BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keagenan antara principal dengan agent. Menurut Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maretha dan

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan antara manajer atau agen dan pemilik atau prinsipal (agency theory), UKDW

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan adalah teori yang menggambarkan hubungan antara pihak agen dan pihak prinsipal dengan membuat kontrak yang menyatakan bahwa prinsipal akan menggunakan jasa agen untuk menjalankan perusahan dengan memisahkan kepemilikan dan kontrol perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah keagenan akan muncul jika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dijalankan secara terpisah (Nasution dan Setiawan, 2007). Manajer diberikan kewenangan untuk mengurus jalannya perusahaan dengan nama pemilik. Dengan kewenangan yang diberikan, manajer yang memiliki kepentingannya sendiri akan cenderung mengabaikan kepentingan pemilik. Dan hal ini akan menjadi masalah karena keinginan, motivasi, dan kepentingan yang tidak sama antara manajemen dan pemilik. Prinsipal yang menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya atas investasi yang telah dilakukan. Hal ini tercermin dari kenaikan deviden dari tiap saham yang dimiliki. Sementara agen menginginkan pemberian kompensasi yang sebesar-besarnya atas kinerja yang telah diberikan. Prinsipal menilai kinerja agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba yang kemudian dibagikan sesuai porsi sahamnya dalam bentuk deviden. Maka semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka makin besar deviden yang diterima, 11

maka agen dianggap berhasil dan layak mendapat insentif yang tinggi (Elqorni,2009). Sama halnya dengan agen harus memenuhi tuntutan dari prinsipal untuk mendapatkan kompensasi yang tinggi. Dengan tingkat pengawasan yang rendah di dalam perusahaan para agen dapat melakukan kecurangan-kecurangan prinsip akuntansi. Menurut Eisenhardt, manusia memiliki asumsi sifat dasar yaitu cenderung menguntungkan dirinya sendiri, memiliki daya pikir yang tidak terbatas tentang persepsi masa depan, serta selalu menghindari risiko (Ujiantho dan Pramuka,2007). Bila ditarik kemungkinan dari asumsi sifat dasar manusia itu maka manusia akan bertindak secara opportunistic. Jensen dan Meckling (1976) mengelompokkan menjadi tiga masalah keagenan (agency cost) yaitu : 1. The mornitoring expenditures by principal yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal. 2. The bonding expenditures by agent yaitu biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal kepada agen untuk pengawasan. 3. The residual loss yaitu kerugian akibat kurangnya kemakmuran prinsipal karena perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen. Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya perbedaan informasi antara agen dengan prinsipal. Perbedaan informasi atau asimetri informasi ini merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki kemampuan mengetahui informasi 12

tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang sementara pemegang saham tidak mengetahui informasi internal tersebut. Asimetri informasi yang terjadi antara agen dengan prinsipal ini akan memicu agen untuk melakukan dysfunctional behavior. Asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham akan memberikan kesempatan bagi manajer untuk mendahulukan kepentingannya sendiri. 2.2 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah penentuan pengukuran yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Ukuran penilaian kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan adalah laporan keuangannya. Informasi yang dapat digunakan dapat diambil dari laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sementara Sucipto (2003) menjelaskan bahwa penilaian kinerja perusahaan dilakukan untuk mencegah perilaku menyimpang dan merangsang dan menegakkan perilaku yang seharusnya dilakukan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan. Ada beberapa manfaat dari penilaian kinerja menurut Mulyadi (2003) yaitu : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 13

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan yang mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang adalah laporan arus kas. Laporan arus kas menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Cash Flow Return On Assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja keuangan yang menunjukkan kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba operasi. CFROA adalah hasil dari kegiatan strategi perusahaan dan pengaruh dari lingkungan. CFROA mengutamakan pengukuran kinerja perusahaan saat ini tanpa terikat harga saham. CFROA dapat dihitung dari laba sebelum pajak ditambah dengan depresiasi dibagi dengan total aktiva. Hasil perhitungan dari CFROA ini merupakan fungsi yang dapat menjadi indikator mekanisme corporate governance. CFROA akan menunjukkan keadaan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Corporate governance dapat mengurangi 14

