BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya di wilayah kepulauan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

Siti Nurul Intan Sari.D ABSTRACT

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

Pesawat Polonia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. setiap pulau di Indonesia yaitu sepanjang km yang menjadikan Indonesia menempati

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

RELOKASI TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT TANJUNG PRIOK DI ANCOL TIMUR

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2014 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

BAB I PENDAHULUAN. perlunya penerapan strategi pelayanan perusahaan yang tepat. Perkembangan dunia yang

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam dunia usaha, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

No.73/11/33/Th.XI, 01 November 2017

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

Model Pengangkutan Crude Palm Oil

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

No.68/10/33/Th.XI, 02 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. maupun ekspor, yang berada di arus lalu lintas selat sunda dan sangat aktif dalam

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN SISTEM PELAYANAN JASA PELABUHAN SATU ATAP UNTUK MEMPERLANCAR ARUS BARANG MELALUI PELABUHAN UTAMA

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran angkutan laut sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya di wilayah kepulauan seperti negara Indonesia. Kelebihan angkutan laut dibandingkan moda transportasi lain adalah angkutan barang melalui laut sangat efisien dibandingkan moda angkutan darat dan udara. Kapal mempunyai daya angkut yang jauh lebih besar daripada moda transportasi lain. Hampir semua barang impor, ekspor, dan muatan lain dalam jumlah yang besar di angkut dengan menggunakan kapal laut, walaupun di antara tempat-tempat dimana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingat bahwa kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak yang mencapai puluhan bahkan ribuan ton, apabila harus diangkut dengan truk tangki diperlukan ribuan kendaraan dan tenaga kerja. Misalnya kapal tanker 10.000 DWT bisa mengangkut minyak 10.000 ton atau sekitar 12.000.000 liter atau setara dengan 1000 truk gandeng dengan kapasitas 12.000 liter. Dengan demikian untuk muatan dalam jumlah besar, angkutan dengan kapal akan memerlukan tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal merupakan satu-satunya sarana yang paling sesuai. Oleh karena itu untuk kota kota yang mempunyai pelabuhan selalu dianggap sebagai gerbang 1

perekonomian, karena jalur perdagangan terbesar melalui masuk melalui jalur laut. Untuk mendukung sarana angkutan laut diperlukan prasarana berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar negara, benua dan bangsa. Pelabuhan menjadi hal penting dalam arus perdagangan dan distribusi barang di Indonesia maupun di dunia. Delapan puluh lima persen (85%) perdagangan dunia melalui jalur laut, sementara perdagangan di Indonesia 90 % melalui jalur laut. Pelabuhan merupakan tempat berlabuh kapal untuk melakukan berbagai kegiatan seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air bersih. Untuk itu diperlukan pelayanan pelabuhan yang baik pada kegiatankegiatan tersebut. Pelayanan yang baik merupakan pelayanan yang aman dan efisien terhadap pengguna pelabuhan, serta membutuhkan kinerja yang baik dalam pelayanan pelabuhan. Pelayanan yang buruk dari pelabuhan akan berdampak besar bagi kegiatan perdagangan dan distribusi barang di Indonesia. Dengan fungsinya tersebut maka pembangunan pelabuhan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial ekonomi maupun secara teknik. Sebagai Negara yang terdiri dari berbagai pulau, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pun lebih terpusat di pulau Jawa, karena sentra perkembangan dan keputusan tentang perekonomian Indonesi bersumber di Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Berikut adalah 10 pelabuhan tersibuk yang ada di Indonesia : 2

Tabel 1.1 Data Pelabuhan tersibuk di Indonesia 2016 N Nama Pelabuhan Wilayah Jenis Kapal O 1. Pelabuhan Tanjung Priok DKI Jakarta Cargo ship 2. Pelabuhan Merak Banten Feri 3. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Cargo Ship & Feri 4. Pelabuhan Bakauheni Lampung Feri 5. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Cargo Ship & Feri 6. Pelabuhan Ketapang Kab. Banyuwangi Feri Ship 7. Pelabuhan Harbour Bay Batam Feri Ship 8. Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta Cargo Ship 9. Pelabuhan Batam Center Batam Cargo Ship 10. Pelabuhan Soekarno Hatta Makasar Cargo Ship & Feri Sumber :www.seputarkapal.com Sebagai pintu gerbang perekonomian yang mutlak, Pelabuhan harus dapat memberikan kontribusi kepada penyedia jasa dengan menekan biaya distribusi di wilayah pelabuhan. Biaya tersebut nantinya dapat berdampak kepada daya beli, daya saing, dan mempunyai efek multiplier terhadap pertumbuhan dan pendapatan nasional. Seharusnya kecenderungan sistem pengelolaan pelabuhan sejalan dengan tatanan, arahan, sasaran, dan tuntutan pelayanan pelabuhan. Pola distribusi dan transportasi barang dibutuhkan adanya aliansi strategic, antara penyelenggara pelabuhan (PT Pelindo) dengan beberapa perusahaan bongkar muat dalam upaya meningkatkan produktivitas, mengoptimalkan penggunaan fasilitas, dan peralatan serta pengembangan pelabuhan dalam bentuk kerja sama dan saling membutuhkan (sinergi). Perusahaan bongkar muat adalah perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) pada awalnya adalah perusahaan yang di kelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP). Kemudian PBM di pisahkan dari BUP dan operator terminal. Hal tersebut membuka peluang bisnis bagi pengusaha pengusaha untuk membuka bisnis 3

