12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Bahan penelitian Tahap pertama adalah pemeliharaan puyuh dari anakan (DOQ) sebanyak 240 ekor unsex sampai berumur tiga minggu. Pada minggu ke- 3 dilakukan sexing untuk memisahkan jantan dan penimbangan bobot badan untuk memperoleh keseragaman bobot badan dengan koefisien variasi yang terlampir adalah 5,36%. Tahap kedua adalah pemeliharaan puyuh sebanyak 100 ekor dari umur empat sampai delapan minggu. 3.1.2 Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang brooding dan kandang sistem battery bertingkat. Bahan kedua kandang terbuat dari ram kawat, bilah bambu, triplek, dan kayu. Kandang brooding yang digunakan sebanyak empat buah. Masing-masing kandang brooding memiliki ukurang panjang 80 cm, lebar 50 cm dan tinggi 25 cm. Kandang brooding digunakan untuk pemeliharaan puyuh berumur satu hari sampai tiga minggu dan menampung 240 ekor puyuh. Setiap kandang brooding dilengkapi dengan tempat ransum, tempat air minum, pemanas dan tirai. Kandang battery yang digunakan sebanyak empat buah dengan setiap kandang battery terdiri dari lima tingkat. Masing-masing tingkat memiliki ukuran panjang 100 cm, lebar 60 cm dan tinggi 30 cm. Setiap tingkat kandang battery menampung enam ekor puyuh yang akan dipelihara dari umur empat sampai 12
13 delapan minggu. Kandang battery dilengkapi dengan tempat ransum dan tempat air minum. 3.1.3 Peralatan Penelitian Alat yang digunakan selama penelitian berlangsung yakni meliputi: 1. Timbangan analitik untuk menimbang bobot puyuh. 2. Pisau yang digunakan untuk memotong puyuh. 3. Alat tulis untuk mencatat hasil perhitungan. 4. Alat hitung dan laptop untuk menghitung dan mengolah data. 5. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 6. Thermometer untuk mengukur suhu kandang. 7. Lampu 100 Watt dan 60 Watt untuk menghangatkan kandang. 8. Sapu lidi untuk membersihkan kandang. 9. Tempat pakan dan tempat minum. 10. Kompor untuk memanaskan air pada saat proses karkasing. 11. Panci untuk tempat memasak air. 12. Cage plastik untuk membawa puyuh 3.1.4 Ransum yang digunakan Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah ransum komersil. Puyuh umur satu sampai tiga minggu (fase starter) diberikan ransum BR-1 berbentuk mash dan puyuh umur tiga minggu ke atas (fase grower) diberikan ransum BR-21E berbentuk crumble. Pakan komersil yang diberikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi puyuh menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). 13
Tabel 1. Kebutuhan Nutrient dalam Ransum Puyuh Petelur No. Nutrient Starter Grower 1 Kadar air (%) 14.0 14.0 2 Protein kasar (%) 24.0 17.0 3 Lemak kasar (%) min 2.8 7.0 4 Serat kasar (%) 4.5 7.0 5 Abu (%) 8.0 8.0 6 Kalsium (%) 0.8-1.0 0.90-1.20 7 Fospor (P) total (%) Min 0.60 0.60-1.00 8 Fospor tersedia (%) 0.40 0.40 9 Energi Metabolis (Kkal/kg) 2900 2600 Sumber : Standar Nasional Indonesia (2006) 14 Tabel 2. Kandungan Nutrient Ransum Puyuh (BR-1) Starter dan Ransum Puyuh (BR-21E) Grower. Nutrien (BR-1) Starter (BR-21E) Grower (%) (%) Kadar Air 12,0 12,0 Protein Kasar 22,97 21,09 Lemak Kasar 5,0 5,0 Serat Kasar 5,0 5,0 Abu 8,0 8,0 Kalsium 0,8 1,1 0,8-0,11 Fosfor 0,5 0,5 Energi Metabolis (Kkal/kg) 2963 2879 Sumber : Hasil Analisis Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (Endang Sujana, 2018) 3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan dilakukan dengan 4 perlakuan dengan masing-masing perlakuan diulang 5 kali. 3.2.1 Tahap Pemeliharaan 1. Tahap persiapan, terdiri dari persiapan kandang dan sanitasi kandang yang dilakukan dengan cara membersihkan kandang beserta peralatannya dan 14
15 lingkungan sekitar kandang selama satu minggu sebelum penelitian dimulai, setelah pembersihan dilakukan pengapuran dan penyemprotan desinfektan seluruh ruangan kandang. 2. Penimbangan bobot badan puyuh Coturnix coturnix japonica unsex sebanyak 240 ekor dan menaruh puyuh pada kandang brooding. 3. Pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari dengan ransum komersil. 4. Pemberian air minum secara adlibitum. 5. Puyuh dipindahkan ke kandang battery bertingkat sekaligus sexing dan ditimbang pada minggu ke- 3, puyuh jantan yang diambil sebanyak 100 ekor dengan bobot badan seragam dan koefisien variasi kurang dari 10%. 6. Puyuh ditimbang setiap minggu untuk mengetahui bobot badan. 