Saenab Program Studi Kekhususan Pendidikan Bahasa Indonesia UniversitasNegeri Makassar Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS PADA PENULISAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

KESALAHAN EJAAN PADA TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMK PN 2 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

INTERFERENSI BAHASA BATAK MANDAILING PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI KELAS DI KELAS VII MADRASYAH TSANAWIYAH SWASTA

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PENULISAN KARYA ILMIAH

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. (Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Arifin Banasuru, 1996: 14).

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

Dwi Agus Setiawan 3. Kata kunci: kesalahan sintaksis, karangan bahasa Indonesia, bahasa ibu bahasa Madura

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA NON BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ROSI SUSANTI NIM

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

INTERFERENSI BAHASA MELAYU JAMBI KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIIIA DI SMP N 20 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017. Rohyati Kartikaputri

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB V PENUTUP. burung lawet ini adalah elips (pelesapan S,P,O,K) hal ini dilakukan untuk

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS SK DAN KD PADA STANDAR ISI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA BERDASARKAN KETERAMPILAN BERBAHASA, ILMU KEBAHASAAN, DAN ILMU KESASTRAAN

Transkripsi:

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA BUGIS TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 2 UNGGULAN MAROS Saenab Program Studi Kekhususan Pendidikan Bahasa Indonesia UniversitasNegeri Makassar Email: saenabsaddike@gmail.com Abstrak Masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat dwibahasawan. Di samping bahasa Indonesia juga masih menguasai bahasa daerah masing-masing, sehingga ketika menggunakan suatu bahasa akan dipengaruhi oleh bahasa yang lain. Situasi penggunaan dua bahasa yang saling bergantian memungkinkan terjadinya kontak bahasa, akibatnya akan terjadinya interferensi. Interferensi terjadi pada semua aspek kebahasaan yang meliputi aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis. Penilitian ini bertujuan mendeksripsikan bentukbentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis, serta mendeksripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya inteferensi sintaksis bahasa Bugis. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII. Data yang diambil adalah tuturan siswa dengan siswa dan siswa dengan guru dalam interaksi belajar mengajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengamatan dan wawancara.tahapan teknis analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis (1) masuknya unsur bahasa Bugis dalam frase (2) pola struktur klausa (kalimat) pernyataan positif dan kalimat pernyataan negatif. Sedangkan faktor- faktor penyebabterjadinya interferensi bahasa Bugis adalah (1)kedwibahasawanan,(2)kurangnya kosakata bahasa Indonesia(3) kurangnya pengetahuan terhadap struktur bahasa Indonesia serta (4) adanya kebiasaan penggunaan bahasa yang sopan. Kata kunci: Dwibahasawan, Interferensi, SintaksisBahasaBugis. PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia pada umumnya menguasai lebih dari satu bahasa (dwibahasawan/multilingual). Di samping menguasai bahasa daerah juga menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi negara. Hal ini juga terjadi di Sulawesi Selatan. Di samping bahasa Indonesia, mereka juga memiliki bahasa daerah masing-masing (Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar) yang senantiasa dijaga dan dipelihara kelestariannya. Bahasa Indonesia memiliki dua fungsi, yaitu sebagai bahasa nasional

