ANALISIS EFISIENSI SALURAN PRIMER DI DAERAH IRIGASI SEI PAKU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

ANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DI SALURAN SEKUNDER PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR DI PINTU UKUR

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

EFISIENSI PENGALIRAN JARINGAN IRIGASI MALAKA (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI MALAKA KIRI)

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH IRIGASI BENDANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MENGENAI PENGARUH VARIASI JUMLAH GIGI GERGAJI TERHADAP KOEFISIEN DEBIT (Cd) DENGAN UJI MODEL FISIK PADA PELIMPAH TIPE GERGAJI

BAB III METODOLOGI. Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

PENGARUH VARIASI BUKAAN LUBANG DAN MODEL PENAMPANG LUBANG PADA BANGUNAN PINTU AIR KOMBINASI AMBANG SALURAN TERBUKA LAHAN PASANG SURUT

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB III METODOLOGI III-1

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN IRIGASI DI DAERAH IRIGASI BORO KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA


BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK SUNGAI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

KONDISI UMUM BANJARMASIN

PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DI. CIHERANG TESIS MAGDALENA TANGA NIM :

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

ANALISA KEANDALAN KOLAM TANDON AIR BAKU DENGAN INLET DARI PARIT YANG DIPENGARUHI OLEH PASANG SURUT

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

Transkripsi:

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PRIMER DI DAERAH IRIGASI SEI PAKU Ahmad Fauzi (1), Mudjiatko (2), Sigit Sutikno (2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. Subrantas KM 12.5 Pekanbaru 28293 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. SubrantasKM 12.5 Pekanbaru 28293 Email: ahmad.fauzi@student.unri.ac.id ABSTRACT Irrigations networks in irrigations areas of Sei Paku have a very low efficiency value due to the exploitations of fish ponds and recreations ponds. Exploitations activities on the upstream is watering fish ponds and recreatiol ponds that s effect is water loss, so make deffeclency water at downstream areas. Result water loss on the flow influence at primary flow. Efficiency analysis flow use to know efficiency primary flow. Topographic data, speed flow, and dimensions of channel are needed to analyze the value of primary flow efficiency existing in the field. Efficiency analysis is done by directly measurement in the area as much as 5 periods. Based on the analysis results that the biggest water loss at T45 T61 segmen as much Qt = 0.0960021 m 3 /second and smallest water loss at T91- T101 segmen as much Qt = 0.0000007 m 3 /second. The efficiency of the existing pyrene channel in the field is 9.41%. Keywords : Irrigations Areas Sei Paku, waterloss, and efficienc. I. PENDAHULUAN Daerah Irigasi Sei Paku adalah salah satu daerah irigasi yang terletak di Kabupaten Kampar, tepatnya di Kecamatan Kampar Kiri. Daerah irigasi ini berfungsi untuk mengaliri daerah persawahan, kolam ikan, dan kebun kelapa sawit, namun berdasarkan fungsi utama dari pembuatan jaringan irigasi ini adalah mengaliri daerah persawahan yang ada di Kecamatan Kampar Kiri. Kebutuhan air untuk daerah pertanian ini berasal dari Bendung Sei Paku yang terletak di desa Sei Paku. Air dari bendung dialirkan dengan menggunakan suatu jaringan irigasi. Kehilangan air yang terjadi pada saluran primer disebabkan oleh eksploitasi, evaporasi, dan kebocoran. Namun kehilangan air yang dominan disebabkan oleh eksploitasi seperti eksploitasi kolam ikan dan kolam rekreasi. Hal ini berdampak pada penurunan efisiensi pada saluran primer. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efisiensi saluran primer pada jaringan irigasi Sei Paku. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai pedoman manajemen daerah irigasi, acuan pelaksanaan pengendalian air tanaman, berdasarkan nilai efisiensi lapangan yang ada saat ini masyarakat dan pengelolah air irigasi dapat mengoptimalkan kebutuhan air yang ada, dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. II. TINJAUAN PUSTAKA Kehilangan Air Kehilangan air disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi, dan perembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan eksploitasi (KP 01 2010). Kehilangan air erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan air irigasi, jika angka kehilangan air besar maka efisiensinya rendah dan sebaliknya jika nilai efisiensi tinggi maka kehilangan air pun kecil. Untuk mendapat nilai efisiensi yang tinggi maka perlu adanya pemeliharaan saluran dan sarana irigasi yang ada. a. Evaporasi Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1

