KAJIAN AWAL PENDUGAAN AKUIFER AIR TANAH DI KAMPUS ITERA DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

METODE EKSPERIMEN Tujuan

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

KAJIAN PENYEBARAN LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BATUAN DI LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) BENOWO SURABAYA

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PEMETAAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS WENNER SOUNDING (Studi Kasus Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

PEMETAAN POTENSI AIR-TANAH (AQUIFER) BERDASARKAN INTERPRETASI DATA RESISTIVITAS WENNER SOUNDING

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): Jurnal Einstein. Available online

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

*

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

Interpretasi Data Geofisika untuk Penentuan Titik Pemboran Air Tanah di Daerah Mertoyudan, Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

BAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

PEMETAAN AKUIFER AIRTANAH DI WILAYAH KAMPUS UNSRAT MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

RESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA ABSTRAK

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

III. METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DAERAH KEPULAUAN SERUI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

IDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Analisis Respon Resistivitas Sampel Tanah TPA Ngipik Kabupaten Gresik Berdasarkan Uji Resistivitas Skala Laboratorium

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran)

Transkripsi:

KAJIAN AWAL PENDUGAAN AKUIFER AIR TANAH DI KAMPUS ITERA DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER Muhamad Ragil Setiawan 1, Rizty Maulida Badri 1, Alamta Singarimbun 2 1 Jurusan Sains, Prodi Fisika, Institut Teknologi Sumatera, Lampung, Indonesia 2 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia Abstract: Air bersih menjadi kebutuhan dasar yang harus disediakan di Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Kondisi geologis ITERA berada pada daerah dengan batuan piroklastik di atasnya, batuan tersebut memiliki sifat semipermeabel. Hal ini meyebabkan air di permukaan sukar mengalir ke bawah permukaan. Oleh karena itu, dilakukan kajian awal bawah permukaan dengan melakukan pengukuran sifat kelistrikan batuan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger untuk mencari potensi air bersih di ITERA. Data hasil pengukuran diolah dengan menggunakan Ms. Excel dan dimodelkan menggunakan software IPI2win. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa potensi sumber air ditemukaan berada pada kedalaman > 25 meter dengan rentang nilai resistivitas antara 2-10 Ωm dan termasuk ke dalam akuifer tertekan. Keyword: Akuifer, Air tanah, Geolistrik, konfigurasi Schlumberger, IPI2win 1. Pendahuluan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi negeri baru di provinsi Lampung. Sebagai kampus negeri yang sedang berkembang berbagai sarana dan prasarana dipersiapkan guna mendukung kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan lancar. Infrastruktur seperti gedung kuliah, kantor, laboratorium, sarana olahraga, dan asrama mahasiswa sedang dipersiapkan untuk mahasiswa. Pembangunan fisik yang masif tersebut bertujuan untuk mengimbangi jumlah mahasiswa yang semakin bertambah. Setelah penerimaan tahun 2016 sebanyak ± 1200 mahasiswa, pada tahun 2017 ITERA merencanakan penerimaan mahasiswa sebanyak ± 1700 mahasiswa [1]. Penerimaan jumlah mahasiswa sebanding dengan peningkatan kebutuhan air bersih di kampus. Kajian geologis diperoleh informasi bahwa kampus ITERA berdiri di atas lapisan batuan piroklastik. Batuan ini memiliki karakteristik semipermeabel, sehingga air permukaan sukar diteruskan ke bawah permukaan menuju lapisan akuifer [2]. Hal ini akan berdampak pada cadangan air di dalam akuifer. Selain itu, berdasarkan pengeboran sumur yang sudah dilakukan, akuifer air tanah di kampus ITERA termasuk akuifer dalam. Kedalaman pengeboran rata-rata > 70 m di bawah permukaan tanah. Sehingga diperlukan pengukuran guna mengetahui kondisi bawah permukaan. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan adalah metode geolistrik. metode ini sudah banyak digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan baik secara lateral maupun vertikal. Metode ini digunakan dalam studi lingkungan seperti studi pencemaran air lindi pada daerah di sekitar tempat pembuangan sampah akhir [3][4], studi intrusi air laut [5]. Dalam studi geoteknik digunakan dalam identifikasi patahan [6]. Adapun dalam zonasi sebaran air tanah 1-D sudah pernah dilakukan di Kecamatan Pinggir, Riau [7]. 40

