BAB 1 : PENDAHULUAN. (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di Indonesia. (1) Masalah gizi terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

1

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II PROTAP PELAYANAN PENINGKATAN GIZI DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang Yodium dan gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di Indonesia. (1) Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. (2) Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh beberapa masalah diantaranya status gizi kurang. Gizi kurang banyak menimpa anak usia balita (bawah lima tahun) sehingga disebut dengan golongan rawan. (3) Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya (1, 2) terpenuhi. Dampak kekurangan gizi yang paling ditakutkan adalah gagal tumbuh (growth faltering), terutama gagal tumbuh kembang otak. (4) Anak yang menderita kekurangan gizi tidak saja menurun kecerdasan otaknya, tetapi menyimpan potensi terkena penyakit degeneratif ketika memasuki usia dewasa. Gizi buruk dalam jangka pendek menyebabkan kesakitan dan kematian karena kekurangan gizi membuat daya tahan tubuh berkurang. (4) Menurut World Health Organization (WHO), faktor gizi merupakan 54% kontributor penyebab kematian. (5) Pada tahun 2013, 17% atau 98 juta anak di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami kurang gizi (berat badan menurut umur berdasarkan standar WHO ). (5) Prevalensi gizi kurang pada balita di Asia Tenggara 16%. (5) Di Indonesia prevalensi

gizi kurang pada balita memberikan gambaran yang fluktuatif, dari 18,4%(2007) (6, 7) turun menjadi 17,9 % (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 % (2013). Prevalensi gizi kurang di Provinsi Sumatera Barat juga memberikan gambaran yang fluktuatif yaitu 20,2 % (2007) kemudian terjadi penurunan 3,1% menjadi 17,1% (2010) namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan melebihi angka nasional menjadi 21,2%. (7) Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Kota Padang tahun 2014 sampai 2016 berdasarkan indikator BB/U prevalensi gizi buruk dan kurang masih turun naik yaitu 12%, turun menjadi 9,4% dan meningkat kembali menjadi 11,5%. (8, 9) Cakupan balita gizi buruk BB/U di Kota Padang tiga tahun terakhir mengalami penurunan hampir 50% yaitu 120 kasus (2014), 104 kasus (2015) dan menjadi 68 kasus (2016), namun tahun 2016 kasus terbanyak terdapat di Kecamatan Padang Timur 18 kasus, kedua di Kecamatan Koto Tangah 13 kasus, ketiga di Kecamatan Bungus yaitu 11 kasus. (8) (10) Wilayah kerja Puskesmas Andalas terletak di Kecamatan Padang Timur terdiri dari sepuluh kelurahan dengan jumlah balita terbanyak di Kota Padang. (10) Prevalensi gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Andalas dari tahun 2014 sampai 2016 mengalami peningkatan hingga melebihi target program gizi kurang di puskesmas < 7% yaitu dari 6,38%, naik menjadi 9,1 % dan 9,35%. (11-13) Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Berbagai perilaku dan masalah gizi yang buruk akan berpengaruh kepada status gizi terutama anak balita. (3) Berdasarkan kerangka pikir United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung yaitu konsumsi zat gizi dan penyakit infeksi, faktor tidak langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, pola asuh dan pelayanan kesehatan, faktor utama yaitu

kemiskinan dan pendidikan. (14) Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya menyebutkan adanya hubungan yang bermakna antara kecukupan energi dan protein, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pola asuh, status ekonomi keluarga dan jumlah anggota keluarga dengan status gizi pada balita p<0.05. (15-18) Untuk mengatasi masalah gizi yang paling dominan di Indonesia salah satunya adalah gizi kurang, Departemen Kesehatan telah menetapkan sasaran prioritas pembangunan kesehatan salah satunya adalah Keluarga Sadar Gizi. (1) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yaitu suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan : (2) (1) Menimbang berat badan secara teratur, (2) Memberikan ASI Eksklusif, (3) Makan beraneka ragam, (4) Menggunakan garam beryodium, (5) Minum suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran. (2) Dilihat dari kelima indikator KADARZI, termasuk kedalam faktor tidak langsung menurut UNICEF yang mempengaruhi status gizi karena kelima indikator terkait dengan ketersediaan pangan rumah tangga, pola asuh dan pelayanan kesehatan. (14) Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi pangan, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen gizi (kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah/TTD), pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah gizi berjalan lambat. (1) Oleh sebab itu diperlukan upaya pemberdayaan pendampingan keluarga KADARZI yaitu proses

mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang dialami. (2) Namun pada kenyataanya berdasarkan wawancara langsung dengan seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Padang pendampingan kelompok KADARZI belum berjalan sebagaimana mestinya di Kota Padang dan wilayah kerja Puskesmas Andalas. Hasil survei Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Puskesmas Andalas tahun 2015 sampai 2016 menunjukkan bahwa 3 dari 5 indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) belum mencapai target 80% untuk menimbang berat badan secara teratur dan Asi Eksklusif, kemudian target 95% untuk konsumsi garam beryodium dan bahkan ketiga indikator tersebut menunjukkan penurunan. Menimbang berat badan secara teratur turun dari 42% menjadi 37,7%, ASI Eksklusif turun dari 65,8% menjadi 50% dan konsumsi garam beryodium turun dari 100% menjadi 69%. Sebaliknya untuk indikator suplemen gizi dan makan beraneka ragam menunjukkan peningkatan dalam periode yang sama. Suplemen gizi meningkat dari 75,3% menjadi (12, 13) 86% dan makan beraneka ragam meningkat dari 56,6% menjadi 87,7%. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) mempunyai hubungan yang positif dengan status gizi p<0,05, seperti pada penelitian Karoline E.(2012) p= 0,014; Muliati DD.(2014) p= 0,00; Jayani I.(2015) p=0,01; Hartono(2017) p=0,000 dan Wijayanti S(2017) p=0,01. (19-23) Berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita usia 12-59 bulan berdasarkan berat badan menurut umur di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2018.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang sudah disampaikan pada halaman sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada Hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Status Gizi anak Balita Usia 12-59 Bulan berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Status Gizi Anak Balita Usia 12-59 Bulan berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karateristik distribusi frekuensi keluarga (tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga dan jenis kelamin anak balita) 2. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi anak balita berdasarkan indikator BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. 3. Mengetahui distribusi frekuensi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) berdasarkan lima indikator Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, dan minum suplemen gizi kapsul vitamin A.

4. Mengetahui distribusi frekuensi penyakit infeksi anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. 5. Mengetahui distribusi frekuensi pelayanan kesehatan untuk anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. 6. Mengetahui hubungan antara Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita berdasarkan Berat Badan Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. 7. Mengetahui hubungan antara Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita berdasarkan Berat Badan Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas setelah dikontrol variabel perancu. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis masalah dan sebagai wadah serta sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah serta menambah pengetahuan dan pengalaman di lapangan. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi tambahan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas mengenai Hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan Status Gizi Anak Balita Usia 12-59 Bulan berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2018. 1.4.3 Bagi Puskesmas Dapat dijadikan bahan acuan untuk melaksanakan program-program perbaikan gizi serta peningkatan penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) sesuai

dengan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Sehat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita usia 12-59 bulan berdasarkan indikator BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang selama bulan Desember 2017 sampai Maret 2018, dengan objek penelitian balita usia 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yang terdiri dari variabel bebas Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), variabel terikat status gizi dan variabel perancu penyakit infeksi, pelayan kesehatan, tingkat pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan ibu dan sikap ibu. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dan multivariat.