Menurut Asdak (1995) evaporasi permukaan air terbuka adalah penguapan permukaan air bebas tumbuhan. Pada permukaan air yang tenang dan tidak bergelombang, laju penguapan akan tergantung pada suhu dan tekanan uapa air pada permukaan air, dan laju evaporasi sebanding dengan perbedaan tekanan uap air antara permukaan air diatasnya. Faktor utama yang mempengaruhi evaporasi adalah kecepatan angin di atas permukaan air, tekanan uap air pada permukaan, dan tekanan uap air pada permukaan air. b. Perkolasi Perkolasi ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah antara lain permeabilitas dan tekstur tanah. Pada tanah bertekstur liat laju perkolasi mencapai 13 mm/hari, pada tanah bertekstur pasir mencapai 26,9 mm/hari, pada tanah bertekstur lempung berpasir laju perkolasi mencapai 3-6 mm/hari, pada tanah bertekstur lempung laju perkolasi mencapai 2-3 mm/hari, dan pada tanah lempung berliat mencapai 1-2 mm/hari. c. Kebocoran Kebocoran air dari saluran irigasi merupakan persoalan yang serius. Bukan hanya kehilangan air, melainkan juga persoalan drainase sering kali membebani daerah sekitarnya atau daerah yang lebih rendah. Tinggi Energi Menurut hukum kekekalan energi, tinggi energi pada penampang hulu (penampang 1) sama dengan tinggi energi pada penampang hilir (penampang 2) ditambah kehilangan energi yang terjadi disepanjang aliran (Bambang Triatmodjo,1993). z 1 + d 1 cosθ + V 1 2 2g = z 2 + d 2 cosθ + V 2 2 2g + hf Keterangan : (1) z d v g hf : elevasi saluran (m) : kedalaman aliran (m) : kecepatan aliran (m²/dtk) : gravitasi (m/dtk²) : Kehilangan energi (m) Tinggi energi total pada setiap tampang disaluran terbuka adalah H = z + y + V2 (2) 2g Keterangan : H : tinggi energi (m) z : elevasi saluran (m) y : kedalaman aliran (m) v : kecepatan aliran (m²/dtk) g : gravitasi (m/dtk²) Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi secara umum mempunyai pengertian sebagai perbandingan antara jumlah air yang masuk ke dalam lahan pertanian dengan jumlah yang keluar dari pintu pengambilan yang dinyatakan dengan persen. Efisiensi irigasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi Type Saluran Efisiensi (%) Saluran tersier 80 Saluran sekunder 90 Saluran primer 90 Keseluruhan 65 Sumber : Direktorat Jendral Pengairan (penunjang untuk perencanaan irigasi,2010:10) Efisiensi = Debit hilir (mᶟ dt ) Debit hulu ( mᶟ dt ) x100% (3) III. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan pada Saluran Primer Daerah Irigasi Sei. Paku, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar dengan posisi koordinat bendung 00 o 03 32,6 LU dan 101 o 10 30,1 BT. Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian. Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2

dilakukan pada setiap dimensi saluran yang mengalami perubahan bentuk dan ukuran. c. Dimensi Saluran Pengukuran dimensi saluran setiap perubahan penampang menggunakan alat meteran dan rambu ukur. Dimensi saluran yang diukur meliputi dimensi saluran berbentuk trapesium dan persegi. Bagan Alir Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Lokasi Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Menurut cara memperolehnya, data dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. TOPOGRAFI INVENTARISASI KEHILANGAN AIR MULAI STUDI LITERATUR PENGAMBILAN DATA KECEPATAN DIMENSI SALURAN DATA HIDROLOGI dan KLIMATOLOGI a. Topografi Saluran Topografi saluran menunjukkan bentuk, panjang, dan elevasi saluran primer mulai dari pintu pengambilan (Intake) sampai bangunan bagi. Pengambilan data untuk pembuatan peta topografi dengan menggunakan alat Total Station. Peta topografi saluran dimulai dari bagian hulu yaitu pada titik T1 menuju hilir saluran yaitu titik T163. Saluran primer mempunyai beberapa segmen saluran yang disebabkan oleh perubahan penampang dari setiap titik pengukuran seperti segmen T1- T7, dan seterusnya sampai segmen. Setiap segmen saluran mempunyai bentuk dan dimensi yang berbeda-beda. b. Kecepatan Saluran Kecepatan saluran diukur dengan menggunakan metode tiga titik. Pengukuran kecepatan aliran pada setiap perubahan penampang saluran menggunakan alat flowatch. Pengukuran PETA TOPOGRAFI PANJANG SALURAN KEHILANGAN ENERGI ELEVASI MUKA AIR JUMLAH OUTLET DEBIT PIPA KEHILANGAN AIR DEBIT EFISIENSI SALURAN PEMBAHASAN KESIMPULAN SELESAI TEMPERATUR LUAS PENAMPANG BASAH Gambar 2. Bagan Alir Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN KELEMBABAN LUAS PERMUKAAN AIR PENYINARAN MATAHARI Kehilangan Air Kehilangan air disebabkan oleh evaporasi, kebocoran, dan eksploitasi yang terjadi pada saluran primer. a. Kehilangan Air Akibat Evaporasi EVAPORASI KECEPATAN ANGIN Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3

