BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pasca terjadinya reformasi di dalam pemerintahan Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

- 3 - Pasal 4. Pasal 6

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

I. UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

MATRIKS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN DAN PENGANGKATAN

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

PUTUSAN Nomor 46/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasca terjadinya reformasi di dalam pemerintahan Indonesia, gelombang demokratisasi tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga terjadi didalam tingkat daerah dimana sebelum terjadinya reformasi, pemimpin daerah diangkat langsung oleh pemerintah melalui presien,namun pasca reformasi, dan juga dipengaruhi oleh asas desentralisasi, pemimpin daerah tidak ditunjuk oleh pemerintah lagi namun dipilih langsung oleh masyarakat melalu Pilkada 1. Dalam Pilkada untuk menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah selain menyiapkan diri secara fisik, mental dan finansial, para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan berdasarkan pasal 7 UU No. 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No.1 Tahun 2015 dimana pasal 7 berbunyi : Warga negara Indonesia yang dapat menjadi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, 1 Ni matul Huda & Imam Nasef, 2017. Penataan Demokrasi & Pemilu Di Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta : Kencana, hlm 225.

2 serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat; d. dihapus. e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota; f. mampu secara jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter; g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

3 i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat keterangan catatan kepolisian; j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi; k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara; l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi; n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Bupati, dan Calon Walikota; o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk Calon Wakil Gubernur, Calon Wakil Bupati, dan Calon Wakil Walikota; p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon; q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat Walikota; r. tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana;

4 s. memberitahukan pencalonannya sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah bagi anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; t. mengundurkan diri sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai Negeri Sipil sejak mendaftarkan diri sebagai calon; dan u. berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sejak ditetapkan sebagai calon. Apabila salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi, maka seseorang tidak diperbolehkan atau diizinkan untuk menjadi calon kepala daerah atau wakil kepala daerah. Semua persyaratan harus dipenuhi oleh calon kepala dan wakil kepala daerah tanpa kecuali dan apabila salah satu persyaratan di dalam pasal 7 UU No 8 2015 tentang Perubahan UU No 1 2015 tidak terpenuhi maka calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak bisa mencalonkan diri. Salah satu persyaratan yang tertulis di dalam pasal 7 UU No 8 2015 tentang Perubahan UU No 1 2015 yaitu pasal 7 huruf g yang

5 berbunyi : tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dimana poin dari pasal tersebut adalah para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diharuskan bersih dari kasus hukum pidana atau tidak pernah tersangkut kasus hukum pidana dimana pasal tersebut bertujuan untuk mencegah para Eks Narapidana untuk mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan tujuan mendapatkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang baik dan bisa dijadikan panutan masyarakat luas. Walaupun persyaratan untuk menjadi calon kepala daerah dan wakil daerah sudah dijelaskan dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2015 Tentang Perubahaan Undang-Undang No 1 Tahun 2015, namun ada pihak yang merasa dirugikan dengan persyaratan yang sudah ditentukan dalam UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015,terutama dengan pasal 7 huruf g UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015 seperti seorang calon kepala daerah yang ingin mencalonkan diri untuk maju Pilkada tidak bisa berpartisipasi karena dianggap tidak memenuhi syarat yang dicantumkan dalam pasal 7 UU No 1 Tahun 2015 dan Perubahannya dalam UU No 8 Tahun 2015 yaitu pasal 7 huruf g dimana bunyinya adalah : g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan

6 pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Dikarenakan pemohon pernah terlibat kasus pidana tipikor dan dihukum 5 tahun kurungan penjara sehingga pemohon secara regulasi tidak diperbolehkan mencalonkan diri menjadi calon Bupati dikarenakan tidak memenuhi salah satu syarat di dalam pasal 7 UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015. Dikarenakan pemohon merasa dirugikan dengan pasal 7 huruf g yang tercantum dalam UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015 yang meyebabkan dia tidak bisa berpartisipasi dalam Pilkada, maka pemohon memutuskan untuk mengajukan Judicial Review terhadap UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015 ke Mahkahmah Konstitusi untuk diuji.

