perlu terus dilakukan penelitian, penggalian, pengujian dan pengembangan obat tradisional atas dasar hasil-hasil penelitian dan pengujian ilmiah

dokumen-dokumen yang mirip
hepatotoksisitas bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama atau tidak sesuai aturan, misalnya asetosal dan paracetamol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Gambar 1.2. Struktur molekul Asam O-(4-klorobenzoil) Salisilat (Rendy,2006)

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

hidup teratur dan dengan penggunaan obat baik obat sintetik maupun obat tradisional yang telah digunakan sejak dahulu (Ganong, 2003; Yayasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kekayaan Indonesia akan keanekaragaman hayati. memampukan pengobatan herbal tradisional berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini.

Gambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan program pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI EFEK ANTIPIRETIK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN {CENTELLA ASIATICA (L.) URBAN} PADA TIKUS PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Hepatotoksisitas merupakan kerusakan pada hati yang berkaitan dengan

optimal merupakan keberhasilan dari zat gizi yang tersedia dan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan ketidakseimbangan diantaranya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. Taiwan, Hongkong, Korea dan negara-negara Timur lain. peduli untuk melakukan konservasi tanaman obat. Jepang memberi perhatian

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai kebiasaan bercerita apa yang dilihat, didengar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

I. PENDAHULUAN. cyclooxygenase (COX). OAINS merupakan salah satu obat yang paling. banyak diresepkan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kehidupan mulai beranjak kembali kepada obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

baik berkhasiat sebagai pengobatan maupun pemeliharaan kecantikan. Keuntungan dari penggunaan tanaman obat tradisional ini adalah murah dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyaring dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme juga zat-zat toksik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Pramesti Indriyanti, 2013

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Demam merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya. Demam dapat diartikan sebagai kelainan pada sistem pengaturan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh meningkat dibandingkan suhu tubuh normal (Guyton, 2010; Ganong, 2010). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di antaranya dengan menggunakan atau mengkonsumsi obat-obat yang berkhasiat untuk menghilangkan dan mengurangi demam. Suatu golongan obat yang dapat menurunkan suhu tubuh kembali kepada suhu tubuh normal adalah antipiretik. Sekarang ini banyak terdapat golongan obat antipiretik yang memiliki efek samping yang berbahaya antara lain adalah gangguan fungsi ginjal, nekrosis hati yang fatal, bila digunakan tidak menurut aturan pakainya secara benar, misalnya parasetamol dan asetosal (Reynold, 1982; Katzung, 2002; Goodman & Gilman s, 1991). Di Indonesia dikenal memiliki kekayaan tanaman obat yang sangat bervariasi jenisnya, mulai dari tanaman perdu, tanaman keras, atau tanaman liar yang terdapat di hutan belantara atau pegunungan, sampai tanaman yang dibudidayakan. Tanaman tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan setiap propinsi memiliki keanekaragaman hayati yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan (Wijayakusuma, 1992). Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu komponen program pelayanan kesehatan dasar, serta merupakan komponen alternatif dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan. Demi peningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata, sekaligus memelihara dan mengembangkan warisan budaya bangsa 1

2 perlu terus dilakukan penelitian, penggalian, pengujian dan pengembangan obat tradisional atas dasar hasil-hasil penelitian dan pengujian ilmiah (Wijayakusuma, 1992). Keuntungan penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis, walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Masyarakat diharapkan memiliki informasi yang cukup cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan (Wijayakusuma, 1992). Berbagai jenis bahan alam baik yang berasal dari sumber nabati maupun hewan dan mineral yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan sebagai antipiretik, menurut hasil penelitian Sharma (2010) beberapa tanaman berikut memiliki efek antipiretik yaitu, Ocimum sanctum (Kemangi), Azadirachta indica (Mimba), Centella asiatica (Pegagan), Asparagus adscendes (Asparagus), dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Padmadisastra (2007) membuktikan bahwa herba pegagan memiliki khasiat sebagai anti keloidal, dan pada penelitian Wati (2003) membuktikan bahwa asiaticosida yang terkandung pada herba pegagan mempunyai khasiat sebagai senyawa antibakteri. Hasil penelitian lainnya dilakukan oleh Windi (2008) yang membuktikan bahwa infusa herba pegagan dapat memiliki daya antipiretika. Tanaman pegagan merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai antipiretik, antipikun dan antidiuretik, sehingga menarik perhatian para ahli untuk meneliti dan mengembangkannya dalam rangka eksplorasi obat baru yang berasal dari

3 alam. Tanaman pegagan seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, anti radang, antimikroba, antidiabetes (Ullah, 2009). Penelitian mengenai aktivitas pegagan sebagai antipiretik telah dilakukan oleh Srihartati (2002), dari penelitian tersebut telah terbukti bahwa ekstrak etanol dari herba pegagan memiliki efek antipiretik dengan dosis 1 g/kgbb 1,5 g/kgbb dan 2 g/kgbb pada tikus putih yang dibuat demam. Saponin dari pegagan diduga terbukti memiliki efek sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba. Saponin merupakan salah satu senyawa yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin (mediator inflamasi). Pelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh akan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Kloroform merupakan salah satu pelarut organik yang bersifat semi polar dan diharapkan dapat mengekstraksi bahan berkhasiat saponin dalam herba pegagan. Berdasarkan hasil penelitian inilah yang mendorong dilakukan uji aktivitas antipiretik fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan pada tikus putih yang dibuat demam. Metode yang digunakan untuk mengetahui efek antipiretik dari herba pegagan adalah metode induksi demam dengan menggunakan pepton 5% pada tikus putih. Pemilihan tikus putih sebagai hewan coba karena tikus merupakan hewan yang mewakili kelas mamalia, manusia juga termasuk dalam kelas ini, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimia, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah serta sistem ekskresi menyerupai manusia (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pengukuran demam dilakukan pada telinga tikus putih dengan menggunakan termometer telinga digital, sebagai pembanding digunakan parasetamol dikarenakan efek antipiretiknya efektif dan lebih aman pemakaiannya dibandingkan aspirin maupun fenasetin, di samping itu parasetamol memiliki efek antiinflamasi yang lemah dibandingkan dengan

4 golongan salisilat (Katzung, 2002). Metode ini sudah umum digunakan pada penelitian antipiretik dan pengukurannya lebih sederhana karena dengan melakukan pengamatan suhu pada telinga tikus tiap jam yang ditentukan melalui alat ukur. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan memiliki efek antipiretik pada tikus putih yang didemamkan? 2. Apakah ada hubungan antara peningkatan dosis pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan dengan peningkatan efek antipiretiknya? Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan memiliki efek antipiretik pada tikus putih yang didemamkan, dan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan dengan peningkatan efek antipiretiknya. Hipotesis penelitian ini adalah pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan memiliki efek antipiretik pada tikus putih yang dibuat demam, dan terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan dengan peningkatan efek antipiretiknya. Manfaat penelitian ini adalah untuk mampu memberikan informasi tentang fraksi kloroform ekstrak etanol herba pegagan sebagai antipiretik, dan setelah melalui penelitian lebih lanjut, bila terbukti sebagai antipiretik, maka dapat menjadi salah satu alternatif untuk pengobatan antipiretik, dan juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk studi formulasi lebih lanjut.

5 Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan menuju ke arah obat herbal terstandar dan fitofarmaka agar dapat digunakan secara maksimal dan seefisien mungkin untuk meningkatkan kesehatan sehingga turut mendukung program pemerintah di bidang obat tradisional dan fitofarmaka.