T1-T7 Qb (m3/dtk) 0,008 0,043 0,013 0,013 0,002 0,006 0,058 0,041 0,096 T1-T7 T31-T35 T35-T45 T91-T93 T93-T101 T101-T103 T103-T105 T109-T129 Et x 10 ⁴ (m3/dtk) 0,018 0,010 0,014 0,009 0,015 0,021 0,001 0,005 0,001 0,002 0,015 0,019 0,016 Gambar 3. Kehilangan Air Akibat Evaporasi Periode 1 Gambar 4. Kehilangan Air Akibat Kebocoran dan Eksploitasi Periode 1 Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai evaporasi maksimum terjadi pada segmen saluran T61 T91 yaitu Et = 0031 m 3 /dtk. Pada segmen ini, dimensi saluran berbentuk trapesium dan merupakan saluran yang terpanjang. Nilai Et ini menunjukan bahwa kehilangan air terbesar yang disebabkan oleh penguapan air yang terjadi pada permukaan saluran. Sedangkan evaporasi minimum terjadi pada segmen saluran T101 T103 yaitu Et = 0001 m 3 /dtk. Pada segmen ini, dimensi saluran berbentuk persegi dan merupakan saluranterpendek. Perbedaan evaporasi disetiap segmen saluran ini dipengaruhi oleh panjang dan lebar permukaan air. Hal ini terjadi dikarenakan perbedaan luas permukaan air. Segmen yang memiliki ukuran permukaan lebih besar menyebabkan terjadinya penguapan yang lebih besar, sedangkansegmen yang memiliki ukuran permukaan lebih kecil menyebabkan terjadinya penguapan yang lebih kecil. Sedangkan berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa kehilangan air terbesar terjadi pada segmen saluran T45 T61 yaitu Qb = 0,096 m 3 /dtk. Kehilangan air pada segmen ini merupakan kehilangan air yang terbesar dikarenakan banyaknya pengambilan air dengan menggunakan pipa yang digunakan untuk pengairan kolam ikan dan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Akibatnya debit air yang direncanakan untuk pengairan sawah pada bagian hilir saluran tidak tercukupi. Untuk kehilangan air terkecil terjadi pada segmen saluran T91 T101 yaitu Qb = m 3 /dtk. Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4

T1-T7 Q (m3/dtk) Et x 10 ⁴ (m3/dtk) 0,018 0,008 0,010 0,014 0,007 0,043 0,025 0,021 0,013 0,003 0,013 0,015 0,002 0,019 0,006 0,016 0,041 0,058 0,096 T1-T7 0,0080010 0007 0,0430018 0025 0,0130003 0,0130015 0,0020019 0,0060016 Qt (m3/dtk) 0,0580014 0,0410031 0,0960021 Total Kehilangan Air Gambar 5. Total Kehilangan Air Periode 1 Kebocoran (Q) Evaporasi (Et) Gambar 6. Perbandingan Kehilangan Air Akibat Evaporasi dengan Kebocoran Gambar 5 dapat diketahui bahwa total kehilangan air terbesar terjadi pada segmen T45 T61 sebesar Qt = 0,0960021 m 3 /dtk. Total kehilangan air terbesar ini disebabkan oleh banyaknya pipa kolam ikan pada segmen ini ditambah dengan penguapan yang tejadi pada permukaan air. Sedangkan total kehilangan air terkecil terjadi pada segmen T91 T101 sebesar Qt = 0007 m 3 /dtk. Pada segmen ini kehilangan air hanya disebabkan oleh evaporasi permukaan air. Perbandingan Kehilangan Air Akibat Evaporasi dengan Kebocoran dan Eksploitasi Gambar 6 menunjukkan bahwa grafik kehilangan air akibat kebocoran lebih besar dibandingkan dengan kehilangan air akibat evaporasi. Hal ini menunjukkan kehilangan air akibat kebocoran lebih berpengaruh terhadap debit saluran dibandingkan dengan kehilangan air akibat evaporasi. Hubungan Debit Setiap Segmen dengan Kehilangan Air Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5