bongkar muat kapal. Peluang bisnis PBM ini sangat menjanjikan, karena pelabuhan adalah pintu gerbang perekonomian selama jalur perdagangan dunia masih menggunakan kapal. Tetapi peranan Pelindo dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) mempunyai peranan untuk mengawasi para pengusaha bongkar muat. PBM sendiri memiliki Asosiasi yang berfungsi sebagai tempat menampung aspirasi dan untuk menilai PBM itu sendiri, Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI). APBMI inilah yang selalu menjadi penengah antara Pelindo dan para pengusaha bongkar muat. Tahun 2017 ini pernah terjadi perselisahan paham antara Pelindo dan pihak PBM. Para pengusaha bongkar muat menilai bahwa ada nya indikasi monopoli, yang dilakukan oleh Pelindo dengan menggunakan bendera PBM swasta. Tetapi hal tersebut dapat di tengahi oleh APBMI dan mendapatkan solusi yang disepakati oleh kedua pihak. Solusi tersebut adalah, pekerjaan yang berkaitan dengan bongkar muat, hanya boleh di tangani atau di kerjakan oleh Perusahaan Bongkar Muat yang sudah terdaftar dalam anggota APBMI. Untuk Jumlah APBMI yang ada di Kota Semarang sebanyak 24 Perusahaan dan untuk di Jakarta terdapat 82 Perusahaan Bongkar Muat (Lampiran 1). Kegiatan bongkar muat adalah kegiatan membongkar barang barang dari atas kapal dengan menggunakan crane dan sling, dari kapal ke daratan terdekat di tepi kapal, yang lazim disebut dermaga, kemudian dari dermaga dengan menggunakan lori, forklift, atau kereta dorong, dimasukkan dan ditata ke dalam gudang terdekat yang ditunjuk oleh syahbandar pelabuhan, atau bisa langsung di 4

tata di atas trcuk untuk di kirim kepada penerima barang. Sementara kegiatan muat adalah kegiatan yang sebaliknya. Suatu Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah Perusahaan berbadan hukum yang melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan atau ke kapal meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke atas dermaga di lambung kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan barang dari dermaga di lambung kapal ke gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan barang dari gudang/lapangan di bawa ke atas truck atau sebaliknya (receiving/delivery). Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu perusahan bongkar muat menetapkan suatu strategi agar perusahannya tersebut dapat tetap bertahan. Dari hasil prasurvey yang dilakukan di salah satu Perusahaan Bongkar Muat di Semarang menyatakan, bahwa persaingan jasa di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang sangatlah ketat, mulai dari persaingan harga dan kelengkapan jasa yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu adanya permasalahan dengan pihak PT. Pelindo yang di indikasi memonopoli pekerjaan PBM. Hal tersebut sudah menjadi pembicaraan dari tahun lalu, seperti yang dikemukakan oleh ketua APBMI Bapak Romulo kepada wartawan saat rakernas tahun 2016, bahwa dari 1.100 Perusahaan Bongkar Muat yang ada, kini menjadi 440 Perusahaan Bongkar Muat atau 44% (http://www.obsessionnews.com/). Tetapi setelah bermusyawarah dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Jawa Tengah. KSOP setempat menghentikan aktifitas bongkar muat yang dilakukan oleh pihak Pelindo III, karena disinyalir pihak Pelindo III belum mengantongi Surat Izin usaha Perusahaan (SIUP). Oleh karena itu Perusahaan 5