kesempatan manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba (Cornett et al.,2006). 2.3 Corporate Governance Pemisahan tugas-tugas dan kewajiban yang dilakukan pihak prinsipal dan agen dalam teori keagenan akan memicu timbulnya konflik yang akan merugikan prinsipal. Dalam kondisi ini, diperlukan sebuah mekanisme yang berfungsi untuk menyejajarkan perbedaan kepentingan antara para agen dan prinsipal. Perspektif tentang hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Konsep corporate governance sendiri adalah konsep yang memperhatikan dan mengatur segala kepentingan antara pihak prinsipal dan agen dalam sebuah perusahaan. Konsep good corporate governance pertama kali dikemukakan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report bahwa : Corporate governance is the system by which companies are directed and controlled. Boards of directors are responsible for the governance of their companies. The shareholders role in governance is to appoint the directors and the auditors and to satisfy themselves that an appropriate governance structure in place. Menurut Forum For Corporate Governance, corporate governance juga didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal maupun eksternal, mengenai hak dan kewajiban mereka, atau sistem 15

dimana perusahaan diatur dan dikendalikan, tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholder (dalam Ujiantho dan Pramuka,2007). Dalam fungsinya sebagai penyeimbang dalam perusahaan, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam corporate governance. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan mengenai semua kinerja perusahaan (Darmawati, 2003). Penerapan corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan seberapa pentingnya hak prinsipal untuk mengetahui informasi tentang kinerja keuangan perusahaan secara benar, akurat, dan tepat waktu. Corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku manajemen. Beberapa mekanisme corporate governance adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit. Penerapan corporate governance memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai tambah bagi prinsipal atau pemegang saham. Bila corporate governance dalam perusahaan berjalan dengan baik maka perusahaan tersebut dapat meningkatkan nilai tambah baik dari segi material maupun non material. Prinsipal dan agen akan mendapatkan keuntungan. Prinsipal akan mendapatkan deviden yang besar sementara agen akan mendapat bonus yang lebih besar juga. Corporate governance sendiri diharapkan mampu menjembatani kensenjangan 16

yang terjadi sehingga biaya keagenan (agency cost) dapat berkurang dan kedua belah pihak mendapat keuntungan masing-masing. Hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan sebagaimana disebutkan oleh FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah bahwa corporate governance memudahkan memperoleh modal, cost of capital jadi lebih rendah, sehingga meningkatkan efisiensi, berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 menyebutkan bahwa organ perusahaan terdiri dari kepemilikan perusahaan yang dibiasanya disebut rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi. Dalam penelitian ini digunakan lima mekanisme corporate governance yang biasanya persentase keberadaannya lebih banyak serta sering digunakan untuk meneliti. Kelima mekanisme tersebut adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, serta ukuran komite audit. Sejalan dengan itu juga menurut Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan. 2.3.1 Kepemilikan Manajerial Gideon (2005) menyebutkan bahwa persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. 17

Kepemilikan manajerial diartikan sebagai persentase kekuasaan atau kepemilikan dalam suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah persentase saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial. Agency cost timbul karena adanya perbedaan informasi antara agen dan prinsipal. Agency cost sendiri bisa diminimalkan dengan cara meningkatkan jumlah saham yang dimiliki manajemen. Semakin besar jumlah saham kepemilikan manajemen maka manajemen akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan dirinya sendiri yang sebagai pemegang saham juga. Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba akan menghasilkan besaran yang berbeda. Kepemilikan seorang manajer akan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga kepemilikan saham oleh manajemen akan mempengaruhi tindakan manajemen laba. 2.3.2 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Persentase 18

saham tersebut akan mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang memungkinkan terjadinya akrualisasi sesuai keinginan manajemen (Gideon, 2005). Semakin besar kekuatan suara dari institusi tersebut untuk mengawasi manajemen akan memberikan dorongan lebih besar untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Pemegang saham institusional cenderung memiliki informasi lebih banyak dari pada pemegang saham individu. Bila tingkat kepemilikan institusional tinggi maka akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh pemegang saham institusional. Karena pengawasan yang dilakukan oleh sebuah institusi pasti lebih efektif dari pada pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham individu. Pengawasan yang dilakukan oleh institusi akan membatasi ruang gerak manajemen. Dengan adanya pemegang saham institusional maka akan membuat perhatian manajer lebih tertuju pada kinerja perusahaan. Maka dari itu pemegang saham institusional akan terlibat dalam pengambilan keputusan dan tidak akan mudah percaya terhadap tindakan manajemen laba. 2.3.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, dan bebas dari semua hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap independen 19