dan sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, salah satu fungsinya adalah sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Sedangkan sebagai bahasa negara, salah satu fungsinya adalah sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, diterbitkan tahun 2009 di Jakarta. Pada pasal 29 ayat (1) dinyatakan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional, (As ad Sungguh, 2016: 3012). Oleh karena itu, pemakaian bahasa Indonesia sebagai pengantar di lembaga pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Selanjutnya, di dalam Kurikulum 2013 dan Silabus Pembelajaran Bahasa Indonesia, bahwa kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari bahasa Indonesia pada pendidikan dasar dan menengah adalah Siswa mampu menjadi insan yang memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tentunya bukan hanya siswa lulus dalam ujian melainkan yang terpenting adalah mereka harus mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi kenyataan yang ada, penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa belum memadai. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat belum dapat membedakan penggunaan bahasa yang sesungguhnya, dimana seharusnya menggunakan bahasa Indonesia resmi dan nonresmi juga bahasa daerah,sehingga penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah cenderung digunakan secara bersamaan, baik secara lisan maupun secara tertulis. Situasi penguasaan dua bahasa atau lebih, memungkinkan terjadinya kontak bahasa yang saling mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang disisipi oleh kosakata bahasa daerah atau penggunaan struktur bahasa daerah yang mencakup semua aspek kebahasaan, sehingga akan terjadi kesalahan dalam menggunakan bahasa yang selanjutnya disebut interferensi. Kesalahan penggunaan bahasa yang terjadi di lingkungan SMPN 2 Unggulan Maros, diidentifikasi pada semua aspek kebahasaan, yang meliputi aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis. Namun yang paling mendesak untuk diteliti adalah aspek sintaksis. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, banyak ditemukan tuturan siswa, baik secara lisan maupun secara tertulis yang menunjukkan ketidaksesuaian struktur bahasa Indonesia. Siswa sering memasukkan unsur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia serta membolak-balikkan struktur frasa, klausa, maupun kalimat.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi sintaksis bahasa Bugis di antaranya adalah: (1) bilingualisme (kedwibahasaan); (2) tidak memadainya kosakata bahasa Indonesia yang dimiliki oleh penutur bilingual; (3) pembiasaan penggunaan bahasa yang sopan.kesalahan penggunaan bahasa bukan hanya terjadi di lingkungan keluarga, dan masyarakat, namun juga akan terbawa-bawa ke sekolah sampai dalam interaksi belajar mengajar di dalam kelas. Beberapa alasan yang mendorong penulis untuk meneliti interferensi sintaksis bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar di kelas siswa SMPN 2 Unggulan Maros.Pertama, penggunaan bahasa Indonesia yang dipengaruhi bahasa Bugis, khususnya dalam pembentukan frasa, klausa, dan kalimat pada siswa SMPN 2 Unggulan Maros bukan hanya berlangsung di luar kelas, tetapi juga di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.kedua,terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya interferensi yang harus segera ditemukan solusinya melalui penelitian ini. Bertitik tolak pada fenomena tersebut, maka penulis akan membahas Interferensi Sintaksis Bahasa Bugis terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros. Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan bentuk-bentuk inteferensi sintaksis bahasa Bugis dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros dan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis bahasa Bugis dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros. TINJAUAN PUSTAKA A. Interferensi Interferensi menurut Weinreich (1953) dalam Chaer & Agustina (2010: 120) Perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Menurut Chaer & Agustina (2010: 120) mengatakan bahwa interferensi terjadi sebagai akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur. Penyebab terjadinya interferensi ini terpulang pada kemampuan si penutur dalam menggunakan dua bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain. Biasanya interferensi ini terjadi dalam menggunakan bahasa kedua (B2), dan yang berinterferensi ke dalam bahasa kedua itu adalah bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu, namun kemampuan setiap penutur terhadap B1 dan B2 sangat bervariasi. Ada penutur yang menguasai B1 dan B2 sama baiknya, tetapi ada pula yang tidak; malah ada yang kemampuannya terhadap B2 sangat minim. Penutur bilingual

yang mempunyai kemampuan terhadap B1 dan B2 sama baiknya tentu tidak mempunyai kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu kapan saja diperlukan, karena tindak laku kedua bahasa itu terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Inteferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan. Ini berarti bahwa interferensi dapat terjadi dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentuk (morfologi), tata kalimat (sintaksis), tata makna (semantik), dan tata bahasa, (Soewito, 1983). B. Sintaksis 1. Pengertian Sintaksis Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam suatu kalimat (Verhaar, 2004: 11).Selanjutnya, Tarigan (1996: 4) menyatakan sintaksis dapat pula diartikan sebagai bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa jangkauan tentang sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat. a. Frasa Chaer (2012: 222) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. b. Klausa Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib ( Chaer, 2012: 231). c. Kalimat Alwi, et al (2014: 317) Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). B. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya interferensi Menurut Weinreich (Abdul Chaer & Leoni Agustina, 1970:64-65) ada beberapa faktor sehingga terjadi interferensi, antara lain: kedwibahasaan peserta tutur, tipisnya pemakaian bahasa penerima,tidak cukupnya kosa kata bahasa penerima, menghilangnya kata-

