BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana adalah satuan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antarbagian (kohesi) serta keterpaduan (koheren) sehingga membentuk sebuah kesatuan makna yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Secara lisan, wacana merupakan proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tertulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide atau gagasan penyapa dalam hal ini adalah penulis itu sendiri. Menurut Darma (2009: 1) Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat kalimat. Yang membentuk paragraf itu harus merangkai kalimat satu dengan kalimat berikutnya dan harus berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk satu gagasan selanjutnya, paragraf paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema utuh. Halliday dan Hasan (1992: 14) menyatakan bahwa Teks itu pada dasarnya adalah satuan makna. Ia bukan sesuatu yang dapat diberi batasan seperti sejenis kalimat, melainkan lebih besar. Jadi, teks adalah satuan bahasa yang berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan yang dihasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia. Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seseorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut 1
2 diperbincangkan. Pidato merupakan suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan dengan orang banyak. Contoh pidato seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Teks pidato merupakan salah satu bentuk wacana, sebab teks pidato termasuk media untuk menyampaikan informasi. Teks pidato termasuk ke dalam jenis wacana monolog. Menurut Darma (2009: 32) Wacana monolog adalah wacana yang tidak melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan dua pihak yang berkepentingan, yang termasuk ke dalam wacana monolog adalah semua bentuk teks, surat, bacaan, dan sebagainya. Penulisan wacana teks pidato harus disajikan secara efektif agar maksud dan tujuan isi teks pidato dapat tersampaikan dengan jelas. Wacana yang efektif merupakan wacana yang mengandung pengertian mudah untuk dipahami maknanya. Salah satu faktor pendukung untuk membentuk wacana yang efektif adalah penggunaan sarana kohesi. Menurut Tarigan (1987: 96) menyatakan bahwa Kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghsilkan tuturan. Konsep kohesi mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Suatu teks atau wacana dapat dikatakan kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa terhadap konteks (Tarigan, 2009: 93). Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan
3 bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata. Untuk menciptakan keserasian hubungan antar unsur dalam wacana, maka hal yang perlu diperhatikan adalah kekohesifannya. Kohesi adalah salah satu unsur pendukung untuk membentuk wacana yang baik. Sebuah wacana mengandung ide yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca. Dalam menyampaikan idenya, penulis menggunakan wacana yang utuh dan koheren, sehingga penyampaian ide tampak tertata, menyatu dan mudah diserap oleh pembaca. Sesuai dengan pendapat Moeliono (1993: 26) Kohesi adalah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Maka dari itu penulis lebih menitikberatkan penelitian ini pada penggunaan sarana kohesinya. Wacana teks pidato memiliki kekohesifan dan kekoherensian sehingga dapat mempermudah pembaca memahami isi pesan yang disampaikan. Dari hasil pengamatan penulis, diketahui wacana dalam teks pidato terdapat berbagai macam sarana kohesi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, dan kalimat. Namun, selama ini belum diketahui secara jelas tentang sarana kohesi apa saja yang terdapat dalam wacana teks pidato. Penelitian mengenai kekohesifan wacana juga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Epa Yanti (2010), dengan skripsi berjudul Kekohesifan Wacana Opini Terbitan Harian Jambi Ekspres Edisi Mei Tahun 2014. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa wacana opini terbitan Jambi Ekspres edisi Mei tahun 2014 menggunakan 8 jenis sarana kohesi. Selain itu, Mainingsih (2011)
4 juga pernah melakukan penelitian tentang Kekohesifan Wacana Surat Dinas yang Dikeluarkan Oleh Kantor Camat VII Koto Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan sarana kohesi wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada paripurna 6 Januari 2016. Alasan penulis memilih tempat di kantor pemerintahan daerah Provinsi Jambi karena penulis ingin memberikan masukan dan kontribusi terhadap kantor pemerintahan daerah Provinsi Jambi. Penulis memilih teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada paripurna 6 Januari 2016 sebagai objek penelitian karena salain teks pidato pemerintah daerah sebagai salah satu bentuk wacana, teks pidato pemerintah daerah merupakan sarana untuk memberikan informasi (instruktif) menyangkut tentang kepentingan tugas dan kegiatan-kegiatan di pemerintahan daerah tersebut. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka penulis tertarik untuk mengetahui penggunaan sarana kohesi dan kekohesifan yang terdapat dalam wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi. Dan mengambil judul Analisis Penggunaan Sarana Kohesi Wacana Teks Pidato Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Pada Paripurna 6 Januari 2016. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak meluas maka penelitian ini dibatasi pada pembahasan penggunaan sarana kohesi yang terdapat dalam wacana teks pidato. Wacana teks pidato yang diteliti adalah teks pidato pada peringatan hari ulang tahun ke-59 Provinsi Jambi yang disampaikan dalam Sidang Paripurna DPRD Provinsi Jambi 6 Januari 2016.
5 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Sarana kohesi apa saja yang terdapat dalam wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada Paripurna 6 Januari 2016? 2) Bagaimana penggunaan sarana kohesi dalam wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada Paripurna 6 Januari 2016? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan sarana kohesi wacana yang terdapat dalam wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada Paripurna 6 Januari 2016. 2) Mendeskripsikan penggunaan sarana kohesi dalam wacana teks pidato pemerintah daerah Provinsi Jambi pada Paripurna 6 Januari 2016. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dibagi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori tentang wacana, khususnya tentang penggunaan sarana kohesi dalam wacana teks pidato.
6 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1) Memberikan informasi kepada pembaca mengenai sarana kohesi dalam teks pidato. 2) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang tertarik pada penelitian mengenai penggunaan sarana kohesi pada wacana.