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, mengetahui posisi dan kondisi akuifer di bawah permukaan kampus ITERA. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger. 2.1 Pengambilan data 2. Metode Eksperimen Lokasi penelitian berada di kampus ITERA dan terletak antara 5 0 22 06.23 Lintang Selatan dan 105 0 18 20.38 Bujur Timur dengan luas wilayah 285 hektar (gambar 1). Pengambilan data geolistrik dilakukan dengan menggunakan teknik sounding atau vertical electrical sounding (VES). VES biasa digunakan dalam pengukuran data geolistrik dengan target berada pada posisi yangdalam. Hal ini dikarenakan teknik ini memiliki jangkauan penetrasi yang dalam.titik-titik sounding yang digunakan pada kajian awal ini berjumlah 4 buah titik (warna merah) dengan jarak masing-masing titik sejauh 100 meter. Keempat titik sounding tersebut terdiri atas 3 buah titik yang segaris dan satu buah titik di dekat sumur artesis. Penentuan tiga titik yang segaris berdasarkan target penampang lapisan batuan secara 2-dimensi. Gambar 1 Daerah penelitian dan posisi titik-titik sounding (titik merah) Pengukuran titik-titik sounding menggunakan panjang bentangan sebesar 600 meter untuk setiap titik sounding. Posisi titik-titik sounding dapat dilihat pada tabel 1. Masing-masing titik sounding memiliki nilai topografi yang hampir sama. Tabel 1 Koordinat titik sounding (VES) Titik sounding Koordinat Elevasi T28 5 21 42.97 LS dan 105 18 55.59 BT 111 m T29 5 21 42.98 LS dan 105 18 58.84 BT 101 m T30 5 21 42.99 LS dan 105 19 2.09 BT 100 m Sumur 5 21 47.19 LS dan 105 18 48.01 BT 106 m 41

Pengambilan titik sounding didasarkan pada informasi kedalaman sumur bor yang sudah pernah dibuat, bahwa air pada umumnya baru ditemukan rata-rata pada kedalaman 100 meter (Tabel 2). Informasi tersebut menjadi dasar penggunaan panjang bentangan kabel. Tabel 1 Data kedalaman sumur dan kondisinya No Letak Kedalaman Status 1 Belakang asrama 1 120 m Masih digunakan 2 Belakang ruang kontrol gedung B 100 m Tidak digunakan 3 Samping gedung A 100 m Masih digunakan 4 Parkiran 40 m Masih digunakan 5 Depan musholla Baitul Ilmi 100 m Masih digunakan 6 Lapangan basket 100 m Masih digunakan 7 Sumur tua 3 m Masih digunakan 2.2 Perhitungan nilai resistivitas dan kedalaman lapisan batuan Pada metode geolistrik, arus listrik diinjeksikan ke dalam tanah dan menyebabkan munculnya beda potensial yang akan diukur di permukaan. Adanya perbedaan nilai potensial yang terukur dipermukaan menunjukkan ketidaksamaan nilai konduktivitas tanah dalam menghantarkan arus listrik. Nilai konduktivitas memiliki hubungan dengan nilai hambatan jenis dalam suatu penghantar. R A = L dengan merupakan nilai rapat jenis yang berkaitan dengan sifat fisis kelistrikan yang dimiliki oleh suatu material. Beberapa mineral atau material seperti bahan metal dan grafit merupakan penghantar arus listrik. Keberadaan mineral tersebut di dalam tanah yang memiliki sifat insulator menyebabkan perbedaan daya hantar lapisan tanah di bawah permukaan. Arus listrik di lapisan bawah permukaan dihantarkan oleh ion-ion yang mengalir melalui melalui air yang berada di porositas tanah. Apabila lapisan tanah digambarkan sebagai sebuah elemen penghantar arus listri, maka hubungan nilai resistivitas dan potensial berdasarkan hukum Ohm, V = I R (2) Apabila persamaan (1) disusbtitusikan ke persamaan (2), akan diperoleh L V = I A V A = (3). I L Hasil pengukuran di lapangan diperoleh nilai arus (I) dan potensial (V). Berdasarkan kedua nilai tersebut dapat dihitung nilai hambatan (R) yang mengalir diantara elektroda arus dan potensial yang melalui lapisan tanah di bawah permukaan. Nilai hambatan yang diperoleh kemudian dikalikan dengan nilai konstanta konfigurasi (k) yang diperoleh melalui perhitungan teroritis sehingga didapatkan nilai hambatan jenis semu (ρapparent). Nilai ρapparent ini kemudian dihitung logaritmiknya dan diplot ke dalam kurva. Setelah diperoleh nilai ρapparent kemudian dilakukan pemodelan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak IPI2win. Perangkat ini dijalankan dengan memasukkan nilai spasi elektroda potensial dan arus, arus, potensial, konstanta konfigurasi, dan hambatan jenis semu. Setelah semua data terbaca oleh program, maka dilakukan forward modeling dan diperoleh kurva hambatan jenis sebagai fungsi jarak. Langkah selanjutnya dilakukan picking kurva teoritis dengan metode curve matching [8] dan mencari nilai kesalahan terkecil (<10%) antara kurva pengukuran dan kurva perhitungan. Setelah diperoleh nilai kesalahan terkecil dilakukan inverse modeling dan didapatkan nilai kedalaman dan hambatan jenis batuan pada kedalaman tersebut. Nilai hambatan jenis tersebut kemudian dicocokkan dengan nilai hambatan jenis batuan yang sudah diketahui untuk melakukan interpretasi geologi bawah permukaan. (1) 42

