penerapan pendidikan kewirausahaan