T1 T5 T7 T15 T19 T23 T31 T37 T45 T53 T61 T63 T91 T97 T101 T105 T119 T129 T147 T149 T157 T163 V (m/s) 0,211 0,189 0,244 0,222 0,222 0,344 0,422 0,456 0,400 0,344 0,344 0,311 0,556 0,533 0,644 0,767 T1 T5 T7 T15 T19 T23 T31 T37 T45 T53 T61 T63 T91 T97 T101 T105 T119 T129 T147 T149 T157 T163 0,080 0,079 0,077 0,066 0,057 0,049 0,047 0,042 0,041 Q (m3/dtk) 0,176 0,165 0,149 0,311 0,297 0,516 0,477 0,467 0,453 0,441 0,421 0,380 0,600 0,500 0,400 0,300 Gambar 8. Debit pada Segmen Periode 1 Hubungan Perubahan Kecepatan Akibat Perubahan Penampang dan Kehilangan Air 0,900 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 Gambar 9. Perubahan Kecepatan Periode 1 Gambar 8 menunjukkan bahwa kehilangan air terbesar terjadi antara perubahan penampang T45 dengan T53. Pada titik T45 memiliki dimensi berbentuk persegi mengalirkan debit sebesar Q = 0,297 m 3 /dtk, sedangkan titik T53 memiliki dimensi berbentuk trapesium mengalirkan debit sebesar Q = 0,176 m 3 /dtk. Pada segmen ini terjadi kehilangan air yang signifikan dibandingkan dengan perubahan penampang yang lain sebesar Q = 0,121 m 3 /dtk. Kehilangan air pada segmen ini terjadi untuk pengaliran kolam ikan dan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Gambar 9 dapat dilihat bahwa kecepatan maksimum pada saluran terjadi pada titik T45 yaitu V = 0,767 m/s. Peningkatan kecepatan terjadi karena adanya perbedaan nilai jari-jari hidraulis dan kemiringan garis tenaga antara T37 dengan T45. Hal ini menyebabkan perubahan tinggi energi sehingga meningkatkan kecepatan aliran. Sedangkan kecepatan minimum terjadi pada titik T91, T129, T147, T149, T157, dan T163 yaitu V = 0.1 m/s. Hubungan Tinggi Energi Akibat Perubahan Luas Penampang Perubahan tinggi energi setiap perubahan penampang dan efisiensi kumulatif setiap perubahan segmen saluran dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 6

Efisiensi Kumulatif (%) T1-T7 T1 T5 T7 T15 T19 T23 T31 T37 T45 T53 T61 T63 T91 T97 T101 T105 T119 T129 T147 T149 T157 T163 H (m) 13,274 13,582 13,392 13,050 13,042 13,253 12,906 12,458 12,136 11,969 11,712 11,695 11,625 11,519 11,286 11,179 10,817 10,882 10,572 10,370 10,661 10,099 16,000 14,000 12,000 1 8,000 6,000 4,000 2,000 Gambar 10. Tinggi Energi Saluran T1 - T37 Periode 1 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 90,52% 85,45% 73,71% 57,55% 32,07% 15,52% 14,87% 12,80% 9,50% 9,17% 6,10% Gambar 11. Efisiensi Kumulatif Periode 1 Gambar 10 dapat diketahui nilai dari tinggi energi terbesar terletak pada bagian hulu saluran yaitu pada titik T5 sebesar 13,582 m. Sedangkan nilaitinggi energi terkecil terletak pada bagian hilir saluran yaitu pada titik T163 sebesar 10,099 m. Pada grafik dapat dilihat tinggi energi aliran mengalami perubahan pada setiap titik pengukuran Hal ini dikarenakan adanya perubahan luas penampang pada masing-masing titik sehingga membuat perbedaan terhadap nilai jari-jari hidraulis pada masing-masing titik. Efisiensi Kumulatif Gambar 11 dapat diketahui bahwa efisiensi segmen saluran mengalami penurunan dari hulu saluran (T1) hingga hilir saluran (T163). Nilai efisiensi saluran primer pada periode 1 sebesar 6,10%. Nilai efisiensi ini berbeda jauh dari Standar Perencanaan Irigasi sebesar 90% untuk saluran primer. Pada segmen T1-T7 mempunyai nilai efisiensi saluran sebesar 90,52%. Ini menunjukan bahwa pada segmen ini telah terjadi kehilangan air sebesar 9,48%. Hal ini disebabkan oleh besarnya kehilangan air yang terjadi pada setiap Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 7