dan melakukan sesuatu demi kepentingan perusahaan. Dewan komisaris independen bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberi masukan kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good corporate governance dengan baik. Tetapi dewan komisaris tidak berhak campur tangan dalam mengambil keputusan operasional perusahaan. Menurut KNKG (2006), ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan agar pelaksanaan tugas dewan komisaris berjalan efektif. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2. Anggota dewan komisaris harus professional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. 3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara. 2.3.4 Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan masukan ataupun nasihat kepada manajemen. Dewan komisaris mempunyai tugas untuk memonitor dan mengendalikan manajemen. Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan 20

diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan memiliki hasil yang beragam. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris akan semakin mudah untuk mengendalikan manajemen dan semakin efektif pengawasan yang dilakukan. Dan sebaliknya semakin sedikit jumlah dewan komisaris maka akan semakin sulit untuk melakukan pengendalian dan pengawasan manajemen. 2.3.5 Ukuran Komite Audit Komite audit sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep. 29/PM/2004 menyebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Komite audit berperan dalam hal memelihara kredibilitas laporan keuangan, menjaga sistem pengawasan serta pengawasan terlaksananya good corporate governance. Ukuran komite audit adalah jumlah anggota komite audit yang ada di perusahaan. Ukuran komite audit diatur dalam surat edaran ketua Bapepam yang menyatakan bahwa ukuran komite audit adalah sekurang-kurangnya 3 orang. 21

Tugas komite audit yang diatur dalam Kep. 29/PM/2004 adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya, 2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, 3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi, 5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten, 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. 2.4 Manajemen Laba Informasi laba merupakan unsur yang paling utama dalam laporan keuangan. Informasi tentang laba sangat penting bagi pihak penggunanya karena berfungsi untuk memprediksi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Karena itu pihak manajemen akan berusaha untuk melakukan praktik manajemen laba agar kinerja perusahaan terlihat baik. 22

Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal yang bertujuan untuk menguntungkan pihak manajemen sendiri. Praktik manajemen laba ini merupakan salah satu faktor yang mengurangi kredibilitas laporan keuangan (Setiawati, 2000). Dalam melakukan manajemen laba para manajemen akan menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan tertentu yang akan menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan manajemen dengan adanya konflik-konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen yang ada pada teori keagenan (agency theory). Laporan keuangan akan menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan perusahaan. Tujuan manajemen laba adalah mengatur laporan keuangan agar sesuai dengan keinginan manajer. Dengan demikian, semakin tinggi manajemen laba yang dilakukan maka kinerja keuangan akan semakin terlihat baik, maka keinginan manajer akan terpenuhi (Gideon, 2005). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang variabel mekanisme corporate governance, manajemen laba, dan kinerja keuangan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah perbedaan periode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah selama tiga tahun dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Kedua, pengambilan data laporan keuangan tahunannya berasal dari situs resmi BEI 23

dengan kelompok perusahaan real estate. Ketiga, menambahkan satu variabel pada mekanisme corporate governance yang ada dan menjadikan variabelnya menjadi lima yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit. Berikut ini adalah uraian hasil penelitian terdahulu mengenai faktor atau mekanisme corporate governance : 1. Dian Agustia (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustia pada tahun 2013 ini berjudul Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Variabel yang terkait pada penelitian tersebut adalah good corporate governance, free cash flow, leverage, dan manajemen laba. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan bukti empiris pengaruh good corporate governance, free cash flow, dan rasio leverage terhadap manajemen laba. Teknis analisis datanya menggunakan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel-variabel dari good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komite audit independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Keberadaan komite audit dan proporsi dewan komisaris di perusahaan publik masih hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator. Variabel free cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dan leverage ratio berpengaruh terhadap manajemen laba. 24

2. Ika Yulianawati (2014) Penelitian yang dilakukan oleh Ika Yulianawati pada tahun 2014 ini berjudul Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan. Variabel yang terkait pada penelitian tersebut adalah good corporate governance yang terdiri atas kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit, leverage, dan kinerja keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit serta leverage terhadap kinerja keuangan. Teknik analisis datanya menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dari komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu, karakteristik komite audit yang lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. 3. Destika Maharani Putri (2011) Penelitian yang dilakukan oleh Destika Maharani Putri pada tahun 2011 ini berjudul Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode regresi berganda. Variabel yang terkait pada penelitian ini adalah independensi, ukuran perusahaan, financial expertise, jumlah pertemuan, dan 25

manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh dari karakteristik yang ada pada komite audit terhadap manajemen laba yang diukur menggunakan discretionary accruals. 4. Nuriyatun Fauziyah (2014) Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatun Fauziyah pada tahun 2014 ini berjudul Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah uji asumsi klasik, analisis regresi linier sederhana dan linier berganda. Variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, leverage, dan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen dan pengaruh leverage secara parsial terhadap manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil. 5. Destia Kusuma (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Destia Kusuma pada tahun 2013 berjudul Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Pemoderasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi linear sederhana dan analisis regresi berganda. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris 26

tentang pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan dan pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan di masa yang akan datang yang dimoderasi oleh manajemen laba. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, manajemen laba dapat memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan dan menunjukkan pengaruh yang negatif signifikan. Adapun tabel penelitian-penelitian terdahulu disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti / Judul Variabel Metode Dian Agustia (2013) Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Variabel Dependen: Manajemen Laba. Variabel Independen: Good Corporate Governance, Free Cash Flow, Leverage. Analisis Analisis Regresi Berganda Hasil 1. Variabel-variabel Good Corporate Governance (GCG) tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. 2. Variabel free cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. 3. Leverage ratio berpengaruh terhadap earnings management. Ika Yulianawati (2014) Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage terhadap Variabel Dependen: Kinerja Keuangan. Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Analisis Regresi Linier Berganda 1. Kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan leverage secara simultan berpengaruh 27

Kinerja Keuangan Destika Maharani Putri (2011) Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba Nuriyatun Fauziyah (2014) Pengaruh Good Corporate Governance dan Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,dan Leverage. Variabel Dependen : Manajemen Laba. Variabel Independen : Independensi, Ukuran Perusahaan, Financial Expertise, dan Jumlah Pertemuan Variabel Dependen : Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil Analisis Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Linier Sederhana, dan Linier Berganda terhadap kinerja keuangan. 2. Mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. 3. Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 4. Leverage berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. 1. Ukuran dari komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. 2. Karakteristik komite audit yang lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. 1. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen 28

Leverage terhadap Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil Destia Kusuma (2013) Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Manajemen Variabel Independen : Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage Variabel Dependen : Corporate Social Responsibility Variabel Independen : Kinerja Keuangan Analisis Regresi Linear Sederhana dan Analisis Regresi Berganda laba melalui manipulasi aktivitas riil. 2. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. 3. Dewan komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil. 4. Leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil. 1. CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Manajemen laba dapat memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan dan menunjukkan 29

Laba sebagai Variabel Pemoderasi pengaruh pengaruh yang negatif signifikan. 2.6 Kerangka Konseptual Teori keagenan adalah teori yang yang mengatur hubungan antara pihak agen dan pihak prinsipal di dalam sebuah perusahaan. Kedua belah pihak selalu ingin mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Tak jarang para prinsipal selalu mendorong pihak manajemen untuk bekerja lebih keras agar mendapat deviden yang lebih besar. Dan para manajer akan menyalahgunaan jabatannya untuk melakukan manajemen laba. Untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi peluang manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba adalah dengan menerapkan mekanisme corporate governance. Beberapa faktor yang termasuk dalam mekanisme corporate governance adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit. Setiap variabel berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan baik pengaruh secara positif maupun negatif. Kepemilikan manajerial adalah presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. 30

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh investor besar seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar. Proporsi dewan komisaris independen adalah proporsi anggota dewan komisaris yang tidak bekerja sama atau berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, dan bebas dari semua hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bersikap independen. Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan. Ukuran komite audit diartikan sebagai keberadaan komite audit yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dari pernyataan di atas dapat dilihat kerangka konseptual pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Independen Intervening Dependen p8 Kepemilikan Manajerial (X 1 ) Kepemilikan Institusional (X 2 ) p2 p1 p6 p7 Proporsi Dewan Komisaris Independen (X 3 ) p3 Manajemen Laba (Y 1 ) p11 p9 Kinerja Keuangan (Y 2 ) 31

Ukuran Dewan Komisaris (X 4 ) Ukuran Komite Audit (X 5 ) p4 p5 p10 Keterangan : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Y 1 = Manajemen Laba Y 2 = Kinerja Keuangan X 1 = Kepemilikan Manajerial X 2 = Kepemilikan Institusional X 3 = Proporsi Dewan Komisaris Independen X 4 = Ukuran Dewan Komisaris X 5 = Ukuran Dewan Audit 2.7 Hipotesis Penelitian Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis anatara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Sebenarnya sudah banyak penelitian terdahulu yang mengangkat tentang komponen mekanisme corporate governance, kinerja keuangan, ataupun manajemen laba. Tetapi dalam penelitian-penelitian tersebut memiliki hasil yang sangat beragam. Maka dari itu berikut adalah hipotesis dari penelitian ini yaitu : 32

