Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

TINJAUAN PUSTAKA Sindrom pra menstruasi Pengertian Etiologi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya usia harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun.

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN GAYA HIDUP SEHAT DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI KELAS XI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

LAMPIRAN 1 KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggambarkan haid. Menopause adalah periode berakhirnya

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

II. PENGETAHUAN RESPONDEN Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) pada jawaban yang saudara anggap benar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

Transkripsi:

PENELITIAN PENGARUH SUSU KEDELAI DALAM MERINGANKAN GEJALA SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTERI Nora Isa Tri Novadela*, Elvia Marita* *Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E-mail: Noraisatrinovadela@yahoo.co.id Angka kejadian PMS di Indonesia sendiri berkisar antara 70-90%, sedangkan di Lampung didapatkan data bahwa proporsi kejadian PMS pada remaja putri sebesar 31,5% (39) dari 124 responden. Berdasarkan hasil pra survey, didapatkan hasil sebanyak 4 dari 10 remaja puteri mengalami premenstruasi sindrom berat (>5 gejala yang dirasakan), dan 5 dari 10 remaja puteri mengalami 1-4 gejala PMS. Sedangkan jumlah siswa puteri yang tidak merasakan gejala PMS sangat sedikit sekali, yaitu 1 dari 10 orang responden. Desain penelitian ini adalah Eksperimental dengan rancangan Pra Eksperimen berupa One Group Pretest-Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja puteri yang mengalami gejala Premenstruasi Sindrom di Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 247 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Purposif Sampling dengan jumlah sampel sebanyak orang. Analisa data secara univariat dan analisa bivariat dengan dependen t test. Hasil penelitian yang diperoleh dari responden, semua responden (100%) mengalami penurunan gejala Sindrom Premenstruasi setelah dilakukan intervensi dengan rata-rata penurunan gejala sebanyak 4,5 gejala. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value=0,000 sehingga P<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Adapun saran dalam penelitian ini agar setiap remaja puteri yang mengalami gejala Sindrom Premenstruasi untuk mencoba mengkonsumsi susu kedelai yang telah terbukti dapat menangani gejala Sindrom Premenstruasi yang dirasakan. Kata Kunci: Susu Kedelai, Sindrom Premenstruasi LATAR BELAKANG Premenstruasi sindrom merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi (Nugroho & Utomo, 14). Gejala PMS yang paling umum adalah suasana hati yang labil, mudah marah, nafsu makan meningkat, pelupa, sulit berkonsentrasi, mudah menangis, gangguan pencernaan, jantung berdebar, pusing dan edema ekstremitas bawah. Gejala Premenstruasi sindrom biasanya timbul selama 7-10 hari terakhir dari siklus menstruasi (Fritz & Speroff, 11). Dampak dari PMS dapat mengganggu hubungan sosial. Sindrom pramenstruasi dapat menimbulkan depresi yang terkadang dapat memunculkan perasaan ingin bunuh diri, bahkan keinginan untuk melaksanakan kekerasan pada diri sendiri ataupun pada orang lain (Glasier, 06). PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Suprayanto 10). Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah (Puspitorini, dkk, 07). Dewasa ini, rata-rata usia pubertas berkisar umur 12 tahun, sementara usia rata-rata menopause berkisar umur 51 tahun. Dengan demikian rata-rata siklus menstruasi wanita lebih dari 450 kali sepanjang hidupnya. Bila seorang wanita merasakan sakit yang berlebihan selama fase pramenstruasi walaupun hanya untuk 2-3 hari saja, maka sindrom pramenstruasi bisa menjadi masalah besar dalam hidupnya (Ramadani, 12). [49]

Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), PMS memiliki prevalensi lebih tinggi di negara-negara Asia (Mohamadirizi & Kordi, 13). Perhitungan kasar didapatkan hasil bahwa sindrom ini terjadi pada 75-80% wanita di dunia pada usia reproduksi (Zaafrane, 07). Berdasarkan laporan yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) dibawah naungan WHO tahun 05 menyebutkan bahwa gangguan menstruasi menjadi permasalahan utama pada wanita di Indonesia (Damayanti, 13). Angka kejadian PMS di Indonesia sendiri berkisar antara 70-90%. Prevalensi PMS di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan hasil yang berbeda. Di Jakarta Selatan menunjukkan 45% siswi SMK mengalami PMS. Sedangkan penelitian yang dilakukan disalah satu sekolah menengah atas di Lampung didapatkan data bahwa proporsi kejadian PMS pada remaja putri sebesar 31,5% (39) dari 124 responden (Wijayanti, 15). Berbagai macam gejala PMS begitu sangat mengganggu wanita, namun masih banyak wanita yang menyepelekan gejalagejala yang justru menghambat aktivitasnya, dan hanya sebagian kecil yang tahu dan mau untuk menangani masalah tersebut. Banyak wanita mengurangi gejala-gejala Premenstruasi sindrom dengan cara instan, seperti konsumsi suplemen ataupun obat analgesik, padahal dengan mengkonsumsi bahan makanan seperti kacang-kacangan sudah mampu mengurangi gejala PMS yang dirasakan. Seseorang pernah mengatakan jadikan makanan sebagai obat, sebelum obat yang menjadi makanan, dari kalimat tersebut Peneliti merasa selain untuk melakukan penelitian juga terinspirasi untuk mengubah pola pikir perempuan terutama remaja puteri ditempat peneliti akan melakukan penelitian bahwa untuk menjadi sehat tidak perlu dengan mengkonsumsi sesuatu yang disintesis, dengan harapan angka kejadian premenstruasi sindrom dapat menurun. Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan sebelumnya di SMAN 2 Liwa, didapatkan hasil sebanyak 4 dari 10 remaja puteri mengalami premenstruasi sindrom berat (>5 gejala yang dirasakan), dan 5 dari 10 remaja puteri mengalami setidaknya 1 sampai 4 gejala PMS, sedangkan jumlah siswa puteri yang tidak merasakan gejala PMS sangat sedikit sekali, yaitu 1 dari 10 orang responden. Dilaporkan bahwa 17% dari jumlah responden tersebut mengalami gejala ringan yang terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari, 12% mengalami gejala yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, sedangkan 3,2% mengatakan bahwa pernah tidak mengikuti pelajaran karena beratnya gejala yang dirasakan, dan 67% lainnya hanya merasakan gejala PMS tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas kesehariannya. Peneliti merasa gejala premenstruasi sindrom yang timbul dapat diminimalisir dengan terapi yang menyehatkan, menyenangkan dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti. Penelitian ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh dr. Guy Abraham yang mengatakan bahwa dengan terapi nonfarmakologi, salah satunya dengan perubahan diet makanan dapat menurunkan gejala premenstruasi sindrom. METODE Penelitian ini merupakan penelitian Pra Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja puteri yang mengalami gejala premenstruasi sindrom di Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 247 orang, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak orang siswi kelas XI IPA yang mengalami lebih dari 4 gejala premenstruasi sindrom. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposif Sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden [50]

dengan melakukan pengisian angket dan intervensi. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Lama Gejala PMS yang Dirasakan Variabel Mean SD Min-Max 95% CI Lama 2.65 1.040 1-5 2.16-3.14 gejala PMS Berdasarkan tabel di atas didapatkan rata-rata lama gejala premenstruasi sindrom yang dirasakan adalah 2.65 hari. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama gejala yang dialami adalah diantara 2,16 sampai dengan 3,14 hari. Tabel 2: Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Susu Kedelai Kepatuhan Konsumsi Susu Kedelai f % Rutin 100 Tidak Rutin 0 0 Jumlah 100 Berdasarkan tabel di atas responden yang tidak rutin mengkonsumsi susu kedelai selama 1-2 minggu sebelum menstruasi adalah 0%, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua responden rutin mengkonsumsi susu kedelai. Analisis Bivariat Tabel 3: Distribusi Rata-Rata Jumlah Gejala Premenstruasi Sindrom Sebelum dan Setelah Intervensi Jumlah Gejala PMS Sblm Intervensi Setelah intervensi Gejala PMS Mengganggu Sblm intervensi Setelah intervensi Mean SD SE 6.35 1.85 2.059 0.745 0.460 0.167 Mean SD SE 0.00 0.80 0.410 0.092 p n value p n value Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa rata-rata jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dilakukan intervensi adalah 6.35 gejala, dan sebelum intervensi rata-rata gejala PMS mengganggu aktivitas. Sedangkan untuk rata-rata jumlah gejala PMS yang dirasakan setelah dilakukan intervensi adalah 1,85 gejala, dan setelah intervensi rata-rata gejala PMS tidak mengganggu aktivitas. Terlihat nilai mean perbedaan antara jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dan setelah intervensi adalah 4,500 gejala, sedangkan perbedaan antara nilai mean gejala PMS yang mengganggu aktivitas sebelum dan setelah intervensi adalah -0,800. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value=0,000 sehingga P<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dan setelah dilakukan intervensi. PEMBAHASAN Lama Gejala Premenstruasi Sindrom Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden tentang pengaruh pemberian susu kedelai terhadap gejala premenstruasi sindrom pada remaja puteri di SMA Negeri 2 Liwa Lampung Barat diperoleh rata-rata lama gejala PMS yang dirasakan adalah 2.65 hari dan standar deviasi 1,040 hari. Lama gejala PMS yang dirasakan paling singkat selama 1 hari dan lama gejala PMS yang paling lama dirasakan adalah 5 hari. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Sarwono Prawiroharjo (07) sebagaimana yang dikemukakan oleh Asrinah dkk dalam buku Menstruasi dan Permasalahannya (Asrinah dkk, 11:) bahwa, Premenstruasi sindrom adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi. Teori lain yang tidak mendukung hasil penelitian ini, yaitu : Premenstruasi sindrom adalah gejalagejala yang muncul satu atau dua minggu sebelum periode haid sejak [51]