3.1 Kondisi geologi daerah penelitian 3. Hasil dan Pembahasan Geologi regional batuan permukaan di lokasi penelitian merupakan formasi lampung yang tersusun oleh tufa, batu lempung tufan dan batu pasir tufan. Dari hasil pemetaan geologi dilokasi penelitian menunjukan adanya sebaran batuan yaitu pasirtuff yang terdapat di permukaan. Berdasarkan hasil sifat fisik batuan tersebut merupakan formasi batuan yang dapat menyimpan air namun tidak dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini dapat menjelaskan bahwa secara hidrogeologi daerah penyelidikan termasuk kelompok akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir, termasuk akuifer dengan produktifitas rendah namun keterdapatan air tanah dalam jumlah terbatas masih dapat diperoleh karena dilihat dari penyebaran akuifernya cukup luas. 3.2 Nilai resistivitas dan kedalaman batuan Pengolahan nilai resistivitas untuk masing-masing titik VES dengan menggunakan metode curve matching ditunjukkan oleh gambar 2. Sedangkan posisi kedalaman lapisan batuan, jenis lapisan batuan dan nilai resistivitasnya ditunjukkan pada tabel 3, 4, 5, dan 6. (a) (b) 4. Kesimpulan (c) (d) Gambar 2 Curve matching titik T28 (a), T29 (b), T30 (c), dan sumur (d) Tabel 3 Dugaan lithologi batuan penyusun pada titik T28 1 0,8-3 2,1 223 batu pasir 2 3-6,8 3,7 157 lanau 3 6,8-74.,7 67,9 58,4 lempung 4 74,7 Tidak diketahui 5,31 air tanah 43

Tabel 4 Dugaan lithologi batuan penyusun pada titik T29 1 0,7-4,1 3,4 122 batu pasir 2 4,1-31,6 27,5 13,9 lanau 3 31,6-196 164 8,11 air tanah 4 196 Tidak diketahui 24,8 lempung Tabel 5 Dugaan lithologi batuan penyusun pada titik T30 1 0,6-1,4 0,8 17,8 lanau 2 1,4-7,1 5,7 3,7 lempung 3 7,1-38,2 31 8,4 batu pasir 4 38,2 Tidak diketahui 3,5 lempung Tabel 6 Dugaan lithologi batuan penyusun pada titik Sumur 1 0,6-1,4 0,8 17,8 lanau 2 1,4-7,1 5,7 3,7 lempung 3 7,1-38,2 31 8,4 batu pasir 4 38,2 Tidak diketahui 3,5 lempung Hasil penampang 1-dimensi pada ketiga titik sounding (VES), yakni T28, T29, dan T30 diolah kedalam bentuk penampang 2-dimensi agar dapat dengan mudah diinterpretasikan. Penampang 2-D yang dihasilkan ditampilkan pada gambar 3. 44