7 Dalam Skripsi ini, saya akan membahas apa latar belakang dan alasan si pemohon meminta Mahkahmah Konstitusi untuk melakukan Judicial Review terhadap Undang-Undang No 1 Tahun 2015 dan Perubahannya dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2015, lebih detailnya pada pasal 7 ayat G UU No 1 2015 dan Perubahannya dalam UU No. 8 2015dimana isi pasal tersebut berbunyi Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih yang dianggap menghalangi hak seseorang untuk mencalonkan diri menjadi calon kepala daerah, dan juga disini saya akan membahas apa keputusan yang diambil oleh Mahkahmah Konstitusi dan apa yang menjadi dasar dan alasan yang diambil Mahkahmah Konstitusi untuk memutusan hasil Judicial Review tersebut.

8 B. RUMUSAN MASALAH Adapun perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi dasar atau alasan mengapa pemohon meminta Mahkamah Konstitusi untuk melakukan judicial review terhadap UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015? 2. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memberikan putusan mengabulkan sebagian atas judicial review UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015? 3. Apa implikasinya kepada pilkada pasca putusan judicial revuew UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan UU No 1 Tahun 2015? C. TUJUAN PENELITIAN Maksud dari tujuan analisis penulis ini antara lain : 1. Untuk mengetahui alasan para pemohon mengajukan judicial review ke Mahkamah Konsitutisi. 2. Untuk mengetahui dasar petimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan sebagian dari permohonan para pemohon. 3. Untuk mengetahui implikasi yang ditimbulkan dari hasil keputusan Mahkamah terhadap mantan narapidana.

9 D. TINJAUAN PUSTAKA Dalam konteks Negara hukum Indonesia, Philipus M. Hadjon mengatakan adanya pengakuan harkat dan martabat manusia dalam Negara Hukum Indonesia, secara tersirat terdapat dalam Pancasila dan bersumber pada Pancasila. Berdasaran dari falsafah Negara Pancasila tersebut kemudian Hadjon merumuskan unsur-unsur Negara Hukum antara lain : (1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan; (2) Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan Negara; (3) prinsip peyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir; (4) keseimbangan antara hak dan kewajiban 2. Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa setidaknya ada 11(sebelas) prinsip yang terdapat di dalam Negara hukum yang demokratis antara lain : (1) adanya jaminan persamaan dan kesetaraan dalam hidup bersama;(2) pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan dan pluralitas; (3) adanya aturan yang mengikat dan dijadikan sumber rujukan bersama; (4) adanya mekanisme peyelesaian sengketa berdasarkan mekanisme aturan yang ditaati bersama; (5) pengakuan dan penghormatan kepada HAM; (6) pembatasan kekuasaan melalui mekanisme pemisahan dan pembatasan kekuasaan 2 Sirajuddin & Winardi. 2015. Dasar-Dadar Hukum Tata Negara Indonesia, Malang : Setara Press, hlm, 30

10 melalui mekanisme peyelesaian sengketa ketatanegaraan antar lembaga Negara baik secara vertical maupun horizontal;(7) adanya peradilan yang bersifat indipenden dan tidak memihak dengan kewibawaan putusan tertinggi atas dasar keadilan dan kebenaran; (8) dibentuknya lembaga peradilan yang khusus untuk menjamin keadilan bagi warga Negara yang dirugikan akibat putusan dan kebijakan pemerintahaan;(9) adanya mekanisme judicial review oleh lembaga peradilan terhadap norma-norma ketentuan legislatif baik yang ditetapkan oleh lembaga legislative maupun eksekutif;(10) dibuatnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur jaminan pelaksanaan prinsip-prinsip diatas dan (11) pengakuan terhadap asal legalitas dalam keseluruhan sistem peyelenggaraan Negara 3. Berdasaran pendapat dari para ahli hukum, maka elemenelemen yang harus terdapat di dalam di dalam Negara yang berpredikat Negara hukum antara lain : 1. Prinsip pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia; 2. Prinsip legalitas; 3. Prinsip pemisahan kekuasaan Negara; 4. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak; 5. Prinsip kedaulatan rakyat (Demokrasi); 3 Sirajuddin & Winardi. 2015. Dasar-Dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Malang : Setara Press, hlm, 30-31