3.2.2 Tahap Prosesing Karkas 1. Pemanenan dilakukan setelah puyuh berumur 5, 6, 7, dan 8 minggu. 2. Penimbangan puyuh untuk mengetahui bobot potong sebelum proses pemotongan. 3. Pemuasaan puyuh sebelum dipotong selama kurang lebih 8 jam. 4. Pemotongan puyuh sebanyak 25 ekor pada setiap perlakuan umur. 5. Tahap pemotongan, terdiri dari penyembelihan puyuh dengan memotong tiga saluran meliputi pembuluh darah (vena jugularis dan arteri), trachea dan esophagus kemudian membiarkan darah mengalir maksimal. Melakukan pencabutan bulu yaitu mencelupkan puyuh kedalam air panas dengan suhu 65-80 C selama 5-30 detik. Mengeluarkan bagian jeroan, kepala, leher dan 15
16 kaki bertujuan untuk mendapatkan bobot karkas kosong. Kemudian menimbang bobot karkas kosong. 6. Menghitung persentase karkas yaitu dengan cara bobot karkas dibagi bobot potong dikalikan 100%. 7. Pengambilan lemak abdominal yang terdapat di sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdominal serta usus. 8. Menghitung persentase lemak abdominal yaitu dengan menimbang bobot lemak abdominal dibagi dengan bobot karkas dikali 100%. 3.2.3 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam pengamatan karakteristik karkas puyuh Coturnix coturnix japonica terseleksi yang dipotong pada umur berbeda adalah : 1. Bobot Potong (gram) Diperoleh dengan cara menimbang bobot badan puyuh yang telah dipuasakan selama 8 jam sebelum pemotongan. 2. Bobot Karkas (gram) Diperoleh dengan cara menimbang setelah puyuh dipotong. Memisahkan bagian non-karkas seperti bagian bulu, kepala, leher, kaki dan seluruh bagian isi rongga perut. 3. Persentase Karkas Persentase karkas diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas (gram) dibagi bobot potong (gram) dikali 100%. 4. Persentase Lemak Abdominal (%) Persentase lemak abdomen diperoleh dengan menimbang bobot lemak abdominal (gram) dibagi dengan bobot karkas (gram) dikali 100%. 16
17 3.2.4 Analisis Statistik Rancangan percobaan pada penelitian tersebut menggunakan metode eksperimental dan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan dilakukan dengan 4 perlakuan dimana masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Kelompok perlakuan dibagi sebagai berikut: P1= Puyuh yang dipotong umur 5 minggu P2= Puyuh yang dipotong umur 6 minggu P3= Puyuh yang dipotong umur 7 minggu P4= Puyuh yang dipotong umur 8 minggu yaitu : Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dengan rumus Y ij = µ+α i + ε ij Keterangan: Y ij : Respon hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Rata-rata populasi α i : Pengaruh perlakuan ke-i ε ij : Galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j i : Perlakuanke-i (1,2,3,4) j : Ulangan ke-j (1,2,3,4,5) Asumsi: 1. Komponen = µ + αi + ԑij bersifat aditif 2. Niai-nilai αi (i= 1,2,3,4) tetap, Ʃ αi=0, ԑ(αi)= αi 3. Nilai harapan ε ij =0 atau Σ ε ij =σ 2. Maka ε ij ~ NID (0,σ 2 )) artinya ε ij menyebar secara normal dengan nilai tengah = 0 dan ragam sebesar σ 2. Hipotesis yang diuji : 17
18 H 0 : Pengaruh perlakuan P1 = P2 = P3 = P4, tidak ada pengaruh perlakuan terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan persentase lemak abdomen. H 1 : Pengaruh perlakuan P1 P2 P3 P4 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama atau paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan persentase lemak abdomen. Tabel 3. Sidik Ragam Sumber Keragaman Db JK KT Fhit F0,05 Perlakuan (t-1) = 3 JKP KTP KTP/KTG Galat t(r-1) = 16 JKG KTG Total (rt-1) = 19 JKT Keterangan : t = Perlakuan r = Ulangan Db = Derajat Bebas JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan JKG = Jumlah Kuadrat Galat KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan KTG = Kuadrat Tengah Galat Kaidah Keputusan: 1. Jika Fhitung F0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. 2. Jika Fhitung> F0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak H0 dan terima H1. 18
19 Apabila hasil yang diperoleh signifikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus : Sx = KTG r LSR = SSR Sx Keterangan : Sx = Standard error r = Ulangan KTG = Kuadrat Tengah Galat LSR = Least Significant Range-test SSR = Studentized Significant Range Selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR 1. d nilai LSR, maka tidak berbeda nyata 2. d > nilai LSR, maka berbeda nyata 19