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dipegang oleh pihak manajemen perusahaan. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan jumlah kepemilikan saham manajemen. Kepemilikan manajerial yang lebih banyak akan berdampak pada keputusan yang diambil manajemen. Semakin banyak saham yang dimiliki manajemen akan berdampak baik pada keputusan yang diambil karena keputusan tersebut akan sejalan dengan kepentingan para pemegang saham yang bukan manajemen. Menurut Agustia (2013), variabel-variabel good corporate governance seperti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurut Wahyuni (2010), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara menurut Fauziyah (2014), mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. H 1a : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh investor yang merupakan sebuah institusi. Kepemilikan institusional biasanya memiliki hubungan positif dengan manajemen laba seperti yang dikemukan oleh Yulianawati (2014) dalam penelitian terdahulu. Dan menurut Fauziyah (2014) kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen 33

laba. Tetapi menurut Agustia (2013), kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. H 1b : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba Komisaris independen adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan efektif atau tidaknya strategi bisnis dalam suatu perusahaan. Komisaris independen juga bertugas untuk memantau jadwal, anggaran, dan efektivitas strategi, mematuhi hukum yang berlaku, serta menjamin praktik corporate governance telah dipatuhi dengan baik (Sulistyanto, 2008). Fauziyah (2014) mengemukakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Sementara menurut Agustia (2013), komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. H 1c : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba Dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Dewan komisaris bertugas untuk memonitor dan mengendalikan manajemen. 34

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba memiliki hasil yang beragam. Semakin banyaknya jumlah dewan komisaris dalam sebuah perusahaan akan mempermudah pengawasan atas manajemen laba. Tetapi hal itu bertolak belakang dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007), ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. H 1d : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba Komite audit adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian dan pengawasan untuk menciptakan keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas. Faktor tersebut yang akan membuat laporan keuangan akan menjadi lebih berkualitas (Sulistyanto, 2008). Menurut Putri (2011), ukuran komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Tetapi menurut Agustia (2013), komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara menurut Nasution dan Setiawan (2007), ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba. H 1e : Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pengaruh Manajemen Laba terhadap Manajemen Laba Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Pihak manajemen akan menggunakan kebijakan akuntansi tertentu untuk melakukan manajemen laba. Cornett et al. (2006) mengemukakan bahwa ada 35

pengaruh antara corporate governance dengan penurunan discretionary accruals yang digunakan sebagai pengukuran manajemen laba. Dan pengaruh discretionary accruals tersebut berpengaruh positif dengan CFROA yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan. H 2 : Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Isnanta (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Manajemen yang memiliki kepemilikan saham yang besar cenderung melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan jangka panjangnya. Saham yang diberikan pada manajemen sebagai intensif akan memacu manajemen untuk bekerja lebih baik dalam meningkatkan kinerja perusahaan. H 3a : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Kepemilikan institusional biasanya memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan seperti yang dikemukan oleh Yulianawati (2014). Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sementara proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 36

H 3b : Kepemilikan Instirusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan pihak lain yang akan membuatnya tidak bisa bersikap independen. Menurut Fitriasari (2007), proporsi dewan komisaris independen tidak dapat mengurangi tindak manajemen laba. Sejalan dengan itu Santoso (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif antara proporsi komisaris independen dengan kinerja perusahaan khususnya dalam profitabilitas. Semakin besar jumlah komisaris independen maka keputusan yang dibuat akan lebih mengutamakan kepentingan perusahaan sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. H 3c : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan Dewan komisaris merupakan sebuah fungsi monitoring dari implikasi kebijakan manajemen. Dewan komisaris memegang peranan dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa manajer benar-benar meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Chtourou et al (2001) mengungkapkan bahwa jumlah dewan yang semakin besar maka mekanisme 37

monitoring manajemen perusahaan akan semakin membaik. Maka semakin besar ukuran dewan komisaris maka akan semakin baik kinerja keuangan perusahaannya. H 3d : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal. Menurut Sam ani (2008), ukuran komite audit memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui pengawasan atas pelaporan keuangan, pengendalian internal, penggunaan prinsip akuntansi, proses audit. H 3e : Ukuran Komite Audit berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan melalui Manajemen Laba 38