Bongkar Muat harus mempunyai berbagai strategi yang dapat mengutamakan internal dan ekternal persuahaan. Permasalahan dalam penelitian ini juga didukung adanya pra survey lain yaitu terjadinya penurunan pendapatan pada PT. Garuda Laut Perkasa dan perusahaan lainnya yang menunjukkan adanya fenomena gap yang dapat dijelaskan pada Tabel 1.4 sebagai berikut: Tabel 1.4 Fenomena gap No Perusahaan Pendapatan 2014 2015 2016 1 PT. Garuda Laut Perkasa -49.65-45.73-7.76 2 PT. Kayu Lapis Indonesia -29.64-27.71-26.34 3 PT. Samudera Indah Sejahtera -32.63-27.68 3.49 4 PT. Sinar Trans Global -28.48-23.24 2.18 5 PT. Lautindo Citra Perkasa -23.33-20.22-4.93 Sumber: Aosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia, Cabang Semarang Berdasarkan Tabel 1.4. di atas menunjukkan adanya penurunan pendapatan perusahaan bongkar muat, dimana pada Tahun 2014-2016 perusahaan bongkar muat mengalami penurunan pendapatan, hal ini menunjukkan adanya fenomena gap, dimana pendapatan perusahaan yang turun menunjukkan perusahaan tidak mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja bisnisnya. Kinerja bisnis yang rendah terindikasi adanya pendapatan yang menurun, sehingga diperlukan suatu keunggulan bersaing untuk membuat perusahaan beroperasional lebih giat lagi. 6

Dalam rangka menarik para calon konsumen pengguna jasa Ekspedisi Muatan Kapal Laut, khusunya jasa bongkar muat kapal. Maka dalam hal ini, perusahaan jasa bongkar muat harus dapat mengembangkan berbagai upaya yang berdasarkan pada strategi-strategi yang tepat, misalnya dengan memberikan pelayanan seperti ketepatan waktu bongkar muat, tarif atau harga serta adanya jaminan keamanan barang. Penerapan orientasi strategi menunjukkan bahwa perusahaan relatif responsif terhadap pasar tertentu. Ciri utama orientasi strategi adalah tindakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dan strategi berfungsi sebagai: (1) pedoman untuk menetapkan tujuan, (2) keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan operasional. Al Alak dan Tarabieh (2011) menjelaskan bahwa semakin baik kualitas pemasaran yang dilakukan perusahaan mampu memberikan competitive advantage dengan perusahaan lain. Jassmy dan Bhaya (2016) menunjukkan bahwa adanya strategi yang berkualitas dalam hal memasarkan produk dari statu perusahaan mampu memberikan statu aset stratejik dalam memenangkan competitive advantage. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam penggunaan jasa bongkar muat adalah ketepatan waktu.ketepatan waktu adalah kecepatan pelayanan perusahaan untuk menyelesaikan bongkar muat kapal. Pentingnya ketepatan waktu akan dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan jasa bongkar muat kapal tersebut di pekerjaan berikutnya. Secara umum Aaker (2010) mengidentifikasi lima kekuatan strategis SCA, yaitu: pesaing potensial, seperti skala dan cakupan ekonomi, pengaruh kurva pengalaman atau pembelajaran, diferensiasi produk, persyaratan modal, dan biaya karena 7

berpindahnya pembeli. Kepemimpinan merupakan kemampuan dari manajemen puncak untuk membangun, mempraktekkan, dan memimpin suatu visi jangka panjang bagi organisasi, dipicu oleh perubahan dalam kebutuhan dari konsumen, sebagai oposisi bagi suatu peran pengendalian manajemen internal. Palladan et al. (2016) menambahkan kepemimpinan diproksikan oleh kejelasan dari visi, orientasi jangka panjang, pemberdayaan karyawan, gaya manajemen pelatihan, perubahan partisipatif, dan merencanakan dan mengimplementasikan perubahan organisasional. Nthini, (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis. Dengan banyak nya komoditi yang masuk di Pelabuhan, sebagai Perusahaan Bongkar muat wajib memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dan profesional, tidak hanya dalam pekerjaan umum saja. Tetapi masih banyak perusahan yang melempar pekerjaan opersional kepada vendor, karena pekerjaan operasional selalu di anggap memakan biaya paling besar, dilihat dari jumlah pekerjaan yang di dapat pada satu perusahaan tidak bisa di prediksi. Hal hal tersebut yang akan mempengaruhi minat konsumen untuk menggunakan jasa PBM tersebut atau tidak, oleh sebab itu sebagai Perusahaan Bongkar Muat harus dapat mempertahankan keunggulan kinerjanya. Manajemen strategi memandang Adaptabilitas Lingkungan Bisnis sebagai faktor penting yang mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja bisnis. Teori kontinjensi menyatakan bahwa keselarasan antara strategi dan Adaptabilitas Lingkungan mempengaruhi kelangsungan hidup dan kinerja bisnis (Adeoye dan 8