kemunculannya, gejalanya cukup berat sehingga dapat menggangu kehidupan keseharian (Datta dkk, 09:135). Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa gejala premenstruasi sindrom yang dirasakan responden dengan teori yang ada tidak saling mendukung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap responden, didapatkan hasil yaitu: lama gejala Premenstruasi Sindrom yang dirasakan berkisar 1-5 hari menjelang Menstruasi. Menurut peneliti ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu karena setiap remaja puteri memiliki batas toleransi rasa sakit yang berbeda terhadap tingkatan Premenstruasi Sindrom yang dirasakan, sehingga terdapat beberapa remaja yang merasakan gejala Premenstruasi Sindrom <7 hari menjelang Menstruasi. Analisa secara mandiri oleh remaja puteri mengenai lama gejala Premenstruasi Sindrom yang dirasakan dengan menggunakan buku catatan bulanan dapat dilakukan agar pendiagnosaan beratnya Premenstruasi Sindrom oleh tenaga medis dapat lebih akurat dan dapat membantu ketepatan dalam pemberian terapi yang diberikan. Tingkat Kepatuhan Konsumsi Susu Kedelai Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap responden tentang pengaruh pemberian susu kedelai terhadap gejala premenstruasi sindrom pada remaja puteri di SMA Negeri 2 Liwa Lampung Barat, dapat disimpulkan bahwa semua responden (100%) rutin mengkonsumsi susu kedelai selama ±1-2 minggu menjelang Menstruasi. Kurun waktu pemberian intervensi yang dipilih peneliti menyesuaikan teori menurut dr. Guy Abraham, yaitu pola makan 1-2 minggu menjelang menstruasi dapat mengurangi gejala premenstruasi sindrom. Pola diet yang tepat dan dianjurkan yaitu: membatasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, konsumsi merokok, protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang), lemak dari bahan hewani dan dari makanan yang digoreng, dan makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan sebagainya) serta gunakan susu kedelai sebagai penggantinya; meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, biji-bijian sebagai sumber protein, sayuran hijau dan makanan yang mengandung asam lemak linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran, serta mengkonsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B 6, vitamin E, kalsium, magnesium, juga Omega 6 (Vidianti, 14:13 dan Sibagariang, 10:78). Berdasarkan kesesuaian antara teori dan hasil yang didapatkan, menurut peneliti konsumsi makanan yang banyak mengandung Isoflavon, terutama olahan kedelai ±1-2 minggu menjelang Menstruasi dapat menurunkan gejala Premenstruasi Sindrom yang dirasakan karena Isoflavon yang terkandung di dalam olahan kedelai bekerja dengan cara menyeimbangkan kadar Hormon Estrogen di dalam tubuh yang meningkat menjelang Menstruasi. Sosialisasi dan penerapan pola diet yang telah disarankan oleh dr. Guy Abraham dan Vidianti dkk, terutama konsumsi susu kedelai ±1-2 minggu menjelang Menstruasi terbukti dapat mengurangi gejala premenstruasi sindrom yang dirasakan sebelumnya. Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Gejala Premenstruasi Sindrom Berdasarkan analisis pengaruh pemberian susu kedelai terhadap gejala premenstruasi sindrom yang dilakukan pada orang responden diketahui bahwa semua responden mengalami penurunan gejala premenstruasi sindrom dengan ratarata jumlah penurunannya sebanyak 4,500 gejala dengan standar deviasi 2,395 gejala. Sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya bahwa rata-rata jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dilakukan intervensi adalah 6.35 gejala dengan standar deviasi 2,059 gejala dan sebelum intervensi rata-rata gejala PMS [52]