T1-T7 Efisiensi Kumulatif (%) segmen saluran yang diakibatkan oleh pengambilan air dengan pipa yang dimanfaatkan untuk kolam ikan dan kolam rekreasi. Akibat dari kehilangan air yang besar, maka dari hulu saluran efisiensi saluran semakin kecil hingga sampai ke hilir saluran. Rekomendasi dari Hasil Analisis Untuk meningkatkan nilai efisiensi dan mengembalikan fungsi awal dari saluran maka diperlukan beberapa tindakan sebagai berikut : a. Melakukan pengecekan fisik terhadap saluran yang mengalami kerusakan dan kebocoran. 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 90,52% 85,45% 73,71% 57,55% 32,07% b. Peninjauan kembali terhadap fungsi utama saluran yang paling ekonomis antara kolam ikan dengan pertanian. c. Stop alih fungsi lahan bagian hulu dan hilir d. Melakukan penjadwalan pengambilan air melalui pipa-pipa untuk kolam ikan dan kolam rekreasi. Sebagai contoh dilakukan penjadwalan penutupan pipa untuk kolam ikan dan kolam rekreasi dalam 1x24 jam. Debit air yang sebelumnya masuk ke kolam akan mengalir ke hilir saluran sehingga dapat meningkatkan efisiensi saluran. Perbedaan efisiensi saluran sebelum dan sesudah penutupan pipa dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. 15,52% 14,87% 12,80% 9,50% 9,17% 6,10% Gambar 12. Efisiensi Saluran Sebelum Penutupan Pipa Kesimpulan Gambar 13. Efisiensi Saluran Setelah Penutupan Pipa Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 8

Berdasarkan Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air Pada Saluran Primer Di Daerah Irigasi Sei. Paku diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Kehilangan air terbesar terjadi pada segmen T45 T61 sebesar Qt = 0,0960021 m 3 /dtk, sedangkan kehilangan air terkecil terjadi pada segmen T91 T101 sebesar Qt = 0007 m 3 /dtk. Kehilangan air terbesar terjadi akibat pengambilan air dengan pipa yang dimanfaatkan untuk pengairan kolam ikan dan kebutuhan masyarakat sehari-hari, sementara kehilangan air akibat evaporasi tidak terlalu berpengaruh. b. Nilai debit sisa yang sampai ke hilir saluran merupakan efisiensi kumulatif saluran dari 5 periode pengukuran adalah periode 1 sebesar 6,10%, periode 2 sebesar 5,40%, periode 3 sebesar 23,76%, periode 4 sebesar 2,38%, dan periode 5 sebesar 0%. Nilai efisiensi kumulatif saluran terbesar dari hulu ke hilir terjadi pada periode 3 pengukuran sebesar 23,76%. sedangkan yang terkecil terjadi pada periode 5 pengukuran sebesar 0%. Nilai efisiensi saluran yang kecil menyebabkan lahan pertanian di daerah hilir saluran tidak mendapatkan air yang optimal. c. Efisiensi saluran primer yang ada di lapangan saat ini sebesar 9,41 %. d. Direkomendasikan untuk melakukan pengecekan fisik terhadap saluran yang mengalami kerusakan dan kebocoran serta melakukan penjadwalan pengambilan air melalui pipa-pipa untuk kolam ikan dan kolam rekreasi. Saran Pada penelitian ini beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : a. Perlu dilakukan analisa perbandingan kebutuhan air untuk irigasi pertanian dengan kebutuhan air untuk kolam ikan dan kolam rekreasi b. Untuk penelitian selanjutnya dapat dianalisa efisiensi saluran sekunder dan tersier sehingga dapat mengatur debit air yang akan dimasukkan pada pintu air yang ada dibendung waduk. Daftar Pustaka Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Standar Perencanaan Irigasi KP-01. Direktorat Jenderal Pengairan : Departemen Pekerjaan Umum. Triatmodjo, Bambang. 1993.Hidraulika II. Yogyakarta : Beta Offset. www.googleearth.com, diakses pada tanggal 1 September 2016 Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 9