Gambar 3 Model 2-D dari perpaduan T28, T29, dan T30 Gambar 3 merupakan representasi lithologi dari penggabungan tiga titik sounding (T28, T29, dan T30) sumbu vertikal mewakili kedalaman (m) dan citra berwarna mewakili besarnya resistivitas ( m). Lapisan akuifer dapat ditentukan dengan melihat keberlanjutan atau keselarasan lapisan satu dengan lapisan yang lain ketika nilai resistivitasnya kontinyu, sehingga aliran yang diduga akuifer dapat ditentukan dan menjadi pertimbangan dalam pengeboran. Pemodelan pada Gambar 3 merupakan hasil interpretasi data penelitian yang didapatkan setelah dilakukan kross korelasi antara sumur dan koreksi ketinggian pada titik pengukuran. Pada kross korelasi sumur tesebut diinterpretasikan dengan warna yang merepresentasikan formasi batuan pada range nilai resistivitas [9] pada lapisan batuan di masing-masing titik pengukuran. Lapisan paling atas dengan citra warna merah sampai merah muda pada kedalaman 1-12 meter yang memiliki ketebalan 11 meter dan nilai resistivitas sebesar 31,6 42,1 Ωm diduga merupakan lapisan batu pasir yang dapat menyimpan dan mengalirkan air. Lapisan berwarna oranye hingga kuning pada kedalaman 13 18 meter yang memiliki ketebalan 5 meter dan nilai resistivitas sebesar 17,2 23,7 Ωm diduga merupakan lapisan lanau yang dapat menyimpan dan dapat mengalirkan air tetapi dalam jumlah terbatas. Lapisan berwarna hijau pada kedalaman 19 23 meter yang memiliki ketebalan 4 meter dan pada kedalaman 150 300 meter dengan ketebalan 150 meter memiliki nilai resistivitas sebesar 10 15,8 Ωm diduga merupakan lapisan lempung yang bersifat akuiklud atau sering disebut sebagai lapisan impermeable atau lapisan kedap air. Lapisan berwarna biru yang berada pada kedalaman 1-149 meter dan memiliki ketebalan 148 meter dengan nilai resistivitas sebesar 4,2 7,4 Ωm diduga merupakan lapisan air tanah. Pada T28 dan T29 air yang terkandung pada lapisan berwarna biru tidak dapat mengalir dengan mudah karena diapit oleh dua lapisan impermeabel. Lapisan berwarna biru dapat dikatakan sebagai 45

lapisan akuifer tertekan. Lapisan ini cukup baik karena terdapat lapisan impermeabel pada bagian atas dan bawahnya. Lapisan ini memiliki kadar air yang tinggi. Sehingga pada T28 dan T29 dapat dipertimbangkan untuk melakukan pengeboran. Pada T30 lapisan berwarna biru di duga sebagai air tanah dangkal. Air tanah dangkal memungkinkan memiliki tekanan air yang rendah karena kurangnya batuan penimbun diatasnya yang menyebabkan aliran air menjadi lemah dan kurang terdorong. 4. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahawa lithologi batuan di daerah penelitian pada titik pengukuran pada umumnya memiliki jenis yang sama, yaitu lapisan batu pasir, lanau, lempung, dan lapisan diduga akuifer. Akuifer air tanah diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari 25 meter dengan rentang nilai resistivitas lapisan batuan antara 2 20 Ωm. Jenis akuifer yang ada di lokasi penelitian termasuk ke dalam akuifer tertekan dengan pembebanan di atas lapisan akuifer berupa batuan penimbun. Pendugaan posisi akuifer akan dapat lebih rinci apabila dilakukan penelitian tambahan dengan menggunakan metode Induced Polarization (IP). Hal ini dikarenakan metode ini sangat baik dalam membedakan nilai resistivitas batuan lempung dan akuifer. Hibah Penelitian Mandiri ITERA 2017. 5. Penghargaan 6. Daftar Pustaka [1] http://usm.itera.ac.id/, diakses pada tanggal 2-03-2017. [2] Aghazadeh, M. & A., A. Mogaddam, Investigation of Hydrochemical Characteristics of Groundwater in the Harzandant Aquifer, Northwest of Iran, Springer, Environ Monit Assess, DOI 10.1007/s10661-010-1575-4, 2010. [3] Ngadimin, Aplikasi Metode Geolistrik untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah, JMS Vol. 6 No. 1, 43-53., 2001. [4] Yudistira, T., dan Hendra G., Pencitraan Konduktivitas Bawah Permukaan dan Aplikasinya untuk Identifikasi Penyebaran Kontaminasi Cair, Geoforum HAGI, 2003. [5] Santoso, T., Nurul P., dan Puguh H., Pendugaan Intrusi Air Laut dengan Metode Geolistrik Resistivitas 1-D di Pantai Desa Sumberejo Jember, Berkala Saintek Vol. 1 No. 1, 17, 2013. [6] Utiya, J., As ari dan Seni HJ. T., Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger dan Konfigurasi Dipole-dipole untuk Identifikasi Patahan Manado di Kecamatan Paaldua Kota Manado, Jurnal Ilmiah Sains Vol. 15 No. 2, 135-141, 2015. [7] Edisar, M., Pemetaan Zonasi Air Bawah Tanah di Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Prosiding Semirata FMIPA UNILA, 2013, 405-408.. [8] Kearey, P., Michael B., Ian H., An Introduction to Geophysical Exploration 3 rd Edition, Blackwell Science, 2002. [9] Telford, W., L. Geldart, R. Sheriff, Applied Geophysics 2 nd Edition, Cambridge, Cambridge University Press, 1990. 46