kata yang jarang digunakan, kebutuhan akan sinonim, prestise bahasa sumber dan gaya bahasa, serta terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu Selanjutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa terjadinya interferensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor kebahasaan dan faktor eksternal adalah faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang dimaksud adalah meliputi komponen-komponen bahasa yaitu fonologi, morfologi dan sintaksis. Faktor pertama yang menyebabkan terjadinya interferensi pada bahasa kedua adalah: 1) pemahaman terhadap struktur atau tata bahasa. Struktur bahasa meliputi frasa, klausa, kalimat hingga menjadi sebuah wacana yang baik dan benar dalam tata bahasa tersebut, 2) penyusunan kosakata, 3) pemahaman tentang bahasa kedua. Sedangkan faktor nonkebahasaan, yaitu faktor di luar bahasa, yaitu 1) siswa, yang meliputi latar belakang keluarga, pendidikan/asal sekolah siswa sebelumnya, 2) sikap bahasa. Masih banyaknya siswa yang menganggap pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu penting (Sitompul: 2015). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri yang akan bertindak sebagai human instrumen.peneliti akan mengumpulkan data berupa tuturan siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros sebagai sumber data untuk mengkaji bentuk-bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar siswa di kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa pengamatan dan wawancara terstruktur serta perekaman sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data.analisis data dalam penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Dengan menggunakan triangulasi sebagai pengujian keabsahan data dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan atau validitas data, sehingga tingkat kepercayaan temuan dapat dicapai. Dalam hal ini, peneliti mencermati kembali prosedur penelitian yang digunakan, membandingkan dengan metode penelitian sejenis yang sudah ada, dan mendiskusikannya dengan pihak-pihak yang berkompeten sesuai dengan bidang ilmu yang dikaji dalam penelitian ini. Dengan melakukan trianggulasi terhadap metode tersebut, diharapkan penafsiran yang menyimpang atau salah tafsir tidak terjadi, sehingga melahirkan suatu temuan atau kesimpulan penelitian yang valid dan bisa dipertanggunjawabkan.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penyajian hasil penelitian diperoleh berdasarkan dua pokok pemasalahan penelitian, yaitu 1) bentuk-bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros 2) Faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis diperoleh data tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros sebagai berikut: 1. Guru: Siapa yang tidak hadir hari ini? Siswa : Umar, Bu. Sakitki. Guru : Mana surat sakitnya? Siswa : Ada di Amir, Bu. Data 1 merupakan bentuk interferensi pada frasa. Data tersebut menggambarkan penggunaan kalimat siswa yang mengalami interferensi. Interferensi terjadi karena penggunaan kata bahasa Bugis. Dalam BB preposisi ri dapat yang diterjemahkan dalam BI sebagai di, namun penggunaan di pada klausa di Amir tidaklah tepat.menurut Keraf (1984) dalam Lanin (2016) Kata depan di, ke dan dari digunakan hanya untuk kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada. Kalimat di atas seharusnya Ada pada Amir, Bu. 2. Guru : Apa yang kamu lakukan Faiz? Faiz : Menuliska, Bu. Pada data 2 Menuliska merupakan kalimat bahasa Indonesia pernyataan positif yang terinterferensi struktur kalimat bahasa Indonesia. Menulis berfungsi sebagai Predikat dan ka (saya) berfungsi sebagai Subjek, sehingga pola kalimat Menulis / ka P + S. Sedangkan pola bahasa Indonesia yang benar adalah S + P. Jadi kalimat yang sesuai dengan kaidah struktur bahasa Indonesia adalah Saya menulis. 3. Guru : Fatimah ke mana? Ketua kelas, apakah kamu tahu mengapa Fatimah tidak hadir hari ini? Siswa : Ndak kutau, Bu. Tidak ada juga suratnya.