11 6. Prinsip Konstitusional 4 Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR sempat memiliki wewenang menguji UU terhadap UUD 1945 berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, namun hal tersebut mendapat kritikan dari pengamat dan masyarakat karena MPR merupakan lembaga politik bukan institusi hukum dan MPR dituding tidak obyektif dalam menguji putusannya sendiri. Pasca dikeluarkannya Amandemen ketiga UUD 1945, hadirlah lembaga Negara baru bernama Mahkamah Konstitusi yang memiliki tugas berdasarkan Pasal 24 C ayat 1 UUD 1945 antara lain : 1. Hak Uji Materil 2. Memutus Pembubaran Partai Politik 3. Memutus Sengketa Hasil Pemilu 4. Memutus Sengketa Kewenangan Lembaga Negara 5. Memutus Pendapat DPR Salah Satu tugas Mahkamah Konstitusi adalah melakukan Hak Uji Materil atau yang disebut juga Judicial Review adalah pengujian undang-undang secara materil yang biasanya dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, Pada awalnya, Judicial Review hanya dilakukan oleh Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 4 Ibid, hlm 32-43

12 24A Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dimana isi pasal tersebut adalah Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang. Namun wewenang Judicial Review juga bisa dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi yang dibentuk oleh MPR ketika terjadi perubahan ketiga UUD 1945 yang diselenggarakan pada 9 November 2001 dimana posisi Mahkamah Konstitusi memiliki kedudukan setara dengan Mahkamah Agung dan diluar Mahkamah Agung. Dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 24C ayat (1) dijelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi memliki 4(empat) wewenang, yaitu : (1) menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; (2) memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar; (3) memutus pembubaran partai politik; (4) memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum 5. Kewenangan Mahkamah Konstitusi berlaku dari tingkat pertama dan terakhir dan sifat putusan dari Mahkamah Konstitusi bersifat final, bersifat hukum tetap dan tidak ada upaya hukum untuk mengubah hasil putusan tersebut, selain wewenang 5 Khelda Ayunita, 2017, Pengantar Hukum Konstitusi dan Acara Mahkamah Konsititusi, Mitra Wacana Media : Jakarta, Hlm 90

13 diatas, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan berdasarkan Pasal 24C ayat (2) Jo 7 dimana Mahkamah Konstitusi berkewajiban untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan Negara, korupsi, peyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak memenuhi syarat lagi sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, akan tetapi putusan dari Mahkamah Konstitusi ini tidak bersifat final dikarenakan tetap tunduk pada putusan MPR dikarenakan MPR lah yang berhak menentukan untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden. 6 Wewenang Mahkamah Konstitusi untuk menguji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, diatur dalam UU No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dimana isi dari undang-undang tersebut adalah undang-undang yang dapat diujikan adalah undang-undang yang dibuat setelah perubahan pertama UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 6 Ni matul Huda, 2012. Negara Hukum, Demokrasi, dan Judicial Review, UII Press : Yogyakarta, Hlm 122.