Elegunde, 2012). Jika bisnis tidak mampu menciptakan keselarasan antara strategi dengan Adaptabilitas Lingkungan, dapat berakibat menurunnya kinerja bisnis (Von Dut, 2015). Berdasarkan penelitian terdahulu maka dirumuskan research gap seperti terlihat dalam Tabel berikut: No Permasalahan (Hubungan antar variable) 1 Hubungan antara kepemimpinan manajemen dgn competitive advantage 2. Hubungan antara adaptabilitas dgn competitive advantage Tabel 1.2: Research Gap Riset Gap Penulis Metode Penelitian Palladan et al., (2016); Khan dan Anjum, (2013); dan Romero, (2005) Husso dan Nybak, (2010) Adeoye dan Elegunde, (2012); Babatunde dan Adebisi, (2012); dan Husso dan Nybak, (2010) 3 Hubungan antara orientasi strategi dgn competitive advantage Al Alak dan Tarabieh, (2011); Jassmy dan Bhaya, (2016); dan Obeidat, (2016) 4. Hubungan antara kepemimpinan manajemen dgn kinerja bisnis Husso dan Nybak, (2010) Palladan et al., (2016); Khan dan Anjum, (2013); dan Nthini, (2013) Husso dan Nybak, (2010) 9

No Permasalahan (Hubungan antar variable) 5 Hubungan antara adaptabilitas dgn kinerja bisnis Riset Gap Penulis Metode Penelitian Adeoye dan Elegunde, (2012); Babatunde dan Adebisi, (2012); dan Von Dut, (2015) Husso dan Nybak, (2010) 6 Hubungan antara orientasi strategi dgn kinerja bisnis Al Alak dan Tarabieh, (2011); Jassmy dan Bhaya, (2016); dan Obeidat, (2016) Husso dan Nybak, (2010) 7 Hubungan antara competitive advantage dgn kinerja bisnis Sumber: Dari berbagai jurnal Majeed, (2011); Yassar, (2010); dan Von Dut, (2015) Ismail, (2010) 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya penurunan pendapatan perusahaan bongkar muat, dimana pada Tahun 2014-2016 perusahaan bongkar muat mengalami penurunan pendapatan, hal ini menunjukkan adanya fenomena gap, dimana pendapatan perusahaan yang turun menunjukkan perusahaan tidak mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja bisnisnya. Kinerja bisnis yang rendah terindikasi adanya pendapatan yang menurun. Permasalahan lain dalam penelitian ini dikarenakan adanya research gap 10

yaitu: hasil penelitian Majeed (2011) menunjukkan competitive advantage berpengaruh signfikan terhadap kinerja bisnis, sedangkan Ismail et al. (2010) tidak menunjukkan adanya pengaruh competitive advantage terhadap kinerja bisnis. Janakiraman (2016); Nthini (2013); dan Al Alak dan Tarabieh (2011) menunjukkan bahwa kepemimpinan manajemen, Adaptabilitas Lingkungan dan orientasi strategi berpengaruh positif terhadap competitive advantage dan kinerja bisnis, sedangkan Husso dan Nybak (2010) tidak menunjukkan adanya pengaruh kepemimpinan manajemen, Adaptabilitas Lingkungan dan orientasi strategi terhadap competitive advantage dan kinerja bisnis. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kinerja bisnis untuk Perusahaan Bongkar Muat yang dipengaruhi kepemimpinan manajemen, Adaptabilitas Lingkungandan orientasi strategi dengan mediasi competitive advantage?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka ada 7 pertanyaan dalam penelitian ini, berikut adalah pertanyaan ilmiah yang di ajukan : 1. Apakah kepemimpinan manajemen berpengaruh terhadap competitive advantage? 2. Apakah kepemimpinan manajemen berpengaruh terhadap kinerja bisnis? 3. Apakah Adaptabilitas Lingkungan berpengaruh terhadap competitive advantage? 4. Apakah Adaptabilitas Lingkungan berpengaruh terhadap kinerja bisnis? 5. Apakah orientasi strategi berpengaruh terhadap competitive advantage? 6. Apakah orientasi strategi berpengaruh terhadap kinerja bisnis? 11

7. Apakah competitive advantage berpengaruh terhadap kinerja bisnis? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan manajemen terhadap competitive advantage. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan manajemen terhadap kinerja bisnis. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Adaptabilitas Lingkungan terhadap competitive advantage. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Adaptabilitas Lingkungan terhadap kinerja bisnis. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh orientasi strategi terhadap competitive advantage. 6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja bisnis. 7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh competitive advantage terhadap kinerja bisnis. 12

1.3.2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan, penelitian ini sebagairmasukan untukrkinerja bisnis 2. Bagi Penelitian, dapat dijadikan rujukan untuk penelitian mendatang. 13