mengganggu aktivitas. Untuk rata-rata jumlah gejala PMS yang dirasakan setelah dilakukan intervensi adalah 1,85 gejala dengan standar deviasi 0,745 gejala dan setelah intervensi rata-rata gejala PMS tidak mengganggu aktivitas. Hasil uji statistik menggunakan T- Test Dependent diperoleh nilai P value < nilai α yaitu P=0,000 < 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jumlah gejala PMS yang dirasakan sebelum dan setelah dilakukan intervensi berupa pemberian susu kedelai. Hal tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa selain mengandung zat gizi yang lengkap ternyata susu kedelai memiliki zat-zat penting lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti lecitin, isoflavon, saponin dan serat yang justru tidak terdapat pada susu sapi. Beberapa bahan pangan yang telah dianalisis, diketahui kedelai menempati urutan pertama, mengandung senyawa isoflavon dan derivatnya. Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai. Kedelai memiliki kadar isoflavon tinggi yang membantu menyeimbangkan kadar estrogen dalam tubuh dengan cara meningkatkan kadar estrogen bila kadarnya rendah, dan begitu juga sebaliknya, menurunkan kadar estrogen yang tinggi (Agustine, 15; Atun, 09 dan Yonas, 11). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nora Nur Rokhmah, dkk (11) tentang Pengaruh Pemberian Susu Kedelai Terhadap Keluhan Desminorhea Pada Santri Pondok Pesantren Mahasiswi Asma Amanina Yogyakarta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perngaruh yang cukup signifikan setelah pemberian susu kedelai terhadap intensitas nyeri haid yang diderita remaja puteri di pondok pesantren tempat penelitian (p value =0,000). Berdasarkan kesamaan antara hasil penelitian dengan teori dan penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa susu kedelai yang tinggi akan senyawa Isoflavon sangat bermanfaat bagi remaja puteri yang mengalami Premenstruasi Sindrom. Sebagaimana menurut teori yang menyatakan bahwa beberapa hari menjelang Menstruasi, Hormon Estrogen di dalam tubuh akan meningkat sehingga akan berakibat memperburuk keadaan fisik dan psikis seorang remaja puteri. Senyawa Isoflavon yang terkandung di dalam susu kedelai mampu menyeimbangkan kadar Hormon Estrogen di dalam tubuh dengan cara meningkatkan kadar Hormon Estrogen bila kadarnya rendah, dan begitu juga sebaliknya, menurunkan kadar Hormon Estrogen yang tinggi apabila tubuh berlebihan dalam memproduksi hormon tersebut. Konsumsi susu kedelai yang telah terbukti dapat menangani gejala Premenstruasi Sindrom yang dirasakan dapat diterapkan para remaja puteri yang mengalami gejala Premenstruasi Sindrom yang cukup mengganggu aktivitas, sehingga gejala Premenstruasi Sindrom tidak lagi memperburuk keadaan fisik dan psikis seorang remaja puteri yang nantinya berdampak pada kehidupan sosial maupun prestasi belajar remaja puteri tersebut.. KESIMPULAN Mayoritas responden berusia 16 tahun, apabila dilihat dari usia pertama kali menstruasi didominasi oleh usia 12 dan 13 tahun, dan tidak ada responden yang memiliki alergi terhadap olahan kedelai seperti susu kedelai, tetapi banyak responden yang tidak rutin melakukan aktivitas olahraga. Sebanyak 44,2% remaja puteri mengalami premenstruasi sindrom berat, dan 55% remaja puteri mengalami setidaknya 1 sampai 4 gejala PMS, sedangkan hanya 0,8% dari jumlah siswa puteri di Lampung Barat yang tidak merasakan gejala PMS. Hasil analisis lebih lanjut menyimpulkan ada pengaruh pemberian susu kedelai terhadap gejala premenstruasi sindrom pada remaja puteri Lampung Barat dengan p value yaitu 0,000. [53]

DAFTAR PUSTAKA Agustine, Firda Puri. 15. http://www.beritasatu.com/kesehatan /249949-7-makanan-yang-bikinhormon-seimbang.html. Diakses pada tanggal 27 November 16. Asrinah, dkk. 11. Menstruasi dan Permasalahannya. Yogyakarta: Pustaka Panasea Atun, Sri. 09. Potensi Senyawa Isflavon dan Derivaratnya dari Kedelai serta Manfaatnya untuk Kesehatan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta Datta, Misha dkk. 09. Rujukan Cepat Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC. Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. 05. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. 465 halaman. Vidianti, Ita Ulvia. 14. Pengaruh Pemberian Coklat Terhadap Gejala Pre-Menstruasi SIndrom. Diakses pada tanggal 07 Maret 17. Yonas, Irvan. 11. Minuman Sari Bubuk Kedelai.http://irvankkindonesia.blog spot.co.id/11/11/html. Diakses pada tanggal 26 November 16. [54]