14 Disebutkan dalam Pasal 51 UU No 24 Tahun 2003, Pemohon adalah pihak yang merasa hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu : a. Perorangan Warga Negara Indonesia; b. Kesatuan masyarakat hukum adat selama masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang; c. Badan Hukum Publik atau Privat; atau d. Lembaga Negara. Pemohon wajib menjelaskan dengan detail permohonannya tentang hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, selain itu dalam permohohannya harus menjeleaskan dengan detail : a. Pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan UUD Tahun 1945; dan/atau b. Materi muatan dalam ayat, pasal dan/atau bagian undang-undang dianggap bertentangan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Apabila permohonan sudah tercata dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi, Mahkamah Konstitusi meyampaikan permohonan kepada DPR dan Presiden untuk diketahui dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak permohonan diajukan dan juga Mahkamah Konstitusi akan memberitahukan Mahkamah Agung akan permohonan pengujian

15 undang-undang paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan dicatat ke dalam Buku Regitrasi Perkara Konstitusi. Untuk kepentingan pemeriksaan perkara, Mahkamah Konstitusi dapat meminta keterangan dan/atau hasil rapat yang berkaitan dengan permohonan yang diperiksa kepada MPR, DPR, DPD, dan Presiden dan juga pengujuan peraturan perundang-undangan dibawah undangundang yang dilakukan oleh Mahkamah Agung harus dihentikan apabila sudah diuji oleh Mahkamah Konstitusi sampai keluar putusan dari Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan tidak menerima permohonan apabila dianggap tidak memenuhi persyaratan dan juga Mahkamah Konstitusi dapat menerima permohonan apabila dianggap memenuhi persyaratan.

16 E. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian Analisis Putusan Mahkahmah Konstitusi Nomor 42/PUU- IX/2015 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari penelitian kepustakaan yang berupa bahan-bahan hukum. Bahan-bahan hukum yang digunakan antara lain : a. Bahan hukum primer yang terdiri dari : 1) Undang-Undang Dasar 1945 2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi 3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi 4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah

17 5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Kepala Daerah 6) Putusan Mahkahmah Konstitusi Nomor 42/PUU/XII/2015. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan kepustakaan (litelatur) seperti buku, hasil penelitian, makalah dalam seminar, simposiun yang berkaitan dengan bahan hukum primer. c. Bahan hukum tersier,yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan terkait istilah-istilah tertentu seperti : 1) Kamus Hukum 2) Kamus Besar Bahasa Indonesia 3) Kamus Bahasa Inggris 3. Teknik Pengumpulan Data Studi Pustaka, studi ini bermaksud untuk mengumpulkan dan memahami data-data sekunder yang berdasar dari berbagai litelatur, dokumen dan data-data yang berkaitan dengan objek penelitikan.

18 4. Metode Pendekatan Pendekatan yuridis normatif dan yuridis politis, yaitu data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis dari sudut pandang atau ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dianalisis dari sudut pandang politis, setelah dianalisis, hasil analisis diwujudkan dalam bentuk deskripsi yang singkat dan jelas serta mudah untuk dibaca dan dipahami. 5. Analisis Data Data yang diperoleh dengan metode deskritif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dan diolah secara deskritif dan dianalisis secara kualitatif dengan langkah-langkah berikut : a. Data penelitian dianggap sesuai dengan permasalahan penelitian. b. Hasil data selanjutnya disusun secara sistematis. c. Data yang sudah disusun secara sistematis kemudian dianalisis untuk dijadian dasar untuk mencari kesimpulan.

19 F. Sistesmatika Penulisan Skripsi berjudul Analisis Putusan Mahkahmah Konstitusi Nomor 42/PUU-IX/2015 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri dari IV bab dan sub bab dimana detailnya antara lain : 1. Bab I, dimana didalam bab ini akan membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari 6 sub bab antara lain : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 2. Bab II, dimana dalam bab ini membahas Tinjauan Umum tentang Mahkamah Konstitusi, Judicial Review, dan Pilkada. 3. Bab III terdiri dari 3 sub bab antara lain : i. Latar belakang pemohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. ii. Pertimbangan Hakim Konstitusi dalam mengabulkan sebagian permohonan terhadap Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1

20 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. iii. Implikasinya terhadap Pilkada 4. Bab IV membahas tentang kesimpulan dan penutup.