Pada data 3 Ndak tau = Ndak (tidak) ku tau (tahu) merupakan kalimat pernyataan negatif bahasa Indonesia yang terinterferensi struktur kalimat bahasa Bugis. Kata ndak (tidak) merupakan pernyataan negatif, sedangkan ku (saya) berfungsi sebagai Subjek. Ini berarti kalimat Ndak kuta, Bu. merupakan kalimat pernyataan negatif dengan pola Tidak + S + P. Sedangkan kalimat pernyataan negatif yang tepat dengan pola S + tidak + P + (O) + (KT). Jadi kalimat yang sesuai dengan pola struktur bahasa Indonesia yang benar adalah Saya tidak tahu,bu. 4. Guru : Dari mana kamu tahu tentang unsur-unsur teks eksposisi? Siswa : DarikitaBu. Minggu lalu kita sudah jelaskan. Pada data 4. Dari kita, Bu. Kalimat tersebut mengalami interferensi frasa. Kitadiambil dari terjemahan bahasa Bugis idi. Namun idi dalam bahasa Bugis memilki dua arti, yaitu idisebagai jamak dan idisebagai kata ganti orang pertama (penghormatan). Sehingga idi sering dikacaukan pengertiannya. Faktor-faktor Penyebab terjadinya interferensi Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa dan guru, didentifikasi bahwa faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis bahasa Bugis terhadap penggunaan bahasa Indonesia adalah; 1. Kedwibahasaan. 2. Kurangnya kosakata bahasa Indonesia. 3. Kurangnya pengetahuan terhadap struktur bahasa Indonesia. 4. Adanya kebiasaan penggunaan bahasa yang sopan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk interferensi sintaksis bahasa Bugis dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas VIII SMPN 2 Unggulan Maros terdiri atas (1) masuknya unsur bahasa Bugis dalam frase (2) pola struktur klausa (kalimat) pernyataan positif dan kalimat pernyataan negatif. Faktor penyebab terjadinya interferensi sintaksis bahasa Bugis adalah : (1) kurangnya kosakata bahasa Indonesia; (2) kurangnya pengetahuan terhadap struktur bahasa Indonesia; dan (3) adanya kebiasaan penggunaan bahasa yang sopan. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A.Chaedar.1990.Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Alwi, Hasan.,Dardjowidjojo, Soenjono.,Lapoliwa, Hans., Moeliono, Santon M.. 2014. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, Abdul, & Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta. Junus, Andi Muhammad & Junus, Andi Fatimah. 2007. Sintaksis Bahasa Bugis.Makassar: Badan Penerbit UNM. ------------.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Makassar: Badan Penerbit UNM. Hamsah, Akmal. 2013. Interferensi Morfosintaksis Bahasa Bugis pada Karangana Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Dasar (SD). Jurnal UTM, (Online), (http: eprints.unm.ac.id., Diakses 4 Januari 2018). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasa Tsanawiah (SMP/MTs) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lanin, Ivan. 2016. Perbedaan Pemakaian Kata Depan di dan pada. Beritagar id,(online),( http:// www.google.co.id), Diakses 18 Maret 2018). Moleong. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya Sitompul. Siti Jahria. 2015. Interferensi Bahasa Batak Mandailing Pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Kelas di Kelas VII Madrasyah Tsanawiah Swasta. Jurnal Edukasi Kultural, (Online).Vol.2,No.2. (http: jurnal umined. ac.id. Diakses 10 November 2017). Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidkan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Soewito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik. Surakarta. Hynary Offset. Tarigan, Henry Guntur & Tarigan, Djago. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Verhaar.1988.Pengantar Linguistik.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.